Selama lebih dari seminggu ini, Evands baru saja dikeluarkan dari ruang hukuman. Saat di ruang hukuman, dia disuruh menyalin peraturan keluarga, sebanyak seribu lembar. Dan dia tidak diizinkan keluar ruangan, apabila hukumannya belum selesai. Akibatnya, tangannya kini menjadi sakit karena menulis tiada henti. Di hanya berhenti hanya ketika makan dan tidak sengaja ketiduran. Dan itu pun sebentar, setelah selesai makan dan tidur dia kembali melanjutkan menulis hukumannya.
Pemuda tampan itu, merebahkan tubuhnya diatas kasur. Seluruh tubuhnya terasa remuk, karena lebih dari seminggu ini dia hanya bisa duduk.
Evands mendesah kasar, semua ini karena anak pembawa sial itu. Mengapa juga ayah dan kedua kakak lelakinya yang lain lebih membela Mikaila? Padahal, jelas-jelas dia hanyalah si pembuat onar dan hanya bisa menyusahkan.
Tak lama, tatapan matanya tanpa sadar melihat pada sebuah kotak persegi panjang yang bisa dibilang cukup besar. Kotak persegi panjang
Mikaila menatap datar pada sosok pemuda tampan bermata biru tua, yang kini tengah berdiri dihadapannya.Dia tidak tahu, apa yang dilakukan orang itu di sini. Niat awalnya dia hanya ingin pergi ke butik yang dia miliki, akan tetapi saat keluar dia malah harus berpapasan dengan Evands.Ya pemuda itu adalah Evands, dia memandang Mikaila dengan sendu, terlihat jelas jejak kerinduan di sana.Setelah mencari ke sana-sini dan mengancam banyak orang hanya untuk bertemu dengan Mikaila, akhirnya Evands menemukannya.Mikaila terlihat sangat cantik, bahkan kini dia terlihat begitu baik dibandingkan saat tinggal di Mansion keluarga Arundell. Tatapan mata Mikaila hanya menatap ia secara datar, seolah mereka hanyalah orang asing yang bahkan tidak saling mengenal.Hati Evands mendadak ngilu, bayangan Mikaila yang tertawa riang dan tersenyum manis saat mereka bermain bersama membuat Evands terjebak dalam ilusi masa lalu."
Irene meremas kuat sebuah surat yang diberikan oleh bawahannya, sial. Entah mengapa semua rencananya berakhir gagal begini. Dia selalu merasa ada orang yang memperhatikan segala gerak-geriknya, sungguh merepotkan.Belum lagi, Helena dan keluarga mantan Viscount Satalia tidak bisa dihubungi. Jika saja, mereka tidak memiliki sesuatu yang bernilai dan hati mereka tidak serakah. Irene tidak ingin berkerjasama dengan para orang bodoh seperti mereka. Rencana yang selama ini dia susun selama bertahun-tahun, hampir gagal total. Belum lagi, dia mulai merasakan Carlos yang semakin lama mulai membelot.Jika begini terus, bagaimana dia bisa menjelaskan pada Tuannya?Benda besar berbentuk bulat itu menyala, itu seperti bola kaca. Irene yang melihat benda tersebut menyala langsung memasang posisi sigap. Karena jika bola kaca sudah menyala, itu tandanya Sang Tuan ingin berkomunikasi dengannya.Dan benar saja, tak lama muncul sebuah wajah yang diselimut
Raut wajah Xavier berubah menjadi bersemangat saat melihat kedatangan Mikaila, dia yang tadinya beraura suram karena tugasnya sebagai seorang Grand Duke yang menumpuk, kini berubah menjadi cerah seketika.Xavier mencoba tersenyum ramah seperti Anhard, maupun mencoba tersenyum imut seperti Casis. Akan tetapi senyumnya malah terlihat aneh di mata Mikaila. Sehingga membuat gadis itu mengernyitkan dahinya."Salam Grand Duke Xavier, semoga Dewi Cahaya memberkati anda." Mikaila melakukan salam ala Lady, lalu dibalas oleh Xavier kemudian pria itu menyuruhnya untuk duduk."Ada apa Lady Mikaila, datang ke tempat saya?" tanya Xavier penasaran. Akan tetapi, tak urung dia merasakan senang di dalam hati."Ada yang ingin memecah kita, dengan mengirimkan saya sebuah teror menggunakan inisial nama anda dan tulisan tangannya hampir sama seperti anda," jawab Mikaila to the point, wajah cantiknya terlihat dingin ketika mengingat teror barusan."Tapi
