Share

BAB 4

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 10:10:53

“Apa yang kau bawa Tristan?”

Ein sudah berwajah masam sejak putri keluarga Servant itu meninggalkan istana. Berani sekali gadis itu menggunakan bahasa kasar padanya. Setelah lama tidak bertemu, ternyata putri Duke Servant tumbuh sedemikian menarik. Gadis itu punya senyuman yang bisa mengatakan apa isi kepalanya, seperti umpatan atau kutukan.

Bukankah menarik?

Lebih menarik lagi saat gadis itu terlihat tidak mau bertemu dengan Ein di saat dirinya menjadi perbincangan semua gadis di seluruh Easter.

Raeliana De Servant.

Ein pikir ketika beranjak dewasa, Raeliana akan tetap menjadi gadis pendiam yang suka membaca buku. Ternyata gadis itu perlahan punya hobi membuat kue, sampai-sampai Carry memberikan sebuah toko kue untuknya.

Tetapi Ein rasa gadis itu belum berubah. Masih gadis yang lembek.

Lalu kejadian Raeliana tertabrak kereta kuda itu menjadi pertemuan Ein setelah sekian lama. Benar-benar tidak menyangka Raeliana bisa merawat rambutnya jadi seperti helaian emas.

“Menarik.”

“Ya, Yang Mulia?” jawab Marquess Knightdale dengan nada sindiran. “Saya menarik?”

Ein membuang wajah. “Urus saja urusanmu.”

“Sayang sekali. Seharusnya ini milik Anda.”

Ein melirik Tristan yang mengangkat tinggi-tinggi keranjang milik Realiana. Ia tidak butuh rasa terima kasih karena menyelamatkan seseorang yang ceroboh dan tertabrak kudanya. Nyaris diinjak-injak kuda rombongannya.

Gadis lemah.

“Oh, ini dari Lady Servant?”

Xain, pendeta agung kekaisaran Easter itu ikut duduk bersama Tristan.

Yang menjadi pertanyaan Ein, kenapa pendeta itu selalu berada di tempat yang sama sepertinya? Seharusnya tempat pendeta bukan di sini. Xain sudah pasti punya tempat di katedral. Namun, setiap kali Ein memintanya pergi, pria itu selalu beralasan katedral sangat sepi.

Tetapi setidaknya pergilah ke tempat lain!

“Ini enak,” komentar Xain. “Yang Mulia, Anda tidak mau?”

Tristan dan Xain seperti anak kecil yang baru saja disuguhi camilan saat belajar. Mereka memakan kue buatan Raeliana.

Ein berdecak dan menghampiri meja itu, mengambil keranjang Raeliana. “Kembalikan milikku. Kalian pergilah ke tempat latihan dan kau pendeta menyebalkan, kembali ke katedralmu!”

***

Sudah seminggu sejak Raeli datang ke istana kaisar dan tidak ada salah satu dari pria tokoh utama yang muncul untuk alasan bertamu ke toko rotinya. Bagus. Sepertinya marquess bernama Tristan itu mengerti makna dari senyuman Raeli secara keseluruhan.

Jangan ganggu aku lagi, sialan!

Tepatnya seperti itulah kalimat yang Raeli coba pekikan melalui senyuman formalnya. Untuk sekarang hidupnya lancar-lancar saja tanpa hambatan. Kalangan atas datang untuk membeli kue jamuan ke tokonya.

Sebentar lagi mungkin Raeli juga akan mendapatkan undangan-undangan jamuan teh, setelah upacara kedewasaannya. Ia akan mulai sibuk datang dari rumah ke rumah untuk melakukan perkumpulan para lady dan menggosipkan tiap pria tampan se-Easter.

Reali bersumpah tidak akan ikut campur dalam pembicaraan macam itu.

Lagi pula saat malam debutante, Rose akan muncul seperti yang tertulis di novel. Tentu saja gadis itu yang akan jadi perbincangan hangat.

Apa Raeli perlu melakukan sedikit bantuan juga supaya gadis itu pergi kepada pangeran dan para pengagumnya di istana? Sepertinya Roseline punya sederet pria luar biasa yang ingin menikahinya. Sayangnya, Raeli tidak akan mendapatkan hal itu.

