Raeli tidak berselera melakukan apa pun setelah kembali dari istana kaisar semalam. Ia sulit tidur dan bahkan sudah bangun sebelum Anne berteriak masuk ke kamarnya.Raeli memilih untuk beristirahat saja di kamar pegawai lantai atas tokonya. Berbaring di ranjang tidur bertingkat milik Rose. Setiap kali Raeli memejamkan mata, wajah penuh beban Pangeran Ein menghantuinya. Seakan sebagian dari penderitaan di wajah pria itu disebabkan olehnya.Mengirimkan surat ketika pangeran di medan perang, ya?Raeli rasa itu tidak masalah. Tetapi pria itu mengatakannya seolah-oleh akan berangkat tidak lama lagi. Padahal perburuan menjelang musim dingin masih akan diadakn sekitar satu setengah bulan lagi.Ah, tidak tahu!Makin dipikirkan, Raeli semakin pusing. Raeli ingin beteriak, tetapi ia tidak bisa membiarkan semua pekerjanya di lantai bawah mendengar. Jadi ia hanya menutup wajahnya dengan bant
Raeli menatap keluar kereta kuda selama perjalanan pulang. Setelah Rose berlari mencarinya dan menyampaikan pesan Pangeran Ein, ia langsung bergegas pulang.Pria itu datang ke toko hari ini pasti punya sesuatu untuk di sampaikan dan tidak sengaja berada di situasi tersebut. Raeli hanya merasa harus berterima kasih karena sudah menyelamatkan nyawanya.Jika saja pangeran tidak cepat datang, mungkin Raeli sudah mati dengan keadaan pisau tertusuk ke leher. Hanya saja ia tidak menyangka bahwa pangeran akan menangkap pisau itu dengan tangannya dan terluka.Karena Raeli, pria itu tidak bisa memegang pedangnya.Kenapa peran utama malah harus menyelamatkan pemeran pembantu seperti Raeliana ini? Apa-apaan pula ucapannya yang bilang ingin menyelamatkan tunangan?Jujur saja, Raeli sedikit tersentuh karena apa yang dilakukan pria itu.Tanpa sadar pintu kereta terbuka, pel
Raeli harus segera menyiapkan dirinya untuk pindah ke istana kaisar. Maka setiap saat ia akan bertemu dengan pangeran dan hanya beberapa hari sekali bisa berkunjung ke toko. Lalu kaisar akan menempatkan pengawal untuknya.Raeli menutup wajahnya dengan bantal. Pangeran Ein jadi sangat menyeramkan dengan tampang seperti itu. Bahkan Raeli jadi tidak tahu harus mengucapkan apa untuk membantah pria itu.Di sisi lain ia mencemaskan pangeran dan lukanya. Karena Raeli pangeran terluka. Pria itu tidak bisa memegang gelas teh dengan benar.Aahh, Raeli tidak bisa tidur sama sekali. Kepikiran pangeran.Andai ia sudah pindah ke istana, Raeli bisa memastikan pangeran menemui dokter istana untuk mengobati tangannya. Paling tidak ia bisa melakukan sesuatu untuk pria itu sampai tangannya sembuh total.Dengan tangan seperti itu, pangeran tidak akan muncul di lapangan latihan. Sementara setiap kesa
“Aku tidak sabar menunggumu tinggal di sini.”Putri Liliane nyaris melompat-lompat seperti anak rusa musim semi sejak menyambut kedatangan Raeli di istana pagi ini. Tidak mencerminkan seorang puti sama sekali jika seperti itu. Di satu sisi, Raeli senang punya teman.Selama ini Raeli hanya di temani Anne dan beberapa pekerja di toko roti yang memang lebih tua darinya. Juga dikelilingi oleh Carry dan Kris. Ia tidak punya teman seumuran selain undangan jamuan teh yang nyaris setiap hari ditolak.Kenapa mereka tidak menyerah saja? Undangan itu pasti karena Vivian Rossent terus saja menyebarkan rumor kalau Raeli akan jadi bagian dari keluarga kerajaan. Mereka semua berlomba mendekatkan diri dengan Raeli untuk kebutuhan sosial mereka.Ya ampun, apa mereka tahu kalau trik seperti itu tidak akan mempan pada Raeli?“Saya senang Anda yang datang menyambut,” kata Rae
