Share

My Hot Bos (Demam)

Penulis: Rosalia Agatha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-02 21:07:13

Tubuh jangkung itu menghimpitnya ke dinding. Punggung Kania kini sudah menyentuh dinding yang dingin.

"Bapak mau ngapain? Jangan macam-macam, ya!" serunya panik.

Marlo tak mempedulikan protes dari Kania. Tangannya menapak di dinding belakang tubuh Kania. Kepala Marlo menyuruk di cekungan leher wanita itu.

"Pak, saya ingatkan lagi, Bapak jangan macem-macem, ya!"

Kini kepala Marlo bersandar miring di pundak Kania. Rambut lelaki itu menyapu telinga Kania.

Wanita itu sudah siap mendorongnya, tetapi tangannya seperti tersengat kompor. Badan Marlo terasa begitu panas di telapak Kania.

"Pak?"

Posisi Marlo kini memeluk tubuh Kania, merapat ke dinding, matanya terpejam. Rasanya nyaman sekali berdiri memeluk Kania seperti itu.

Wanita itu kian merasakan sengatan panas tubuh Marlo hampir di sekujur tubuhnya. "Pak! Astaga! Bapak demam ini!" seru Kania semakin panik

"Sst ...! Udah diem aja, saya pinjam tubu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Malam Pengganti

    “Divia, gimana Nadin? Masih demam, enggak?” Suara itu kian akrab di telinga Divia. “Damar? Udah, udah kok, udah enggak panas. Kita lagi main ini,” jawab Divia, ia melirik ke arah Nadin yang sedang memainkan boneka Barbie. “Udah makan?” “Udah, Nadin kan harus minum obat. Jadi tadi udah makan sebelum minum obat.” “Mmm. Kalau Piza, Nadin suka nggak?” “Nggak tahu, coba bentar gue tanyain, ya.” Divia berpaling pada Nadin, tangan kanannya yang memegang ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Kenangan Pahit

    Lelaki jangkung itu menarik tangan Kania dengan kasar. Langkah-langkahnya yang panjang membuat Kania seperti terseret harus mengikuti supaya tidak tertinggal."Kita ke mana, sih, Pak?"Kania melirik wajah atasannya yang kaku, tanpa ekspresi.Jangan-jangan gue mau dibantai ini, pikiran jelek Kania tiba-tiba muncul."Pak, ngapain kita ke sini? Enggak mau, saya mau kembali ke kamar aja." Protes wanita dengan kaus longgar dan celana yoga itu.Marlo membawa Kania naik ke sebuah bangunan tinggi dengan cor beton. Bagian atas bangunan itu terbuka tanpa ada peneduh. Dari tempat mereka berdiri saat ini mereka bisa melihat hamparan pohon sawit membentang sampai batas cakrawala."Saya, saya belum pernah ke tempat ini. Menakjubkan! " Mata Kania terbuai oleh hamparan gelap di bawahnya.Mendung yang sedari siang menggantung di langit sudah sirna, kini cahaya rembulan muncul menyinari hamparan sawit yang berjajar

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Pulang

    "Asyik! Onty Vi, kita main sebelah sana, yuk! Nadin mau ke situ, ayo, Onty!" Gadis kecil itu terus bergerak ke sana ke mari, hatinya sungguh riang bisa berlibur sementara waktu."Nadin, Onty Vi mungkin capek, sama Om Damar aja, ya. Nanti Onty nyusul."Gadis kecil itu mengangguk dengan semangat. Damar mengulurkan tangan, Nadin menyambutnya dengan suka ria. Gadis itu berjalan melompat-lompat di samping Damar. Divia melihat pemandangan di depannya dengan senyum semringah. Orang pasti mengira mereka adalah keluarga kecil bahagia. Sayangnya hal itu jauh dari kenyataan.Divia berjalan memutar playground, ia berencana memesan minuman untuk mereka bertiga sebelum bergabung bersama Nadin dan Damar."Jay? " Divia mengenali sosok lelaki yang sedang merangkul gadis belia di depannya. Jantungnya berdebar kencang. Rasa tak karuan antara amarah dan kecewa.Lelaki itu menoleh dan cukup terkejut mendapati Divia di tempat itu. Ia segera m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Dalam Benak Marlo