Hari ini adalah hari perayaan kerajaan. Hari yang ditunggu-tunggu bagi Mikaila dan yang lainnya untuk memberikan panggung yang spesial untuk ratu dan para pengikutnya.Pesta perayaan berlangsung selama 5 hari, dan tepat di pesta perayaan terakhir. Mikaila akan memberikan pertunjukan penutup yang tidak akan orang lain sangka-sangka. Mikaila hanya tersenyum miring kala mengingat rencananya. Karena di saat hari itu tiba permainan balas dendamnya benar-benar berakhir.Hubungannya dengan Xavier akhir-akhir ini cukup canggung karena Xavier yang menyatakan perasaannya pada Mikaila, pada waktu itu. Akan tetapi mereka menutupi kecanggungan mereka itu dengan wajah tanpa ekspresi mereka.Beberapa hari terakhir juga, keluarga Mikaila gencar mencari Mikaila dan meminta maaf pada Mikaila. Tapi lagi-lagi gadis itu teguh pada pendiriannya. Dia bahkan tidak membukakan pintu sama sekali ketika keluarganya datang.Dan Casis, semenjak terakhir kali dia data
Serena yang kembali ke tenda dan melihat Mikaila yang tidak ada di sana, sontak merasa panik. Dia hanya keluar sebentar untuk memberikan sapu tangan kepada Leonard akan tetapi setelah dia kembali, dia tidak menemukan Mikaila di sana.Gadis itu mencoba untuk tenang, Mikaila bukanlah gadis lemah jadi kemungkinan besar dia akan tetap baik-baik saja.Serena mencoba bertanya ke gadis bangsawan yang ada di tenda sebelah, ingin menanyakan kemana Mikaila pergi, akan tetapi mereka semua tidak mengetahuinya. Hal ini, terpaksa membuat Serena untuk mencari Mikaila, dengan membawa para penjaga yang sudah keluarganya suruh untuk melindunginya.Dia ingin meminta bantuan kepada Leonard dan yang lainnya, akan tetapi acara perburuan sudah dimulai dan para lelaki itu sudah mulai mencari buruannya. Sehingga mau tak mau, membuat Serena mencari Mikaila tanpa mereka.Sementara di sisi lain, Mikaila Perlahan membuka matanya, rasa pusing langsung ia rasaka
"Saya menolak!" ucapan tegas dan sedikit berteriak itu bukan diucapkan oleh Mikaila, akan tetapi oleh Xavier dan Anhard yang berkata secara serempak karena refleks.Suasana hening seketika, tidak ada yang berbicara sama sekali ketika suara penolakan dari Xavier dan Anhard terdengar.Tatapan mata para bangsawan tertuju pada mereka berdua, termasuk raja dan putra mahkota itu sendiri.Bahkan kini, keluarga Arundell yang berada di ujung kanan pun, turut serta dalam memperhatikan mereka.Suasana ini membuat semua orang tak percaya, bagaimana tidak? Ini adalah kejadian langka bagi mereka.Di mana ada seorang putra mahkota kerajaan, yang mau memohon pada Sang Raja untuk menganugerahkan pernikahan dengan mantan tunangannya sendiri, dan yang lebih menakjubkannya lagi ada dua orang pemuda tampan lain yang membuka suara untuk menolak keinginan putra mahkota.Para gadis bangsawan yang ada di sana, kini menatap iri pada Mika