“Apa itu baik-baik saja, Yang Mulia?”Ein mengangkat tangannya. Raeliana mencemaskan tangannya. Apa gadis itu pikir jika tangannya terluka maka akan menjadi akhir dunia?“Tidak masalah,” jawab Ein. “Aku bisa melatih tangan kiriku.”Ein mengakat pedangnya yang tergenggam di tangan kiri. Berjalan bersama Raeliana kembali ke dalam istana.Sepertinya Raeliana tidak melawan saat diminta pindah ke istana. Terlihat sekali jauh lebih tenang dari biasanya. Bahkan pembicraannya juga mulai normal. Bagus. Lagipula Ein juga sudah muak dengan setiap penolakannya.“Kau mendapat kamar yang sesuai?”“Hmm?” Raeliana mendongak pada Ein. “Ah, ya. Kupikir itu cocok untukku.”“Kau mengalami kendala saat kemari?”“Tidak, Yang Mulia. Utusan istana menja
“Bodoh.”Pria yang berada dalam penjara itu bersujud pada sosok yang berdiri di depannya. Orang itu baru saja berjalan menembus besi sel. Tubuh tambunnya gemetar dan tidak berani mendongak untuk menatap sosok berjubah hitam itu.“Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau situasinya akan jadi begitu,” kata pria yang bersujud itu.Pria berjubah itu menginjak kepala si tahanan. Menekannya ke lantai sampai pria itu menggeram kesakitan. “Kau tidak mengenali putra mahkota Easter? Ke mana saja kau buang isi kepalamu ini?”“S-saya mohon ampun, Yang Mulia.”“Setidaknya kau beruntung, Dolp. Pria pirang itu tidak langsung menebasmu.”Tahanan bernama Dolp itu tetap menggeram sakit karena kepalanya diinjak dan tidak bisa melampiaskan rasa sakit itu. Ia terus mengenggam kuat tangannya. Meremas jerami yang me
“Kau yakin, Carry?” tanya Ein begitu ia selesai membaca selembar kertas yang diberikan Carry dan mendengar penjelasan pria itu.“Saya yakin,Yang Mulia,” jawab Carry.“Dia terlalu dekat dengan Raeliana.” Ein menautkan kedua tangannya di depan mulut, menatap lekat pada Carry. Kemudian berpikir.“Roseline memang dari negara itu, Yang Mulia. Tetapi dia hanya melarikan diri karena mendapat perlakuan tidak adil. Dia hanya korban.”Sejak awal melihat gadis itu di toko Raeliana, Ein sudah menduga gadis itu bukanlah bagian dari negara ini. Rambutnya semerah darah. Kalau dari negara ini, jelas sekali keluarga Rossent takkan membiarkan salah satu putrinya terlantar. Sayangnya, rambut keluarga Rossent memiliki warna merah lebih pekat. Sangat berbeda dengan warna rambut gadis bernama Roseline itu.“Bagaimana menurutmu, Tristan?” tany
“Jadi, bagaimana menurutmu, Tristan? Perlukah kita mengawasinya dari dekat?” Ein meletakkan pena bulunya ke dalam guci di samping tinta, melihat pada Tristan yang berdiri di sisi meja kerjanya.“Kita lihat dulu saja, Yang Mulia. Biarkan dia di sana untuk sementara waktu,” jawab Tristan.Kunjungan siangnya ke toko roti Servant tidak terlalu membuahkan hasil. Malah Ein kira itu adalah kunjungan yang tidak berarti sama sekali. Saat ia datang, toko sangat tenang. Malah ada yang memberitahunya bahwa Raeliana belum muncul di toko sejak beberapa hari. Tampaknya belum ada yang tahu kalau Raeliana sudah pindah ke istana.Ein mendatangi gadis berkepala apel, Roseline. Gadis itu tidak terlihat seperti orang trauma, sama halnya Raeliana. Seakan tidak mengalami hal buruk. Jadi, Ein pikir kalaupun ia memberitahu tentang kondisi pamannya yang sudah mati, gadis itu pasti tidak akan syok.Namu
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko