Carlos menuju ke sebuah taman, taman itu sangat indah, dan di depan taman itu terdapat sebuah danau yang berwarna biru yang sangat cantik.
Tempat ini adalah adalah tempat kesukaan Mikaila, dia mengetahui tempat ini tepat sebelum hari pengesekusian Mikaila. Mengingat dia sendiri yang menyuruh Mikaila mati dengan cara meminum racun, membuat hati Carlos lagi-lagi merasa sakit.
Tanpa sadar mata Carlos menangkap sosok seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman, sambil bernyanyi. Suaranya begitu indah dan merdu, setiap lagu yang keluar dari mulut gadis itu membuat Carlos begitu tenggelam dalam rasa penyesalannya.
"Mikaila," panggil Carlos sambil berjalan mendekati sosok gadis itu. Pakaian Carlos yang biasa terlihat begitu rapih, kini terlihat kotor dan acak-acakan. Peluh, membasahi pipinya. Karena dia berlari begitu kuat seperti orang yang kehilangan akal.
Merasa namanya dipanggil, Mikaila mengalihkan atensinya dari danau, ia kini me
Mikaila bangun dari tidurnya, napasnya sedikit memburu. Karena dia lagi-lagi bermimpi hal yang sama secara berulang-ulang. Tentang perang, mayat-mayat bergelimpangan, tangisan, dendam dan amarah yang bercampur menjadi satu.Lagi-lagi dia melihat sesosok seorang pria yang mati dalam dekapannya, dan anehnya, dia seolah merasakan itu adalah hal yang nyata, sampai-sampai dia ikut menitihkan air mata. Dia sendiri tidak mengerti apa maksud dari semua ini, jika mimpi ini terjadi satu atau dua kali itu mungkin adalah hal yang wajar, tapi ini ... berulang kali, bahkan hampir setiap hari. Seolah mimpi ini adalah sebuah petunjuk, akan tetapi dia tidak mengerti arti dari petunjuk ini.'Tok tok tok'"Nona, Pangeran Leonard, Grand Duke Xavier dan Tuan Anhard sudah menunggu anda di luar," ucap Marry balik pintu.Mikaila mendesah kasar, dia mengumpat pelan karena lupa bahwa ternyata mereka telah membuat janji untuk membahas tentang langkah selanjutnya yang ha
Peresmian butik milik Mikaila begitu sukses di kalangan bangsawan, banyak sekali para bangsawan khususnya para gadis datang ke peresmian tersebut.Hanya dalam sekali debut, begitu banyak gaun-gaun yang terjual. Bahkan setelah tiga hari peresmian butik pun, butik Mikaila masih dikerumuni oleh banyak orang.Mereka menyukai desain gaun yang Mikaila ciptakan.Saat ini Mikaila tengah bersantai sambil meminum segelas teh yang telah dibuat oleh Marry, dia sedikit kelelahan karena akhir-akhir ini begitu sibuk.Tak lama, Mikaila mendengar suara ketukan pintu dari luar, karena dia sudah tahu bahwa Marry tidak ada dan mereka hanya tinggal berdua. Membuat Mikaila mau tak mau bangkit dari posisi duduknya saat ini, dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.Dia pikir orang yang datang ke rumahnya ini adalah orang yang biasanya datang ke sini. Akan tetapi dia merasa sedikit terkejut ketika pintu terbuka malah menampilkan sosok lelaki pa
Helena merasa marah, dia membanting apa saja yang ada di kamarnya. Dia sungguh kesal, dia tidak mengerti apa yang terjadi sampai-sampai keluarga Arundell dan juga Carlos menjauhinya. Belum lagi desakan dari ratu untuk segera menjalankan rencananya."Sialan, semuanya sialan!" Helena terus berteriak seperti orang gila, dia menarik seprai di kasurnya lalu mengacak-acaknya begitu saja.Tadi dia pergi ke istana mencoba untuk menemui Carlos, akan tetapi lelaki itu malah tidak ingin menemuinya dan menyuruh para penjaga mengusirnya. Lalu setelah itu dia pergi ke rumah keluarga Arundell, akan tetapi para pelayan di sana mengatakan bahwa mereka mencari Mikaila."Mikaila, ini semua pasti karena dia!" desis Helena tajam, sikap Carlos yang menjadi aneh pun itu karena dia bertemu Mikaila.Kenapa semua orang malah berbalik mendukung wanita gila itu, harusnya mereka tetap membenci Mikaila karena dia memang pantas dibenci.Sedetik kemu
"Phillen, apakah wajahku sekarang terlihat jelek? Ini sakit sekali." Helena merengek seperti anak kecil. Dia menatap sebuah luka yang ada di dagu juga di pipinya, melalui cermin. Ini semua karena sayatan belati yang diberikan oleh Xavier."Tidak Helena, bagiku kau tetap yang tercantik," balasnya dengan tersenyum lembut. Dia begitu berhati-hati saat mengobati luka yang ada di wajah cantik Helena."Tapi ... wajahku ada bekas luka, aku pasti tidak cantik lagi dan kau pun pasti akan meninggalkanku." Helena memanyunkan bibirnya, dia menunduk. Dan bulu matanya mengerjap-ngerjap menghalau air mata yang berjatuhan.Dengan lembut, Phillen menangkup wajah mungil Helena. "Tidak, bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu sedangkan, setiap harinya aku terus memikirkanmu?""Pembohong," ujar Helena tak percaya. Dia memalingkan wajahnya kesamping. Tidak ingin melihat Phillen secara langsung."Jika aku berbohong. Bagaimana mungkin aku bertahan sej
Mikaila terduduk di sebuah sofa ruang tamu rumahnya, dia membalik lembar demi lembar buku yang saat ini dia baca. Buku ini merupakan buku kuno yang diberikan oleh Anhard.Sesaat matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Dalam buku kuno tersebut, terdapat lambang tato yang sama di persis ditubuh Anhard dan juga Casis.Pantas saja, saat melihat tato yang ada di tubuh Anhard dan Casis dia merasa tak asing. Ternyata dia pernah melihatnya di buku ini. Tapi kenapa lambang tato yang ada di tubuh Anhard dan Casis ada di buku kuno ini? Mikaila tidak mengerti apa maksud semua ini.Ketika Mikaila menyentuh lambang tato tersebut, tiba-tiba saja buku tersebut mengeluarkan sebuah cahaya berwarna merah yang menyilaukan. Dan muncul sebuah tulisan setelah cahaya tersebut meredup.'4 bunga, setengah bulan, di bawah cahaya merah. Membangkitkan keabadian.'Mikaila mendadak syok, saat membaca tulisan yang ada di buku kuno tersebut. In
"Lady Mikaila, silakan masuk." Anhard menyambut kedatangan Mikaila dengan ramah seperti biasanya. Lelaki itu berdehem pelan, lalu membuat gerakan merapikan penampilan. Takut kalau penampilannya acak-acakan dihadapan Mikaila.Gadis itu langsung saja duduk di sebuah sofa berwarna putih, berhadapan langsung dengan Anhard."Ada apa anda ke sini? Apakah anda ingin mengetes kemampuan sihir anda seperti biasanya? Tapi ini belum jadwalnya." Anhard bertanya dengan bingung, karena biasanya Mikaila datang ke sini hanya untuk mengetes kemampuan sihirnya dan itu pun setiap dua minggu sekali.Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya ke sini bukan untuk itu.""Lalu apa?" tanya Anhard penasaran.Mikaila langsung mengeluarkan sebuah buku kuno, dari balik tudung yang dia kenakan. Dia memberikan buku tersebut pada Anhard. "Saya tidak mengerti dengan arti yang ada di buku ini Tuan, tadi ... saat saya sedang membaca buku ini. Tiba-tiba saja