Ia akan memanggang kue saja di toko, memenuhi jalanan dengan aroma roti yang manis.

“Nona, tidak lama lagi debutante akan diadakan. Apa yang akan Anda pakai?”

Raeli melihat Anne yang sedang mengacak-acak lemari pakaiannya. Ia benci melihat gaun sekali pakai itu.

“Anda butuh gaun baru. Butik mana yang akan—”

“Aku tidak akan beli gaun baru,” jawab Raeli.

“Ya? Saya tidak terlalu menyimak.”

“Kita pakai gaun yang sudah ada. Lagi pula aku tidak akan menari. Aku akan pulang setelah Tuan Putri muncul dan meresmikan para debutante dengan tarian pertamanya.”

“Ya?” Anne tersenyum dengan wajah bodohnya.

Raeli mendorong pintu lemari sampai tertutup dan bersandar di sana, menatap Anne dengan serius. “Aku hanya akan berada di sana sekitar satu jam.”

“HA!”

Spontan Raeli menutupi telinganya.

Raeli akui Anne pasti syok. Semua gadis di Easter jelas sangat menunggu tentang debutante ini. Tetapi Raeli sungguh tidak berselera untuk hadir. Ia akan hadir hanya karena ingin melihat tuan putri yang katanya di dalam novel seumuran dengan Raeliana. Alasan lainnya, mama akan marah besar dan tidak akan berhenti mengoceh tentang Raeli yang melewatkan debutante sampai ke debutante gadis berikutnya.

Ah, sial. Kenapa Raeliana tertulis di novel asli harus memiliki ulang tahun yang sama dengan tuan putri? Kenapa tidak Roseline itu saja?

Menyebalkan.

“Oh, tidak. Kepalaku akan meledak,” kata Anne sambil memegang kepalanya. “Nyonya akan marah jika Anda seperti ini.”

“Tenanglah. Kita akan dimarahi bersama-sama sampai setahun ke depan.”

“Nona, tolong. Kali ini lakukanlah lebih serius.”

***

Sudah berlalu 2 hari dan Anne masih saja mengoceh tentang melakukan debutante nanti dengan serius. Telinga Raeli rasanya berdarah. Sekarang saja seperti sedang menetes sampai membasahi lantai.

Anne selalu menyebutnya di rumah, saat perjalanan ke toko atau pulang. Bahkan Anne juga terus mengoceh ketika melayani Raeli mandi. Katanya, tidak ada gadis di Easter yang mengabaikan debutante seperti putri kelarga Servant. Seakan acara itu tidak penting.

Memang.

Alasan utama Raeli harus pergi adalah tubuh Raeliana itu harus melewati kedewasaan. Jadi, 1 jam Raeli rasa cukup. Lagi pula kenapa ia harus berlama-lama? Untuk melihat Pangeran Ein menari dengan Rose? Atau melihat Marquess Knightdale merayu Rose?

Tidak akan pernah.

“Anne, hentikan,” kata Raeli. “Aku tetap akan pergi. Apa yang salah dengan tidak membeli gaun?”

“Gaun itu penting, Nona. Pangeran—”

“Ya?” Reali mengalihkan tatapannya dari adonan pada Anne yang berdiri di sebelahnya. “Maaf, pangeran mana yang kau maksud?”

“Yang Mulia Pangeran Ein.”

“Ah.” Raeli mengangguk dan kembali pada adonannya. “Pangeran yang tersenyum padaku waktu itu? Yang senyumnya seolah bilang, ternyata di dunia ini masih ada gadis bodoh yang bisa tertabrak kuda. Pangeran yang itu?”

“Ada apa dengan pangeran yang itu?”

Raeli langsung berbalik mendengar pertanyaan itu. Bahkan pekerja lain yang saat itu ada di dapur juga ikut menghentikan pekerjaan.

Demi semua karang yang ada di lautan. Kenapa putra mahkota ada di dapur toko roti Raeliana?

“Diam di sana!” teriak Raeli sambil mengacungkan jarinya pada kaki Pangeran Ein saat melihat pria itu melangkah. “Aku akan menyiramimu dengan tepung jika kau masuk lebih dalam!”

