Tiba juga hari di mana Raeli harus datang ke istana sendirian tanpa Anne. Ia datang dengan sekeranjang kue yang layak. Karena memang ini akan dimakan oleh Yang Mulia Permaisuri dan Tuan Putri Liliane.
“Marquess Tristan?” panggil Raeli ketika melihat pria itu berdiri di pilar istana seperti sedang menunggu seseorang.
“Ah, Nona Raeliana. Saya sedang menunggu Anda.”
Pria itu tersenyum pada Raeli. “Saya akan mengantarkan Anda ke taman. Yang Mulia Permaisuri dan Putri Liliane sudah menunggu.”
“Terima kasih.” Reali berjalan mengikuti Marquess Tristan.
“Sepertinya Anda membawa kue yang enak, Nona.”
“Oh, ya. Saya tidak mungkin memberikan seperti yang waktu itu.”
Marquess Tristan tertawa. “Saya juga tidak menyangka bahwa akan sampai pada Baginda Kaisar.”
“Tuan—”
“Santai saja. Bisakah Anda memanggil saya Tristan saja?”
“Sungguh?”
Demi Dewa, Raeli senang sekali bisa menyudahi keformalitasan ini satu per satu. Cukup membosankan dengan panggilan yang sangat panjang. “Kalau begitu kau bisa memanggilku Raeliana atau Raeli saja.”
“Kalau begitu tidak bisa.”
“Kenapa?”
Kenapa tidak bisa? Status? Tenang saja, yang memiliki status adalah Duke Servant, Raeli hanya anak yang sebenarnya tidak mempunyai hak itu sama sekali.
“Baiklah kalau Raeli memaksa.” Tristan tertawa. “Namun, tetap saja saya tidak bisa memanggil dengan leluasa seperti itu.”
Kening Raeli berkerut, kebingungan. Sialan, ternyata pria itu hanya mempermainkan Raeli. Lagi pula kenapa dengan pesona Rose? Kenapa tidak mempan kepada pria-pria peran utama ini? Kalau begitu, bisa-bisa Raeli yang kena tindas.
Tidak lama setelah itu mereka sampai di sebuah pintu tralis yang dilapisi kaca buram. Tempat itu seperti taman dalam rumah kaca yang berbetuk kubah. Di dalam kehidupan Raeli sebelum ini, pada dunia Sheriel tempat itu mirip gazebo. Hanya saja ukurannya terlihat sepuluh kali lebih besar dan ada taman di dalamnya. Juga dilapisi kaca.
“Silakan masuk, Raeli.”
“Terima kasih, Tristan.”
Baru saja Reali ingin melangkah masuk, tetapi ia ingat sesuatu. Mungkin saja Tristan tidak memakan kue waktu itu dengan benar, jadi Raeli membuatkan sebuah kantong penuh pai buah dan pai daging.
Lihat, Raeli gadis baik, bukan? Tetapi tetap saja ia bukan pemeran utama novel aneh yang dibacanya semasa hidup ini. Selain itu, ia sudah bertekad untuk menjalani hidupnya seperti biasa, tidak terpaut oleh kenyataan bahwa jiwanya terjebak dalam dunia sebuah novel.
“Ini untukmu.” Raeli memberikan kantung itu pada Tristan. “Makanlah sendirian.”
Tristan tersenyum. “Terima kasih.”
Raeli mengangkat bahu dan berjalan masuk diiringi tatapan Tristan. Tetapi setelah sampai di dalam kubah itu Raeli menghadapi masalah yang lebih jelas. Di sana bukan hanya ada permaisuri dan Putri Liliane. Tetapi juga ada kaisar dan Pangeran Ein. Pria itu tersenyum culas menyaksikan kebingungan Raeli.
Reali kemudian melihat ke pintu masuk, Tristan sudah tidak ada di sana.
Sialan!
Raeli ditipu lagi.
***
Ein menopang dagu sambil melihat pada Raeliana. Memberikan senyum kemenangan. Tentu saja. Sejauh ini Ein yang menang menghadapi gadis itu. Raeliana datang ke istana untuk jamuan minum teh. Bahkan gadis itu tidak sempat menolak.
Di mata Ein, Raeliana mirip anak kucing berbulu emas. Manis dan terlihat jinak dari luar, tetapi ketika didekati maka akan mencakar. Raeliana sudah jauh berbeda dari yang pernah ia tahu sejak kecil.