Selama lebih dari seminggu ini, Evands baru saja dikeluarkan dari ruang hukuman. Saat di ruang hukuman, dia disuruh menyalin peraturan keluarga, sebanyak seribu lembar. Dan dia tidak diizinkan keluar ruangan, apabila hukumannya belum selesai. Akibatnya, tangannya kini menjadi sakit karena menulis tiada henti. Di hanya berhenti hanya ketika makan dan tidak sengaja ketiduran. Dan itu pun sebentar, setelah selesai makan dan tidur dia kembali melanjutkan menulis hukumannya.Pemuda tampan itu, merebahkan tubuhnya diatas kasur. Seluruh tubuhnya terasa remuk, karena lebih dari seminggu ini dia hanya bisa duduk.Evands mendesah kasar, semua ini karena anak pembawa sial itu. Mengapa juga ayah dan kedua kakak lelakinya yang lain lebih membela Mikaila? Padahal, jelas-jelas dia hanyalah si pembuat onar dan hanya bisa menyusahkan.Tak lama, tatapan matanya tanpa sadar melihat pada sebuah kotak persegi panjang yang bisa dibilang cukup besar. Kotak persegi panjang
Mikaila menatap datar pada sosok pemuda tampan bermata biru tua, yang kini tengah berdiri dihadapannya.Dia tidak tahu, apa yang dilakukan orang itu di sini. Niat awalnya dia hanya ingin pergi ke butik yang dia miliki, akan tetapi saat keluar dia malah harus berpapasan dengan Evands.Ya pemuda itu adalah Evands, dia memandang Mikaila dengan sendu, terlihat jelas jejak kerinduan di sana.Setelah mencari ke sana-sini dan mengancam banyak orang hanya untuk bertemu dengan Mikaila, akhirnya Evands menemukannya.Mikaila terlihat sangat cantik, bahkan kini dia terlihat begitu baik dibandingkan saat tinggal di Mansion keluarga Arundell. Tatapan mata Mikaila hanya menatap ia secara datar, seolah mereka hanyalah orang asing yang bahkan tidak saling mengenal.Hati Evands mendadak ngilu, bayangan Mikaila yang tertawa riang dan tersenyum manis saat mereka bermain bersama membuat Evands terjebak dalam ilusi masa lalu."
Saat ini, keluarga Theo sudah sampai di dunia manusia. Mereka menyamar, sebagai manusia biasa, karena tidak ingin manusia-manusia di sana ricuh dengan kedatangan mereka.Theo berserta istri dan anaknya, langsung pergi ke kerajaan Valcke. Karena sebelumnya, Mikaila sudah memberitahukan kedatangannya pada Serena, melalui kalung yang waktu itu dia berikan pada Serena. Ternyata, kalung itu selain berguna untuk melindungi Serena, juga bisa digunakan untuk berkomunikasi.Cara kerjanya mirip dengan alat sihir yang dibuat oleh Anhard waktu itu. Hanya saja ini berbentuk kalung.Sekarang, Leonard dan Serena telah menjadi raja dan ratu kerajaan Valcke. Semenjak kejadian jatuhnya Irene waktu itu dan semua kebusukan Irene terbongkar, Irene langsung di hukum mati dengan cara dipenggal atas segala dosa-dosanya. Jasad Carlos dimakamkan di makam khusus kerajaan, karena biar bagaimanapun dia mati sebagai pahlawan.Dan semenjak kejadian itu semua, Petricio jatuh
7 tahun kemudian"Tidak, Ayah, aku ingin bersama Ibu, Ayah pergi sana." Bocah kecil berusia kisaran tujuh tahun itu menatap Theo dengan galak, dia memeluk Mikaila seolah takut Theo, akan mengambil ibunya darinya.Ya, bocah berusia tujuh tahun itu adalah anak Mikaila dan Theo. Namanya Axelion, tidak ada alasan khusus mengapa Theo dan Mikaila menamai anaknya seperti itu. Nama ini, Theo dapat secara tidak sengaja ketika sedang memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Akhirnya, tanpa sengaja Theo mempunyai ide untuk memberikan nama Axelion pada anaknya itu.Saat Mikaila melahirkan Axelion, Mikaila merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa. Saat Mikaila sedang melahirkan, suara petir bergemuruh diiringi dengan terdengarnya suara tangisan bayi.Sesuai dengan yang sudah ditakdirkan, keturunan Dewi Cahaya dan Dewa Kegelapan akan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, dan Axelion adalah buktinya.Saat pertama kali Axel