Semua yang ada di dapur termasuk Anne tercengang mendengar ucapan Raeli. Bahkan pangeran Ein menyipitkan mata.

Raeliana mengelap tangannya yang penuh tepung ke celemeknya, melepaskan benda itu dan berjalan untuk mencuci tangan.

“Astaga, siapa yang menyuruhnya masuk ke dapur,” gerutu Reali.

“Pegawaimu yang berambut merah,” jawab pangeran Ein.

Gerakan mencuci tangan Reali terhenti. Berambut merah? Itu Rose. Kalau memang Rose, kenapa Pangeran Ein sampai masuk ke dapur? Seharusnya pria itu tetap di depan dan terkesima dengan rambut merah Rose. Apa ada yang salah?

Raeli cepat-cepat mencuci tangannya dan mengambil lap untuk mengeringkan tangan sebelum menghampiri Pangeran Ein dan tangan kanannya—Tristan—yang berdiri di pintu dapur. Tristan belum waktunya bertemu dengan Rose, tetapi kenapa harus ikut dan bertemu gadis itu di sini?

Astaga, ini membingungkan Raeli. Semua yang terjadi ini tidak sama dengan di novel milik Yuko.

“Berkat Easter untuk Anda, Yang Mulia Pangeran.” Raeli memegang sisi gaunnya dan membungkuk hormat. “Juga untuk Anda, Tuan Tristan.”

Senyum culas itu muncul lagi di wajah Pangeran Ein seperti hari itu. Juga masih perasaan yang sama, Raeli ingin memukulkan sesuatu pada wajah pria itu.

“Aku lebih suka kau bicara seperti sebelumnya.”

Raeli menegakan punggung selayaknya putri bangsawan. “Maafkan keteledoran saya karena tidak sopan, Yang Mulia. Jika Anda berkenan mari kita ke tempat yang lebih layak. Di depan misalnya?”

Culas di wajah Pangeran Ein makin melebar, bahkan sekarang Raeli bisa melihat Marquess Knightdale seakan menahan tawa.

“Baiklah, karena ini tempatmu. Aku tidak keberatan diperintah sekali saja.”

Raeli memberikan senyum lebar. Sepertinya lagi-lagi marquess mengerti arti senyum itu.

“Kami mengerti, Nona Raeliana,” balas Tristan dengan senyum lebar.

Pria itu benar-benar berbeda dari apa yang tertulis di novel.

“Mari, silakan,” kata Raeli sambil memberikan arahan untuk meninggalkan dapur. “Anne?”

“Ya, Nona?” jawab Anne sambil memberikan tatapan peringatan pada Raeli. Pasti karena perkataan tidak sopannya beberapa saat yang lalu.

Astaga, pelayan itu dan semua orang mendengar semua kekurangajaran Raeli. Semoga saja setelah ini Anne tidak mengadukannya pada Duke Servant atau duchess. Karena Raeli bisa dalam masalah. Ceramah seminggu penuh tentang sopan santun pada keluarga kaisar.

“Buatkan teh dan bergabunglah bersamaku. Kurasa ini akan jadi pembicaraan yang panjang. Benar begitu, Yang Mulia?” Raeli melirik Pangeran Ein.

“Begitulah.”

“Baik, Nona,” kata Anne.

Setelah itu Raeli melangkah lebih dulu ke depan dan mempersilakan Pangeran Ein duduk di meja yang sudah ia pilihkan. Ini tempatnya, bahkan kaisar tidak akan bisa memaksa untuk memilih tempat lain. Sementara Tristan berdiri di belakang Pangeran Ein.

Apa mereka datang hanya berdua saja? Bagus. Di luar tidak akan heboh karena putra mahkota datang ke toko roti, ‘kan?

Raeli melirik ke balik punggung Tristan. Dan ….

Doeng!

Beberapa orang sedang berdiri di kaca tokonya, mengintip ke dalam. Raeli yang baru saja ingin duduk jadi menunda dan memberikan senyuman yang berarti ‘para kuman ini mengganggu’. Ia harus segera membereskannya.

“Duduklah dengan nyaman, Yang Mulia. Saya akan segera kembali.”