Irene merasa marah ketika orang suruhannya mengatakan bahwa Mikaila kembali dengan selamat, tanpa luka sedikitpun di tubuhnya. Dia menebak pasti Helena benar-benar tidak berguna, karena tidak bisa menjalankan perintahnya dengan baik.Dan yang lebih membuat ia muak lagi, mengapa juga Carlos begitu bodoh dan malah meminta anugerah pernikahan dengan Mikaila kepada raja. Tidak bisa begini, ketakutan terbesarnya terjadi. Jika Carlos benar-benar jatuh cinta pada Mikaila maka semua rencananya gagal. Makanya dia menyuruh Helena membuat Carlos jatuh padanya lewat sihir hitam sekalipun, agar Carlos tidak jatuh cinta pada Mikaila. Akan tetapi sekarang, rupanya anak sialan itu benar-benar telah jatuh hati pada gadis memuakkan seperti Mikaila."Yang Mulia, Lady Helena ingin bertemu dengan anda," ucap si pelayan memberitahukan hal ini tiba-tiba."Suruh dia masuk," pinta ratu pada si pelayan."Baik, Yang Mulia." Pelayan itu segera menjalankan per
"Nona, anda dari mana saja? Saya mencari-cari anda dari tadi, khawatir jika terjadi sesuatu pada anda." Marry langsung menghampiri Mikaila dengan panik, kala melihat kedatangan gadis itu."Aku hanya berjalan-jalan sebentar Marry, tenanglah, aku tidak apa-apa," jawabnya, mencoba menenangkan."Syukurlah jika anda tidak apa-apa Nona, ayo masuk ke dalam aula. Acara pertunjukan bakat para bangsawan sudah dimulai," ajak Marry untuk masuk ke dalam.Mikaila hanya mengangguk, kedua wanita berbeda usia itu masuk ke dalam aula istana.Ketika sampai, dia melihat seorang gadis bangsawan dari keluarga Count, yang sedang menunjukkan bakatnya yaitu menyanyi, suaranya begitu indah dan merdu, sehingga membuat semua orang yang ada di sana karenanya.Mikaila duduk di kursi paling belakang, dia tidak menyadari bahwa gadis di sampingnya ternyata adalah Serena.Sementara Serena yang menyadari ba
Saat ini, keluarga Theo sudah sampai di dunia manusia. Mereka menyamar, sebagai manusia biasa, karena tidak ingin manusia-manusia di sana ricuh dengan kedatangan mereka.Theo berserta istri dan anaknya, langsung pergi ke kerajaan Valcke. Karena sebelumnya, Mikaila sudah memberitahukan kedatangannya pada Serena, melalui kalung yang waktu itu dia berikan pada Serena. Ternyata, kalung itu selain berguna untuk melindungi Serena, juga bisa digunakan untuk berkomunikasi.Cara kerjanya mirip dengan alat sihir yang dibuat oleh Anhard waktu itu. Hanya saja ini berbentuk kalung.Sekarang, Leonard dan Serena telah menjadi raja dan ratu kerajaan Valcke. Semenjak kejadian jatuhnya Irene waktu itu dan semua kebusukan Irene terbongkar, Irene langsung di hukum mati dengan cara dipenggal atas segala dosa-dosanya. Jasad Carlos dimakamkan di makam khusus kerajaan, karena biar bagaimanapun dia mati sebagai pahlawan.Dan semenjak kejadian itu semua, Petricio jatuh
7 tahun kemudian"Tidak, Ayah, aku ingin bersama Ibu, Ayah pergi sana." Bocah kecil berusia kisaran tujuh tahun itu menatap Theo dengan galak, dia memeluk Mikaila seolah takut Theo, akan mengambil ibunya darinya.Ya, bocah berusia tujuh tahun itu adalah anak Mikaila dan Theo. Namanya Axelion, tidak ada alasan khusus mengapa Theo dan Mikaila menamai anaknya seperti itu. Nama ini, Theo dapat secara tidak sengaja ketika sedang memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Akhirnya, tanpa sengaja Theo mempunyai ide untuk memberikan nama Axelion pada anaknya itu.Saat Mikaila melahirkan Axelion, Mikaila merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa. Saat Mikaila sedang melahirkan, suara petir bergemuruh diiringi dengan terdengarnya suara tangisan bayi.Sesuai dengan yang sudah ditakdirkan, keturunan Dewi Cahaya dan Dewa Kegelapan akan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, dan Axelion adalah buktinya.Saat pertama kali Axel
Saat ini, Mikaila sedang mengandung anak pertama mereka. Usia pernikahan Mikaila dan Theo sudah berjalan 7 bulan, dan di bulan ke-tiga pernikahan mereka, Mikaila telah telah mengandung buah hati mereka. Karena Mikaila adalah seorang Dewi dan Theo adalah seorang Dewa. Tentu saja kehamilan Mikaila tidak seperti manusia normal.Di kehamilannya yang baru menginjak bulan ke-tiga ini, perut Mikaila sudah membesar seperti orang yang telah hamil sembilan bulan.Mikaila dan Theo saat ini tengah bersantai di kamar mereka, Theo yang kini telah menjadi Dewa Agung, memiliki tanggung jawab yang besar dan jarang memiliki waktu bersama istri tercintanya.Makanya ketika ada waktu luang begini, biasanya akan Theo gunakan untuk bermanja-manja pada Mikaila. Seperti saat ini, dia dengan manjanya tertidur di pangkuan Mikaila, dengan paha Mikaila sebagai bantalnya, wajahnya menghadap langsung pada perut Mikaila yang sudah membuncit sesekali Theo mengecupi perut bunci
"Dewa Agung, gawat! Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya telah bangkit dan sepertinya mereka akan membalas dendam karena peperangan besar yang terjadi waktu itu!" Salah satu orang kepercayaan Dewa Agung lari dengan terburu-buru menghampiri Dewa Agung. Dia khawatir, bahwa Mikaila dan Theo akan bersatu dan pada akhirnya membunuh Dewa Agung."Mereka sudah bangkit kembali?" tanya Dewa Agung, yang dibalas dengan anggukan oleh orang kepercayaannya itu.Bukannya takut, Dewa agung itu malah tersenyum. "Kita lihat, sampai mana bocah-bocah itu, berhasil melawanku," katanya yang masih saja merasa sombong.BoomTepat setelah Dewa Agung berkata seperti itu, pintu istana Royalgeez hancur. Semua yang ada di dalam ruangan nampak kaget. Setelahnya, mereka melihat Mikaila dan Theo yang berdiri dengan gagahnya di hadapan mereka.Mikaila menatap Dewa Agung yang ada di kursi singgasana dengan pandangan dingin. Sesuai sumpahnya waktu itu, dia a
1000 tahun laluMikaila memeluk tubuh Theo yang sudah tidak bernyawa, dia menangis keras karena kini lelaki yang dicintainya tidak lagi memiliki tanda-tanda akan membuka matanya."Theo kau harus bangun! Kau tidak bisa meninggalkan aku sendiri di sini," ucap Mikaila sambil memeluk wajah Theo yang kini sudah dipenuhi darah. Bahkan kini pakaian yang dikenakan oleh Mikaila ikut memerah karena terkena darah milik pria itu.Mikaila merasa dunianya runtuh, dia tidak tahu bahwa perang besar ini akan terjadi. Dewa agung dan pasukannya terlalu licik, mereka tahu bahwa Theo kehilangan alat pengendali alam kegelapan miliknya. Dan saat kesempatan ini, mereka menyerang Theo dan membuatnya kalah dengan mudah.Mikaila tahu, dari dulu Dewa Agung selalu takut posisinya terancam oleh Theo karena semakin lama, Theo semakin kuat. Di dunia ini, di mana yang kuat adalah pemenangnya. Dan jika Theo terus bertambah kuat, maka kemungkinan besar Theo bisa mengalahkan Dew
Setelah Javis menghilang, suasana mencekam pun hilang, angin dan kabut yang sangat kencang pun reda.Kini suasana kembali tenang. Cahaya bulan purnama merah telah meredup. Kini digantikan dengan cahaya bulan dan bintang.Mikaila tersenyum menatap Theo, yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.Dua orang itu saling berjalan menghampiri. Lalu, Mikaila kembali mendekap kembali tubuh Theo dengan erat. "Akhirnya, aku tidak jadi kehilanganmu, aku taku sekali," ucap Mikaila dalam dekapan Theo."Aku tidak akan pernah pergi Kai, aku akan selalu ada untukmu, dan semuanya akan selalu baik-baik saja," bisik Theo tepat di telinga Mikaila, seraya mengecup lama puncak kepala gadis itu."Apakah setelah ini, kita akan kembali ke dunia Dewa?" tanya Mikaila mendongkakan kepalanya, dan mata biru tuanya bertatapan langsung dengan mata violet milik Theo."Ya, karena biar bagaimanapun ini bukanlah dunia kita," jawabnya sambil mengelus p
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat kuat, itu adalah Carlos yang menggunakannya tubuhnya untuk menerobos pada lingkaran sihir hitam yang dibuat oleh Javis.Carlos dengan cepat mengambil alat berbentuk segitiga yang mengapung di udara itu. Dan ketika Carlos berhasil mengambil alat itu, seluruh tubuhnya terasa remuk, organ dalamnya seakan hancur. Namun, akibat hal itu pula tubuh Javis terpental karena dorongan kekuatan yang berbalik padanya.Semua yang menyaksikan hal ini merasa terkejut, dengan aksi heroik Carlos yang tiba-tiba. Tidak ada yang menyangka, bahwa Carlos yang mereka anggap tidak layak untuk menjadi putra mahkota akan mengorbankan nyawanya sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Theo barusan, hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemilik darah kegelapan. Karena alat itu adalah pengendali alam kegelapan jadi hanya bisa ditaklukkan oleh pemilik darah kegelapan juga.Orang tua Carlos adalah pengikut Kegelapan, jadi ketika
Namun, bukannya takut Javis malah tertawa bahagia. "Hahaha Mikaila, apakah kau pikir, kau bisa membunuhku? Simpan pikiranmu itu karena sebelum kau membunuhku aku dulu yang akan membuatmu mati dan menghancurkan dunia ini!" Javis mengeluarkan alat pengendali alam kegelapan. Alat itu berbentuk segitiga dan di tengah-tengahnya terdapat simbol bunga.Sementara Theo yang tahu apa yang ingin Javis lakukan merasa panik. Iblis gila itu ingin menghancurkan dunia dengan alat pengendali alam kegelapan. Karena alat pengendali alam kegelapan milik seorang Dewa. Tentu saja kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orang-orang yang ada di dunia ini.Terlebih alat itu, juga dianggap sebagai alat yang sangat kuat di dunia para Dewa. Jika Javis sampai menghancurkan dunia ini menggunakan alat pengendali alam kegelapan, maka semuanya musnah. Dunia akan hancur, dan dunia Dewa pun akan setengahnya hancur."Kau gila Javis, kembalikan alat itu padaku! karena aku lah pemi
Theo yang melihat hal ini merasa khawatir. Dia menghampiri Mikaila, dan memegang bahu gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Jangan bertarung dengan dia lagi, kau diam. Biar aku yang akan mengalahkannya."Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, kekuatanmu belum bangkit sepenuhnya, jika kau nekad untuk melawannya maka kau akan mati. Aku tidak ingin, melihatmu mati dihadapanku untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin Theo," ucap Mikaila yang masih terbayang dengan memori masa lalu."Ta—"Belum sempat Theo berucap, Mikaila sudah memulai pertarungan kembali dengan Javis, si Raja Iblis itu.Kali ini, Mikaila fokus bertarung. Dia menganalisa kekuatan lawan terlebih dahulu.Sedangkan Javis, hanya tersenyum remeh melihat Mikaila yang nampak begitu berani.Sebenarnya, kekuatan Javis sebagai Raja iblis sangat tidak mungkin untuk menang, hanya saja karena saat ini Javis sudah memakan darah-darah manusia selama ribuan tahun, dan telah