Saat ini, Mikaila sedang mengandung anak pertama mereka. Usia pernikahan Mikaila dan Theo sudah berjalan 7 bulan, dan di bulan ke-tiga pernikahan mereka, Mikaila telah telah mengandung buah hati mereka. Karena Mikaila adalah seorang Dewi dan Theo adalah seorang Dewa. Tentu saja kehamilan Mikaila tidak seperti manusia normal.Di kehamilannya yang baru menginjak bulan ke-tiga ini, perut Mikaila sudah membesar seperti orang yang telah hamil sembilan bulan.Mikaila dan Theo saat ini tengah bersantai di kamar mereka, Theo yang kini telah menjadi Dewa Agung, memiliki tanggung jawab yang besar dan jarang memiliki waktu bersama istri tercintanya.Makanya ketika ada waktu luang begini, biasanya akan Theo gunakan untuk bermanja-manja pada Mikaila. Seperti saat ini, dia dengan manjanya tertidur di pangkuan Mikaila, dengan paha Mikaila sebagai bantalnya, wajahnya menghadap langsung pada perut Mikaila yang sudah membuncit sesekali Theo mengecupi perut bunci
"Dewa Agung, gawat! Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya telah bangkit dan sepertinya mereka akan membalas dendam karena peperangan besar yang terjadi waktu itu!" Salah satu orang kepercayaan Dewa Agung lari dengan terburu-buru menghampiri Dewa Agung. Dia khawatir, bahwa Mikaila dan Theo akan bersatu dan pada akhirnya membunuh Dewa Agung."Mereka sudah bangkit kembali?" tanya Dewa Agung, yang dibalas dengan anggukan oleh orang kepercayaannya itu.Bukannya takut, Dewa agung itu malah tersenyum. "Kita lihat, sampai mana bocah-bocah itu, berhasil melawanku," katanya yang masih saja merasa sombong.BoomTepat setelah Dewa Agung berkata seperti itu, pintu istana Royalgeez hancur. Semua yang ada di dalam ruangan nampak kaget. Setelahnya, mereka melihat Mikaila dan Theo yang berdiri dengan gagahnya di hadapan mereka.Mikaila menatap Dewa Agung yang ada di kursi singgasana dengan pandangan dingin. Sesuai sumpahnya waktu itu, dia a
1000 tahun laluMikaila memeluk tubuh Theo yang sudah tidak bernyawa, dia menangis keras karena kini lelaki yang dicintainya tidak lagi memiliki tanda-tanda akan membuka matanya."Theo kau harus bangun! Kau tidak bisa meninggalkan aku sendiri di sini," ucap Mikaila sambil memeluk wajah Theo yang kini sudah dipenuhi darah. Bahkan kini pakaian yang dikenakan oleh Mikaila ikut memerah karena terkena darah milik pria itu.Mikaila merasa dunianya runtuh, dia tidak tahu bahwa perang besar ini akan terjadi. Dewa agung dan pasukannya terlalu licik, mereka tahu bahwa Theo kehilangan alat pengendali alam kegelapan miliknya. Dan saat kesempatan ini, mereka menyerang Theo dan membuatnya kalah dengan mudah.Mikaila tahu, dari dulu Dewa Agung selalu takut posisinya terancam oleh Theo karena semakin lama, Theo semakin kuat. Di dunia ini, di mana yang kuat adalah pemenangnya. Dan jika Theo terus bertambah kuat, maka kemungkinan besar Theo bisa mengalahkan Dew
Setelah Javis menghilang, suasana mencekam pun hilang, angin dan kabut yang sangat kencang pun reda.Kini suasana kembali tenang. Cahaya bulan purnama merah telah meredup. Kini digantikan dengan cahaya bulan dan bintang.Mikaila tersenyum menatap Theo, yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.Dua orang itu saling berjalan menghampiri. Lalu, Mikaila kembali mendekap kembali tubuh Theo dengan erat. "Akhirnya, aku tidak jadi kehilanganmu, aku taku sekali," ucap Mikaila dalam dekapan Theo."Aku tidak akan pernah pergi Kai, aku akan selalu ada untukmu, dan semuanya akan selalu baik-baik saja," bisik Theo tepat di telinga Mikaila, seraya mengecup lama puncak kepala gadis itu."Apakah setelah ini, kita akan kembali ke dunia Dewa?" tanya Mikaila mendongkakan kepalanya, dan mata biru tuanya bertatapan langsung dengan mata violet milik Theo."Ya, karena biar bagaimanapun ini bukanlah dunia kita," jawabnya sambil mengelus p
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat kuat, itu adalah Carlos yang menggunakannya tubuhnya untuk menerobos pada lingkaran sihir hitam yang dibuat oleh Javis.Carlos dengan cepat mengambil alat berbentuk segitiga yang mengapung di udara itu. Dan ketika Carlos berhasil mengambil alat itu, seluruh tubuhnya terasa remuk, organ dalamnya seakan hancur. Namun, akibat hal itu pula tubuh Javis terpental karena dorongan kekuatan yang berbalik padanya.Semua yang menyaksikan hal ini merasa terkejut, dengan aksi heroik Carlos yang tiba-tiba. Tidak ada yang menyangka, bahwa Carlos yang mereka anggap tidak layak untuk menjadi putra mahkota akan mengorbankan nyawanya sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Theo barusan, hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemilik darah kegelapan. Karena alat itu adalah pengendali alam kegelapan jadi hanya bisa ditaklukkan oleh pemilik darah kegelapan juga.Orang tua Carlos adalah pengikut Kegelapan, jadi ketika
Namun, bukannya takut Javis malah tertawa bahagia. "Hahaha Mikaila, apakah kau pikir, kau bisa membunuhku? Simpan pikiranmu itu karena sebelum kau membunuhku aku dulu yang akan membuatmu mati dan menghancurkan dunia ini!" Javis mengeluarkan alat pengendali alam kegelapan. Alat itu berbentuk segitiga dan di tengah-tengahnya terdapat simbol bunga.Sementara Theo yang tahu apa yang ingin Javis lakukan merasa panik. Iblis gila itu ingin menghancurkan dunia dengan alat pengendali alam kegelapan. Karena alat pengendali alam kegelapan milik seorang Dewa. Tentu saja kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orang-orang yang ada di dunia ini.Terlebih alat itu, juga dianggap sebagai alat yang sangat kuat di dunia para Dewa. Jika Javis sampai menghancurkan dunia ini menggunakan alat pengendali alam kegelapan, maka semuanya musnah. Dunia akan hancur, dan dunia Dewa pun akan setengahnya hancur."Kau gila Javis, kembalikan alat itu padaku! karena aku lah pemi
Theo yang melihat hal ini merasa khawatir. Dia menghampiri Mikaila, dan memegang bahu gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Jangan bertarung dengan dia lagi, kau diam. Biar aku yang akan mengalahkannya."Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, kekuatanmu belum bangkit sepenuhnya, jika kau nekad untuk melawannya maka kau akan mati. Aku tidak ingin, melihatmu mati dihadapanku untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin Theo," ucap Mikaila yang masih terbayang dengan memori masa lalu."Ta—"Belum sempat Theo berucap, Mikaila sudah memulai pertarungan kembali dengan Javis, si Raja Iblis itu.Kali ini, Mikaila fokus bertarung. Dia menganalisa kekuatan lawan terlebih dahulu.Sedangkan Javis, hanya tersenyum remeh melihat Mikaila yang nampak begitu berani.Sebenarnya, kekuatan Javis sebagai Raja iblis sangat tidak mungkin untuk menang, hanya saja karena saat ini Javis sudah memakan darah-darah manusia selama ribuan tahun, dan telah