Setelah mengatakan itu dengan langkah lebar Raeli menuju pintu toko dan berdiri di sana. Melihat beberapa pemilik toko berdiri mengintip di kaca tokonya. Mereka tidak benar-benar pemilik. Hanya pengurus. Karena sangat jarang pemilik toko turun langsung untuk mengurusi hal semacam ini. Hanya Raeliana yang bersedia.

“Maaf, Anda sekalian mencari roti untuk makan malam?” tanya Raeli dengan tatapan penuh penekanan.

Segera pergi dari toko kue milikku!

“Ah, kami hanya—”

“Yang Mulia Pangeran bilang akan mengunjungi toko kalian satu per satu suatu hari. Siapkanlah sesuatu yang menarik.”

“Sesuatu yang menarik?”

Raeli mengangguk dengan senyum lebar. “Jadi, untuk sekarang bisakah kalian kembali berjualan?”

“Oh, maafkan kami, Nona.”

“Tidak apa,” balas Raeli dengan wajah ramah dan kedua tangan tergenggam di dadanya, seperti sedang berdoa. “Hanya saja privasiku terganggu.”

“Baiklah. Kalau begitu, sekali lagi maafkan kami, Nona Raeliana.”

Orang-orang itu akhirnya berbalik meninggalkan toko. Raeli melambai dengan enggan. “Datang lagi, ya. Tapi usahakan kalian beli rotinya!”

Raeli kemudian kembali masuk dengan wajah masam. Mereka memang bukan bagian dari novel, orang-orang itu. Tetapi sekarang Raeli harus menghadapi dua tokoh utama itu sekaligus dan satu tokoh utama perempuan. Ia tidak butuh orang lain untuk memperkeruh.

“Aku tidak bilang akan mengunjungi toko mereka,” kata Pangeran Ein.

Raeli melihat dengan senyum buatan. “Oh, sungguh? Kalau begitu saya akan meminta maaf karena sudah berbohong.”

Raeli kemudian duduk dan melirik ke balik konter rotinya. Di sana Rose berdiri melihat ke arahnya dan Pangeran Ein serta Tristan dengan pandangan kagum.

Apa ini?

Raeli berdehem pelan. “Rose?”

Rose tampak terkejut. “Ah, ya, Nona?”

Pangeran Ein dan Tristan ikut melihat pada gadis itu. Baik. Inilah yang seharusnya terjadi, mereka terkesima dengan Rose dan jatuh cinta, kemudian merayu gadis itu.

“Hidangkan kue yang masih panas untuk Yang Mulia dan Tuan Tristan.”

“Baik, Nona.”

Raeli kembali melihat pada Pangeran Ein. Tanpa diduga ternyata kedua pria itu sedang menatapnya.

Ha?

Peran utamanya ada di balik konter, kenapa kalian memelototi aku!

Aku bukan peran utamanya!

Bab terkait

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 5

    “Baik, Yang Mulia. Apa yang membuat Anda datang ke toko kecil seperti ini?”Raeli menyerang tepat pada inti kedatangan Pangeran Ein. Pasalnya, kedua pria yang menjadi tokoh utama dalam novel itu sama sekali tidak tertarik dengan Rose, sang pemeran utama perempuan.Semua cerita sudah jauh melenceng. Padahal tidak ada yang Raeli lakukan. Ia hanya menjalani hidupnya seperti biasa. Tidak terlibat dengan istana dan para peran utama. Hanya Rose yang memang bekerja padanya.“Tapi sebelum itu, Tuan Tristan?” panggil Raeli. “Anda menghabiskan kue buatan saya?”“Oh,” Marquess Knightdale tersenyum lebar dan melirik pada Pangeran Ein yang memberikan tatapan penuh ancaman dari ekor matanya.Terkutuklah pria itu jika terjadi sesuatu pada pai-pai buahnya tempo waktu itu. Apakah Pangeran Ein membuang kue-kue itu sebelum marquess memakannya?“Sungguh pai yang sangat enak,” jawab Tristan dan mata Pangeran Ein kembali menatap Raeli yang sudah memberikan pandangan ancaman.“Baguslah. Saya hanya berharap