Pada akhirnya gadis itu menyetujui untuk jadi salah satu yang akan menyajikan kudapan manis pada malam debutante. Tentu saja Liliane tidak akan memberikan celah untuk gadis itu menolak.
Ein ingin tertawa melihat tatapan gadis itu padanya sekarang. Seakan mengatakan dirinya sedang berada di lingkaran setan dengan perintah mutlak yang tidak bisa dibantah. Tentu saja. Gadis itu berhadapan dengan sang kaisar Easter.
“Kalau begitu saya permisi dulu, Baginda,” kata Raeliana sambil berdiri dan membungkuk layaknya bangsawan sesungguhnya.
Liliane juga melompat berdiri, menggapai tangan Raeliana. “Sampai jumpa di debutante. Ohh, aku harap kau akan berdiri bersamaku.”
Raeliana tersenyum. Ein bahkan bisa melihat ringisan pada senyuman itu. Ia menduga bahwa Raeliana hanya akan datang ke debutante sebentar seperti yang di dengarnya kemarin, lalu gadis itu akan berdiri di sudut aula dansa, sendirian. Kemudian mengendap-endap keluar dan pulang diam-diam.
Memang gadis itu pikir Ein akan membiarkannya begitu saja?
“Ein?” panggil permaisuri. “Antarkan Raeliana kembali ke kediaman Servant.”
“Ya?” Raeliana bertanya sambil mengedip-ngedipkan matanya. Seakan gadis itu mencari jawaban dengan mata dan bukan telinga.
“Ein akan mengantarmu sampai rumah,” kaisar memberikan senyum selagi bicara. Ein rasa Raeliana terlalu pintar untuk mengartikan senyum di balik kumis beruban itu.
“Ah, maaf, Baginda. Tetapi seorang putra mahkota tidak bisa berkeliaran sesuka hati. Apalagi mengantarkan seseorang seperti saya.”
Ah, menolak secara halus tetapi menegaskan bahwa gadis itu tidak perlu diantar.
“Seseorang seperti Putri Duke Servant?”
“Ah, ya.”
“Tidak akan ada yang berani mengritik Duke Servant dan Pangeran, Raeliana,” sambung Liliane dengan senyum cerah.
Gadis itu diam. Ein tahu bahwa gadis itu sudah terpojok. Kemudian Raeliana melirik padanya. Ia hanya bisa menunggu dengan senyum culas, apa lagi yang akan keluar dari mulut gadis itu?
“Apa saya boleh menolak?” tanya Raeliana pada kaisar.
“Tidak,” jawab kaisar tegas.
Raeliana mengangguk dengan mulut setengah terbuka. “Ah, baiklah kalau begitu. Yang Mulia Pangeran, tunjukkan jalannya.”
Ein mati-matian menahan tawanya melihat tingkah Raeliana. Gadis itu tersenyum sangat lebar. Setelah ini mungkin gadis itu akan mengeluh karena bibirnya sakit. Ternyata Raeliana sungguh menghindari kontak dengan keluarga kerajaan.
***
Raeli bersandar di kursi beludru kereta kuda milik kerajaan. Ada apa dengan kereta ini? Ukurannya besar sekali. Apa kuda dari kereta ini yang sudah hampir menginjak hancur tubuh Raeliana?
Ternyata sifat pemaksa Pangeran Ein diturunkan dari kaisar. Atau memang semua anggota keluarga Easter begitu? Lalu kenapa Rose di dalam novel itu bisa tahan dengan semua ini? Bahkan jatuh cinta dengan pria pemaksa ini.
Raeli mengawasi Pangeran Ein dengan pandangan tajam dari ujung kaki sampai kepalanya. Pria itu memang tampan, rambut dan matanya sangat langkah yang hanya dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan.
Ah, tetapi kenapa pria itu terlahir menyebalkan!
“Boleh aku menambahkan daftar kuemu?”
Raeli menatap Pangeran Ein dengan tidak berselera. “Tidak.”
“Kenapa?”
“Tidak ada. Saya hanya tidak mau.”
Pangeran Ein tertawa pelan, membuat Raeli mau tidak mau jadi mengerutkan kening dengan pertanyaan apakah pria ini sakit setelah jamuan tadi?
“Bagaimana kalau aku tidak memberimu kesempatan menolak?”
“Maaf, Anda sedang bertanya, bukan memberikan perintah, Yang Mulia.”
“Ein,” kata Pangeran Ein. “Panggil saja namaku seperti kau memanggil Liliane.”