    Perjalanan berjam-jam lewat darat dan disambung dengan perjalanan udara selama hampir dua jam cukup melelahkan. Kania dan Marlo akhirnya sampai di Ibu Kota. Mereka keluar dari bandara sudah cukup larut malam karena penerbangan yang mereka ambil tadi adalah penerbangan terakhir."Saya antar pulang," kata Marlo kaku. Lelaki itu berjalan di sisinya sambil menggeret travel bag masing-masing."Enggak usah, Pak. Terima kasih. Saya bisa pulang sendiri, kok.""Kania!" Sebuah suara familiar memanggil nama wanita itu. Mereka berdua kompak menoleh.Barry berdiri tegak tak jauh dari mereka dengan kaus turtleneck lengan panjang berwarna cokelat dan celana denim. Rambutnya rapi dipoles styling gel."Ba-Barry?" Kania tampak ragu-ragu. Ia melirik bergantian antara Marlo dan Barry. Wanita itu sempat melihat rahang Marlo yang tiba-tiba mengeras, tapi hanya sekilas. Nyaris tak kentara. Wajah Marlo kembali datar dalam wakt

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Hati-hati

    "Mama enggak ke kantor?" Gadis kecil berseragam sekolah warna kuning itu menggigiti pinggiran roti lapis isi selai yang menjadi sarapannya."Mama libur, Sayang." Wanita muda dengan gaun pendek warna peach itu mengoles sebuah roti tawar lagi dengan selai bluebery."Asiiik, berarti Mama bisa anterin Nadin ke sekolah, yaa!"Kania mengangguk sambil tersenyum melihat Nadin yang berjingkat-jingkat bahagia."Iya, Mama anterin ke sekolah, tapi habiskan dulu sarapannya ya, minum susunya juga!""Iya, Ma. " Gadis itu segera melahap roti lapis kesukaannya, kemudian menghabiskan segelas susu putih yang dibuat oleh Bi Darni.Divia muncul membawa dua tenteng tas penuh di kedua tangannya."Kan, gue berangkat dulu, ya. Lu istirahat, ntar habis anterin Nadin, okay?""Makasih banyak, ya. Vi!" Kania mencium pipi sahabatnya. "Gue banyak berutang sama elu, beneran! Makasih banyak pokoknya udah jagain Nadin selama gu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Hati Yang Penuh Cinta

    Kania mematut diri di cermin sebelum berangkat ke kantor. Hari ini adalah hari presentasinya kembali di rapat direksi. Hari ini juga launching project-nya bersama dengan Barry, sebuah buku panduan bisnis yang telah digarap selama beberapa minggu. Kania mematut gaun dalamnya yang berupa gaun resmi tanpa lengan berwarna lavender dengan kerah bundar sepanjang lutut. Sebagai outer ia memakai blazer warna hitam sebatas panggul, dengan lengan sebatas siku. Rambutnya kemarin sudah digunting rapi dengan style bob pendek di atas bahu, membuat wajahnya semakin berkilau. “Mama sudah siap?” Nadin muncul sudah berseragam sekolah lengkap. “Siap, Sayangku. Kita berangkat sekarang?” &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Ungkapan Cinta (18+)

    Singapura Empat orang lelaki tegap masuk ke sebuah apartemen di lantai sepuluh. Para lelaki itu dengan mudah masuk melalui pintu depan. Sudah beberapa hari ini, mereka diperintahkan untuk mengawasi unit apartemen tersebut. Kini, mereka sudah menerima perintah baru untuk melaksanakan tugas yang telah dibahas sebelumnya.Seorang gadis kecil yang sedang tidur lelap di ranjang diangkat sedemikian rupa, lalu dibawa begitu saja oleh lelaki itu. Sang Ibu histeris, ia meraung-raung meratapi putri kecilnya yang diambil. Badannya lemah menggelosor di lantai, ia terus memanggil-manggil nama putri kesayangannya. Namun, para lelaki berbadan tegap itu tak menghiraukan.Wanita berhidung mancung itu seperti tersadar akan sesuatu, lantas segera berdiri meraih ponselnya.Ia berusaha melakukan panggilan ke salah satu nama di kontaknya. Namun, sambungan tersebut tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Ancaman

    “A-a-ada telepon!” Kania menarik diri dari Barry. Wanita itu segera merapikan baju dan rambutnya yang sedikit berantakan. Mereka masih berada di dalam mobil. Tangan Barry masih menggengam erat tangan Kania, walaupun wanita itu berusaha menjauh. Wajah Kania merona merah, bibirnya membengkak karena habis dilumat oleh Barry.Barry mengambil ponsel di sela-sela duduk mereka berdua. Mengamati sebuah nama inisial muncul di layar ponsel pintarnya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Ia tidak mungkin mengangkat telepon tersebut di hadapan Kania, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju kantor.“Kita jalan lagi, ya,” bisik Barry lembut sambil memandangi sang kekasih.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14