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 6

    Tiba juga hari di mana Raeli harus datang ke istana sendirian tanpa Anne. Ia datang dengan sekeranjang kue yang layak. Karena memang ini akan dimakan oleh Yang Mulia Permaisuri dan Tuan Putri Liliane.“Marquess Tristan?” panggil Raeli ketika melihat pria itu berdiri di pilar istana seperti sedang menunggu seseorang.“Ah, Nona Raeliana. Saya sedang menunggu Anda.”Pria itu tersenyum pada Raeli. “Saya akan mengantarkan Anda ke taman. Yang Mulia Permaisuri dan Putri Liliane sudah menunggu.”“Terima kasih.” Reali berjalan mengikuti Marquess Tristan.“Sepertinya Anda membawa kue yang enak, Nona.”“Oh, ya. Saya tidak mungkin memberikan seperti yang waktu itu.”Marquess Tristan tertawa. “Saya juga tidak menyangka bahwa akan sampai pada Baginda Kaisar.”“Tuan—”“Santai saja. Bisakah Anda memanggil saya Tristan saja?”“Sungguh?”Demi Dewa, Raeli senang sekali bisa menyudahi keformalitasan ini satu per satu. Cukup membosankan dengan panggilan yang sangat panjang. “Kalau begitu kau bisa memanggi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 7

    Akhirnya tiba juga pada hari debutante yang ditunggu oleh seluruh gadis kekaisaran Easter, kecuali Raeli.“Nona, saatnya bangun!” teriak Anne begitu memasuki kamar bersama beberapa langkah kaki lain.Astaga, Raeli ingin tidur saja seharian. Tidak bisakah mereka meninggalkannya? Tubuhnya benar-benar seperti remuk. Sudah beberapa hari sejak dari istana ia sibuk menyiapkan kue untuk jamuan debutante dan apa sekarang ia harus bangun?Raeli tidak mau datang untuk kedewasaan, ia ingin tidur saja sampai besok pagi.“Nona, bangunlah ini sudah tengah hari!”“Tinggalkan aku sendirian,” kata Raeli. Apa seseorang telah mencuri tulang miliknya? Kenapa rasanya sakit sekali jika bangun?“Nyonya akan datang jika Anda tidak bangun sekarang.”“Aku bangun.” Raeli segera bangun begitu nama ibunya di sebut.Sungguh, bukan apa. Ia tidak mau berurusan dengan Duchess Servant. Bisa jadi ada ceramah tentang apa yang boleh dan tidak boleh Raeli lakukan sebagai seorang gadis bangsawan. Apalagi itu keluarga yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 8

    “Putra mahkota dan Tuan Putri Liliane memasuki ruang dansa!”Ein merasakan sikutan dari Liliane di perutnya. Gadis itu cemberut padanya.“Fokuslah, Kak. Mereka sudah mengumumkan kedatangan kita.”“Maafkan aku.”Bagaimana Ein bisa fokus jika dari atas sini ia bisa melihat Raeliana berdiri di dekat meja jamuan, sedang berbicara pada putri Count Rossent. Sepertinya gadis itu bisa mengatasi semua ucapan Vivian Rossent, hanya saja tidak berhasil mengendalikan amarahnya.Raeliana jadi seperti geram sendiri, menggapai-gapai udara, seakan tidak sabar ingin melakukan sesuatu pada Vivian Rossent. Apalagi kelucuan yang bisa Ein dapatkan diacara formal seperti ini? Bahkan Liliane saja berpikir kalau Raeliana jadi sangat menarik setelah lama tidak bertemu.Bagaimana ekpresi Realiana jika tahu orang tua mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan pertunangannya dengan Ein? Awalnya Ein akan menolak ditunangkan dengan gadis itu. Ternyata setelah bertemu sendiri dengan Raeliana, gadis itu cukup menarik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 9