Oh? Pangeran Ein ingin mengakhiri keformalitasan? Seharusnya ini diajukan kepada Roseline, bukan? Benar. Novel itu sudah melenceng jauh dari cerita. Atau memang tempat ini sama sekali bukan bagian dari novel?
“Anda yakin?”
Pria menyebalkan ini mungkin hanya mempermainkan Raeli seperti Tristan sebelumnya.
“Kau harus mencobanya.”
Raeli memberikan senyuman. Ia akan melakukan sesuka hatinya. “Baiklah. Ein, aku menolak membuatkan menu kue yang kau inginkan. Apa begini cukup?” tanya Raeli.
“Kenapa kau harus menolaknya?”
Argg!
Kapan Raeli akan sampai rumah? Terjebak dengan pria ini selama setengah jam hampir seperti setahun. Pasti daratan Easter tidak menyangka bahwa Pangeran Ein yang mereka puja itu ternyata sangat menyebalkan. Bahkan Raeliana yang tertulis di novel sejak kecil menyukai pangeran itu pasti tidak tahu kalau pujaan hatinya sangat membuat sakit kepala.
“Aku sibuk dengan persiapan debut. Pelayanku akan mengoceh tentang gaun dan riasan. Mama juga akan menceramahiku sebelum debut tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jadi aku tidak mau disibukan dengan urusan kue khusus untukmu, Yang Mulia.”
Pangeran Ein tersenyum. “Kau tahu sesuatu, Raeliana?”
“Oh, tidak,” jawab Raeli cepat. “Dan aku tidak ingin tahu.”
“Kau jauh berbeda dengan Raeliana De Servant yang kami kenal selama ini.”
Reali menegang, secara tidak sengaja jadi menahan napasnya. Apa-apaan serangan langsung ini? Kenapa tiba-tiba mengatakan hal itu?
Celaka.
Apakah Raeli sudah mengubah kepribadian Raeliana sejauh yang terlihat? Ia hanya tidak mau Raeliana terlihat seperti yang tertulis di novel. Hanya menurut dan tidak melawan, menerima kemalangan padahal ia bisa bahagia dengan apa yang dimilikinya.
“Seseorang bisa berubah, Yang Mulia.”
Pangeran Ein mengangguk. “Ya, kau jadi jauh lebih menarik. Seperti anak kucing.”
Ha? Pangeran Ein bilang apa?
“A-anak kucing?”
“Anak kucing manis yang suka mencakar.”
Sialan.
Raeli tidak meminta dirinya dideskripsikan seperti itu. Kenapa malah Pangeran Ein terlihat lebih tertarik padanya daripada Rose? Apa karena perubahan karakter ini?
Kereta kemudian berhenti tepat di depan rumah Duke Servant dan Anne sudah berdiri di pintu gerbang, sedang menunggu.
Pangeran Ein kemudian turun lebih dulu untuk menyambut Raeli. Ia rasa akan membuat pria itu malu jika menolak.
“Terima kasih, Yang Mulia,” kata Raeli setelah turun dan memberikan hormat. Kemudian tanpa Raeli sadari, pangeran Ein malam mengulurkan tangan padanya.
“Bayaranku.”
“Ah, ya?”
Apa Raeli terlihat seperti gadis bodoh sekarang? Maka terkutuklah Pangeran Ein.
“Aku meminta bayaran karena telah mengantarkanmu pulang dengan selamat, Raeliana.” Pangeran Ein tersenyum dan menjatuhkan tangannya. “Satu tart lemon. Sampai bertemu lagi malam debutante, Raeliana.”
Kemudian pangeran Ein kembali melompat masuk ke dalam kereta besarnya.
Aarggg!
Raeli kena lagi. Bukan ia yang minta diantarkan pulang, itu perintah kaisar. Jadi, kenapa harus ia yang membayarnya?
Dasar pangeran menyebalkan!
Akhirnya tiba juga pada hari debutante yang ditunggu oleh seluruh gadis kekaisaran Easter, kecuali Raeli.“Nona, saatnya bangun!” teriak Anne begitu memasuki kamar bersama beberapa langkah kaki lain.Astaga, Raeli ingin tidur saja seharian. Tidak bisakah mereka meninggalkannya? Tubuhnya benar-benar seperti remuk. Sudah beberapa hari sejak dari istana ia sibuk menyiapkan kue untuk jamuan debutante dan apa sekarang ia harus bangun?Raeli tidak mau datang untuk kedewasaan, ia ingin tidur saja sampai besok pagi.“Nona, bangunlah ini sudah tengah hari!”“Tinggalkan aku sendirian,” kata Raeli. Apa seseorang telah mencuri tulang miliknya? Kenapa rasanya sakit sekali jika bangun?“Nyonya akan datang jika Anda tidak bangun sekarang.”“Aku bangun.” Raeli segera bangun begitu nama ibunya di sebut.Sungguh, bukan apa. Ia tidak mau berurusan dengan Duchess Servant. Bisa jadi ada ceramah tentang apa yang boleh dan tidak boleh Raeli lakukan sebagai seorang gadis bangsawan. Apalagi itu keluarga yang
“Putra mahkota dan Tuan Putri Liliane memasuki ruang dansa!”Ein merasakan sikutan dari Liliane di perutnya. Gadis itu cemberut padanya.“Fokuslah, Kak. Mereka sudah mengumumkan kedatangan kita.”“Maafkan aku.”Bagaimana Ein bisa fokus jika dari atas sini ia bisa melihat Raeliana berdiri di dekat meja jamuan, sedang berbicara pada putri Count Rossent. Sepertinya gadis itu bisa mengatasi semua ucapan Vivian Rossent, hanya saja tidak berhasil mengendalikan amarahnya.Raeliana jadi seperti geram sendiri, menggapai-gapai udara, seakan tidak sabar ingin melakukan sesuatu pada Vivian Rossent. Apalagi kelucuan yang bisa Ein dapatkan diacara formal seperti ini? Bahkan Liliane saja berpikir kalau Raeliana jadi sangat menarik setelah lama tidak bertemu.Bagaimana ekpresi Realiana jika tahu orang tua mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan pertunangannya dengan Ein? Awalnya Ein akan menolak ditunangkan dengan gadis itu. Ternyata setelah bertemu sendiri dengan Raeliana, gadis itu cukup menarik
“Nona, saatnya bangun!”Raeli mengusap matanya. Anne tidak pernah memberikan waktu tenang setiap pagi. Selalu saja berteriak. Jika tidak melakukan itu maka harinya akan sangat suram.“Tinggalkan aku sendiri, Anne.” Raeli menguap sabil memijat kepala. Kepalanya sakit sekali.Apa semalam ia mabuk karena kebanyakan minum jus?Coba, Reali ingin mengingat semua yang terjadi semalam di pesta debut. Karena sebal pada Pangeran Ein ia jadi memilih duduk saja sambil melihat semuanya menikmati pesta. Melihat kerumunan para gadis yang sibuk membicarakan sang pangeran. Bahkan Tristan tidak luput dari pembicaraan, padahal dia hanya berdiri di pangkal tangga untuk memastikan keamanan Putri Liliane.Semalam itu benar-benar buruk Raeli. Ia duduk sendirian, menerima berkali-kali tatapan Vivian Rossent yang mengancam seakan bilang: “Aku tidak akan melepas
Sejak 2 hari yang lalu setelah bertemu dengan Pangeran Ein, entah bagaimana Raeli selalu mikirkan tentang kalimat terakhir pria itu. Mungkin satu-satunya alasan kenapa isi novel yang pernah dibacanya ini tidak berjalan semestinya itu adalah karena salah Raeli.Raeli sudah membuat si pemeran utama tertarik padanya dan meninggalkan peran penting milik Rose. Tentu saja sudah terlambat untuk mengembalikannya seperti semula.Ein tertarik pada Raeli sepenuhnya.Arrgg!Kenapa malah jadi seperti ini?Raeli melirik Rose yang sedang berdiri di balik konter setelah pelanggan terakhir keluar. Gadis itu sedang membersihkan sisa-sisa nampan yang kuenya sudah habis.Haruskah ia mendorong Rose untuk kembali ke jalan yang seharusnya? Mendampingi pangeran Ein. Menjadi kesukaan kaisar dan menjadi rebutan untuk para kesatria di kekaisaran.Raeli harus melaku
Raeli berpikir akan sedikit menyenangkan berkumpul seperti ini untuk pesta minum teh. Tetapi siapa sangka bahwa sekarang Raeli hanya berpikir bagimana caranya menyiram Vivian Rossent dengan teh tanpa mendapat hukuman?Sebenarnya Raeli sedikit bertanya-tanya tentang siapa yang mengatur tempat duduk ini. Kenapa ia harus duduk berhadapan dengan Vivain Rossent tanpa alasan? Gadis itu membuat matanya sakit. Bahkan kali ini penampilannya juga sangat mencolok.Belum lagi ia harus mengurus kepercayaan diri dari orang di sebelahnya, Roseline. Gadis itu menunduk sejak tadi. Lagipula ia mengerti dengan perasaan rendah diri. Orang biasa harus duduk bersama kumpulan putri bangsawan kalangan atas.Raeli menghela napas pelan. Kemarin sore ia sudah mengirimkan surat pribadi pada Putri Liliane tentang ia akan membawa Rose. Tentu saja putri dengan senang hati menjawab: Jika itu kenalan Raeliana, maka tidak masalah.