Bab terbaru

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Lumpuh

    Marlo melirik rekan seperjalanannya yang sudah terlelap. Baru beberapa menit yang lalu mereka berpamitan dengan Anjani, Damar, dan Divia, tetapi Kania sudah lelap. Tangan kanan lelaki itu masih memegang erat setir mobil yang melaju pelan menuju gerbang tol. Antrian mobil cukup panjang. Sudah biasa terjadi di akhir pekan. Puluhan bahkan ratusan mobil bernomor plat Ibu Kota akan memadati jalur lingkar luar dari arah pinggir menuju dalam kota, bersiap untuk beraktivitas kembali keesokan hari setelah menghabiskan akhir pekan di luar kota.Tangan kiri lelaki berjaket kelabu itu berhasil menyingkirkan sejumput rambut yang jatuh di tulang pipi Kania. Diam-diam ia memperhatikan wanita cantik yang tertidur di bangku sebelahnya. Dada Marlo sesak karena bahagia. Tak lama lagi mereka akan disatukan dalam pernikahan. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta. Dulu ia pikir jatuh cinta hanya dialami oleh orang yang lemah. Namun, kini ia sadar, cinta bisa sangat

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Setia

    Arifin Arsena memacu mobil jeepnya dengan kecepatan mendekati seratus kilometer per jam. Arus macet dari jalur pinggir kota menuju pusat, berlawanan arah dengan laju mobilnya, hingga dengan mudah ia memacu mobil kesayangannya membelah malam di hari Minggu. Lelaki paruh baya itu melirik arloji tuanya yang sudah menunjuk angka sepuluh. Perawakannya yang tegap, tinggi, dan gagah memang sangat pas duduk di kursi pengemudi mobil dengan roda besar itu.Mobil itu adalah mobil kesayangannya yang didapat pertama kali dari jerih payah bekerja sebagai tangan kanan jutawan terkenal, Erlangga Hadinegoro. Sudah lama sekali, sejak pertama kali ia bertemu dengan lelaki tangguh, pengusaha kawakan pendiri Hadinegoro corp itu. Kala itu, Arifin yang mantan personil seragam hijau sedang dalam kondisi terpuruk. Ia diberhentikan dari satuan tugasnya karena sebuah kasus pidana. Bukan kasus tanpa sebab, ia tidak menyesal dikeluarkan. Satu hal yang diyakininya adalah kesetiaan dan pengor

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Memory

    Divia mengamati Damar yang sedang sibuk membongkar kotak kayu di ruang makan. Kedua tangan lelaki itu menarik tuas kecil di bagian depan kotak kayu yang sepertinya sedikit macet. Tiga kali hentakan kuat, akhirnya kotak kayu itu terbuka."Kotak apa itu?" tanya Divia sambil menjulurkan kepalanya melongok ke bagian gelap kotak kayu.Belum ada jawaban dari Damar. Tangan lelaki itu meraba raba ke dalam kotak."Kamu mau nunjukin apa, sih? Penasaran loh, aku!" Divia melipat kedua lengannya di depan dada.Akhirnya Damar meraih sesuatu dari dalam kotak. Ia mengangkat selembar kertas berwarna pudar. Ia tersenyum, lalu menyodorkan kertas berisi gambar itu ke arah Divia."Lihat ini," ujarnya.Divia semakin mendekat, meraih lembaran itu, lalu mengamatinya dengan seksama."Foto? Foto siapa ini? Wanita cantik ini jelas Ibu kamu." Divia mengamati tiga so

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Restu

    Barry keluar dari kamar mandi dengan wajah terlihat lebih segar. Handuk kecil melilit bagian lehernya. Lima menit yang lalu, pelayan sudah membawakan jus apel lemon ke kamar.“Ini, minum jusmu!” Clarissa menyodorkan minuman dingin berwarna terang dengan gelas tinggi ke hadapan Barry. “Masih pusing?” tanya wanita itu melihat dahi Barry berkerut.Barry mengangguk lalu menerima segelas jus buah dari ibunya. Menenggaknya dalam beberapa teguk. “Makasih, Ma.”“Hm, sekarang duduk, Mama mau ngomong.”Lelaki muda itu menurut, meletakkan gelas tingginya yang kini kosong ke meja, lalu duduk di ranjang. Ia mengusapkan handuk kecil beberapa kali ke dahinya yang sedikit basah.

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Tentang Clarissa

    Clarissa bergeming di tempat duduknya, sebuah sofa tunggal dari bahan beledu cantik, warnanya senada dengan nuansa kamar tidur yang keemasan, terkesan mewah dan glamor. Mata wanita cantik itu menerawang jauh. Kacamata berbingkai emas yang ia kenakan tidak dapat menyembunyikan matanya yang nanar. Ia baru saja menerima telepon dari salah seorang kepercayaannya.“Nyonya, lelaki itu sudah buka mulut. Sepertinya lelaki tua yang mengancamnya itu adalah Arifin. Nyonya ingat? Lelaki kepercayaan mendiang Tuan Hadinegoro dulu,” ucap suara serak di ujung telepon.“Kurang ajar! Bukannya lelaki itu ada di dalam penjara? ““Betul, Nyonya, Arifin menginterogasinya di dalam penjara. Sepertinya ia punya koneksi orang dalam, hingga bisa melakukan ancaman kepada orang kita.”“Kamu habisi saja lelaki itu di dalam penjara! Sekarang! Saya tidak mau si Arifin itu sempat menemukan bukti lain!” tegas Clarissa, suaranya

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Anjani

    "Menurut kamu, Divia sudah tahu mengenai identitas Damar?" Kania melirik ke arah Marlo yang sedang menyetir di sebelahnya."Entahlah, mungkin sudah. Sepertinya hubungan mereka semakin akrab, aku mencium bau romantis di antara mereka."Sontak Kania tertawa terpingkal-pingkal, membuat Marlo melirik kekasihnya itu dengan tatapan tersinggung."Kok malah ketawa?"Kania buru-buru menahan tawanya sambil geleng-geleng kepala. "Sorry, Sayang, kamu bilang mencium bau romantis, mendengar kamu yang bilang seperti itu membuatku geli, Tuan Serius!"Akhirnya, Marlo mengulas senyum juga di bibirnya, memang benar yang diucapkan Kania. Dia orang yang serius, tak pernah kenal istilah cinta apalagi romantis. Namun, kebersamaan dengan Kania merubah semuanya. Indra perasanya menjadi semakin peka."Aku berkali-kali menggoda Divia soal hubungannya dengan Damar, tetapi dia selalu mengalihkan pembicaraan."

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Gejolak Hati Divia

    Divia baru saja selesai melakukan aktivitas rutin di akhir minggu. Pagi tadi ia sudah berangkat ke fitness center, melakukan yoga sekitar sejam lamanya. Kini setelah mandi dan sedikit bersolek di ruang ganti fitness center, ia menjejakkan kakinya ke lorong mal yang masih sepi. Pusat kebugaran favoritnya itu terletak di dalam mal. Jam di dinding masih menunjuk pukul 09.00 ketika ia keluar dari pusat kebugaran itu.Mode getar dari ponsel pintarnya berfungsi, sambil terus berjalan menyusuri lorong, Divia meraih benda pipih itu dari kantong tas fitness-nya. Bibir wanita itu melengkung ke atas saat melihat nama Damar muncul di layar."Halo, Mar?" sapanya."Vi, bisa ikut aku, nggak?" Lelaki di ujung telepon rupanya tidak suka basa-basi."Ha? Ikut ke mana? Aku baru aja selesai yoga di Gym, sebentar lagi nyampe kos-kosan." Divia masih mengayunkan langkah dengan pelan."Okelah, setengah jam l

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Tak Bisa Jauh

    "Mama!" Gadis kecil itu berteriak, berlari ke arah Kania. Sedetik kemudian Kania limbung karena tubuh kecil nan energik itu menghantam bagian bawah tubuhnya.Gadis kecil itu terkikik girang, membuat Kania langsung menangkap dan menggendongnya di lengan."Aduuuh, Sayang, kebiasaan!" Dengan gemas Kania menowel hidung mungil Nadin."Hei, Cantik, selamat yaa, pertunjukanmu berjalan lancar. Kamu luar biasa sekali!" Marlo memekik tertahan.Nadin tersenyum semringah, merentangkan tangan kepada lelaki di sebelah Kania itu. Marlo buru-buru meraihnya, memindahkan Nadin dari lengan Kania ke lengannya sendiri."Makasih, Om," ucap Nadin dengan riang. Gadis kecil itu memeluk bahu Marlo dengan kencang.Dengan ekspresi bangga, Marlo menatap Kania. Senyumnya lebar, matanya berbinar. Kania sangat suka melihat ekspresi Marlo seperti ini. Batinnya terus berteriak bahwa Marlo adalah tipe seora

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Pertunjukan

    Kania mememui Prasetya di sebuah kafe di pusat kota."Sehat, Pak?" Wanita itu duduk di kursi di seberang lelaki berambut kelabu."Alhamdulilah," jawab lelaki itu mantap."Maaf, agak lama menunggu."*Saya juga baru sampai. Kamu gimana, Kan? Sehat?""Puji Tuhan, Pak."Seorang pelayan membawa baki berisi satu cangkir kopi pekat untuk Prasetya. Lelaki itu mengangguk menunjukkan Terima kasih, sebelum sang pelayan undur diri."Kania sudah pesan?""Sudah, tadi di konter depan, sebentar lagi mungkin datang.""Saya senang kalau kamu sehat, Kan. Saya lihat kamu juga malah lebih fresh sekarang."Kania tersenyum merona. Pak Prasetya belum mengetahui sejauh mana hubungan dirinya dengan Marlo."Pak, saya dengar Bapak mau resign dari kantor. Apa betul?"Lelaki itu menatap Kania dari balik kepulan uap panas ko

DMCA.com Protection Status