    “Nona, saatnya bangun!”Raeli mengusap matanya. Anne tidak pernah memberikan waktu tenang setiap pagi. Selalu saja berteriak. Jika tidak melakukan itu maka harinya akan sangat suram.“Tinggalkan aku sendiri, Anne.” Raeli menguap sabil memijat kepala. Kepalanya sakit sekali.Apa semalam ia mabuk karena kebanyakan minum jus?Coba, Reali ingin mengingat semua yang terjadi semalam di pesta debut. Karena sebal pada Pangeran Ein ia jadi memilih duduk saja sambil melihat semuanya menikmati pesta. Melihat kerumunan para gadis yang sibuk membicarakan sang pangeran. Bahkan Tristan tidak luput dari pembicaraan, padahal dia hanya berdiri di pangkal tangga untuk memastikan keamanan Putri Liliane.Semalam itu benar-benar buruk Raeli. Ia duduk sendirian, menerima berkali-kali tatapan Vivian Rossent yang mengancam seakan bilang: “Aku tidak akan melepas

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 10

    Sejak 2 hari yang lalu setelah bertemu dengan Pangeran Ein, entah bagaimana Raeli selalu mikirkan tentang kalimat terakhir pria itu. Mungkin satu-satunya alasan kenapa isi novel yang pernah dibacanya ini tidak berjalan semestinya itu adalah karena salah Raeli.Raeli sudah membuat si pemeran utama tertarik padanya dan meninggalkan peran penting milik Rose. Tentu saja sudah terlambat untuk mengembalikannya seperti semula.Ein tertarik pada Raeli sepenuhnya.Arrgg!Kenapa malah jadi seperti ini?Raeli melirik Rose yang sedang berdiri di balik konter setelah pelanggan terakhir keluar. Gadis itu sedang membersihkan sisa-sisa nampan yang kuenya sudah habis.Haruskah ia mendorong Rose untuk kembali ke jalan yang seharusnya? Mendampingi pangeran Ein. Menjadi kesukaan kaisar dan menjadi rebutan untuk para kesatria di kekaisaran.Raeli harus melaku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 11

    Raeli berpikir akan sedikit menyenangkan berkumpul seperti ini untuk pesta minum teh. Tetapi siapa sangka bahwa sekarang Raeli hanya berpikir bagimana caranya menyiram Vivian Rossent dengan teh tanpa mendapat hukuman?Sebenarnya Raeli sedikit bertanya-tanya tentang siapa yang mengatur tempat duduk ini. Kenapa ia harus duduk berhadapan dengan Vivain Rossent tanpa alasan? Gadis itu membuat matanya sakit. Bahkan kali ini penampilannya juga sangat mencolok.Belum lagi ia harus mengurus kepercayaan diri dari orang di sebelahnya, Roseline. Gadis itu menunduk sejak tadi. Lagipula ia mengerti dengan perasaan rendah diri. Orang biasa harus duduk bersama kumpulan putri bangsawan kalangan atas.Raeli menghela napas pelan. Kemarin sore ia sudah mengirimkan surat pribadi pada Putri Liliane tentang ia akan membawa Rose. Tentu saja putri dengan senang hati menjawab: Jika itu kenalan Raeliana, maka tidak masalah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 12

    “Aduh!” desis Raeliana setelah punggungnya menghantam pilar beton istana. Tempat itu dekat dengan taman yang tempo hari didatanginya untuk memenuhi undangan permaisuri. “Tidakkah Anda pikir itu sedikit kasar?”Ein menatap Raeliana dengan pandangan tajam. Menahan gadis itu tetap berdiri di sana. Gadis ini terlalu pintar untuk melarikan diri. Ein bahkan akan mengutuk dirinya sendiri jika Raeliana melarikan diri saat masih berada di tangannya.“Apa yang kau lakukan?” tanya Ein.“Menghadiri jamuan teh Putri Liliane.”Oh, tentu saja gadis itu akan menjawab seperti apa yang diinginkannya. Raeliana tidak akan memberikan jawaban seperti apa yang Ein inginkan. Gadis ini keras kepala dan menarik karena sangat sulit ditebak.“Tidak, Raeliana. Kau menyodorkan gadis pekerja di tokomu padaku.”Raeliana menyerigai. “Apa tampak seperti itu?”Gadis ini melakukan banyak cara untuk menjauh dari Ein. Entah apa alasannya. Saat kecil saja Raeliana adalah anak yang selalu mencoba menempel padanya karena san

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • The Crown Prince's Fiancee   EPILOG

    Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 132

    “Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 131

    Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 130

    Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 129

    “Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 128

    “Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 127

    “Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 126

    “Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se

  • The Crown Prince's Fiancee   BAB 125

    Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status