“Aduh!” desis Raeliana setelah punggungnya menghantam pilar beton istana. Tempat itu dekat dengan taman yang tempo hari didatanginya untuk memenuhi undangan permaisuri. “Tidakkah Anda pikir itu sedikit kasar?”Ein menatap Raeliana dengan pandangan tajam. Menahan gadis itu tetap berdiri di sana. Gadis ini terlalu pintar untuk melarikan diri. Ein bahkan akan mengutuk dirinya sendiri jika Raeliana melarikan diri saat masih berada di tangannya.“Apa yang kau lakukan?” tanya Ein.“Menghadiri jamuan teh Putri Liliane.”Oh, tentu saja gadis itu akan menjawab seperti apa yang diinginkannya. Raeliana tidak akan memberikan jawaban seperti apa yang Ein inginkan. Gadis ini keras kepala dan menarik karena sangat sulit ditebak.“Tidak, Raeliana. Kau menyodorkan gadis pekerja di tokomu padaku.”Raeliana menyerigai. “Apa tampak seperti itu?”Gadis ini melakukan banyak cara untuk menjauh dari Ein. Entah apa alasannya. Saat kecil saja Raeliana adalah anak yang selalu mencoba menempel padanya karena san
Ah, Raeli sekali lagi syok berat. Benar-benar syok sampai sulit untuk tidur dan kantung hitam memenuhi matanya. Bahkan hari ini ia sengaja memakai gaun berwarna hijau agar terlihat sedikit cerah. Tetapi sayang itu tidak membantu sama sekali. Ia tetap saja dibayang-bayangi oleh ucapan Kris.Apa-apaan itu? Kris pasti berbohong untuk mempermainkan Raeli. Lagipula Duke Servant, ayahnya tidak mengatakan apa pun tentang hal itu.Ya, Kris pasti sedang mengucapkan lelucon padanya semalam. Namun, lelucon itu tidak lucu sama sekali.Raeli memegang kepalanya dengan kedua tangan, tertunduk ke meja. Karena tidak tidur ia jadi sakit kepala. Bahkan beberapa pekerjanya yang berkeliaran berkali-kali menanyakan keadaannya. Sayangnya, seberisik apa pun kesibukan di daput itu sama sekali tidak memengaruhi Raeli.Anne lagi-lagi tidak ikut dengan Raeli karena harus mengerjakan sesuatu dengan Duchess Servant. Hal itu menimbulkan kecurigaan Raeli tentang sesuatu apa yang dikerjakan oleh ibunya.“Ah, kepalaku
Raeli pikir dengan tidur sebentar rasa sakit kepalanya bisa hilang. Jadi setelah kunjungan tidak terduga Pangeran Ein, Raeli memilih beristirahat di kamar atas. Sayang sekali, tidur juga tidak membantu sama sekali. Malah pusingnya makin menjadi-jadi.Kalau memang Kris benar tentang pertunangan itu, jelas pangeran tidak akan setenang itu untuk mendatangi Raeli. Pangeran Ein juga pasti merasa perlu untuk menolak.Ya, Kris hanya bercanda.Namun, ada sesuatu yang mengganggu Raeli sejak kemarin. Pangeran kepala batu itu tidak henti menyebutkan utangnya. Jadi, di sinilah Raeli berdiri. Di depan ruangan Carry. Karena kakak tertuanya itu lebih sering berada di istana, Raeli jadi canggung ingin bicara dengannya. Tetapi tetap saja Raeli harus mencobanya. Ia harus melakukannya.Raeli mengetuk pintu sampai terdengan teriakan Carry yang memperbolehkannya masuk. Pria itu langsung berdiri begitu melihatnya. Memberikan senyum lebar yang bahkan Raeli sendiri tidak tahu harus memberikan senyum seperti
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko