Acara rapat umum pemegang saham sudah berjalan ketika Rais muncul di sana. Setidaknya hingga Greg mengingatkannya bahwa beberapa kancing bajunya masih terbuka, baru Rais menyadarinya. Ratusan orang berada di hall bercengkerama, berdiskusi, dan bersenang-senang sementara grup musik memainkan performa mereka. Beberapa orang bahkan nampak sudah berdansa.
“Apakah Anda lelah, Dr. Hoetomo? Sepertinya Anda baru saja pergi menantang bahaya lagi.” Kata Greg.
“Ah, tidak bebahaya.” Jawab Rais.
Greg menunjukkan layar televisi yang menyiarkan sejumlah berita. Sebuah mobil yang beratraksi melewati sejumlah bangunan.
“Jika demikian, maka apa itu?” tanya Greg.
“Serial televisi?”
“Cukup ajaib jika tidak ada seorang pun yang terluka.”
“Aku tidak punya waktu untuk memperhatikan semua rambu.”
“Kau tenggelam dalam ciptaanmu sendiri.”
“Aku menggunakan ci
Andrea Izmaylov tidak ingat bahwa dirinya pernah begitu khawatir, bahkan saat keluarganya membawa mereka pergi dari Soviet. Ia benar-benar ingin segera pulang dan melihat keadaan adiknya yang sedang tidur dengan damai. Tapi ia tidak bisa, belum bisa. Ada tugas lain yang masih menggantung dan harus diselesaikannya, hingga ia bisa mengatakan semuanya baik-baik saja.Ia membuka pintu sel dan menemui Dr. Niles di sana. Niles berada dalam keadaan terborgol di sebuah kursi.“Apa rencanamu, Niles? Bagaimana kau akan memasukkan racun ke udara?”Niles sepertinya tidak mendengar pertanyaan Andrea. Ia hanya duduk diam sambil memandang dinding dan bergumam. “Al Mahdi...Al Mahdi...” tanpa henti.“Kau bekerja untuk siapa?” Andrea kini duduk bersandar.Niles mengabaikan Andrea. Ia tetap bergumam “Al Mahdi” tanpa henti.Andrea tahu bahwa ada kemungkinan Niles sedang berpura-pura. Namun ia sendiri tidak yakin.
Beberapa saat telah berlalu sejak Rais memanggil Bashar dengan nama aslinya, dan tidak ada di ruangan itu yang berubah. Orang-orang masih bercengkerama.“Kurasa orang yang menghabiskan sebagian waktunya dengan terbang di atas kota pada malam hari tidak akan aneh dengan identitas ganda?” kata Bashar.“Aku menyelamatkan hidupmu.”“Dan aku sudah memperingatkanmu akan iman, kan?”Rais memperhatikan ruangan tempat mereka berada. Ia menemukan sejumlah anggota Al Qaeda berada di sana, membaur dengan tamu lain, dan mereka semua bisa dikenalinya. Sementara tamu-tamu masih bercengkerama. Mereka tidak menyadari bahaya yang sedang mengintai. Rais tahu bahwa ia harus berbuat sesuatu.“Urusanmu denganku. Biarkan orang-orang ini pergi.” Kata Rais.“Silakan, kau yang menentukan caranya.” Balas Bashar.Rais mencoba menangkap ekspresi dari Bashar.Kesenangan?Ya, mungkin.
Frasier Niles merasakan sesuatu jatuh di pangkuannya. Ia melihatnya dan langsung mengenali benda tersebut: topengnya. Ia merasa sangat senang dan segera memakainya. Dilihatnya sekeliling untuk mencari orang yang memberikannya. Dua orang berseragam masuk ke sel Niles.“Waktunya bermain.” Kata salah satu dari mereka.Niles (yang kini menyebut dirinya Al Mahdi) berjalan di koridor mengikuti dua orang tadi. Bunyi langkahnya menimbulkan suara di setiap pintu sel yang mereka lewati. Para penghuni lain menatap Niles dengan bola mata yang membesar. Mereka ada yang berkelompok, ada juga yang sendirian. Tapi yang pasti masing-masing memiliki percakapannya sendiri.“Apa yang kita tunggu?” tanya Al Mahdi.Tidak ada seorang pun yang menjawab.Orang-orang berseragam meninggalkan Niles dan segera menuju van mereka. Ada sejumlah karung berisi bahan peledak yang telah mereka tempatkan di sejumlah sudut bangunan.
Malikha menemukan kunci apartemen Jenna di tas perempuan tersebut. Apartemen Jenna adalah apartemen tua yang tidak memiliki penjaga pintu, sehingga Malikha dapat dengan mudah memasukinya. Ia mengangkut Jenna menaiki tangga, memasuki apartemennya, dan membaringkannya di ranjang.Perempuan itu melalui perjalanan mereka dengan tetap tertidur dan tidak sesaat pun terbangun. Malikha berpikir untuk meninggalkan catatan untuk dibaca oleh Jenna saat bangun, namun akhirnya memutuskan bahwa itu tidak penting. Ia juga tidak tahu apa hubungan perempuan ini dengan Rais, dan tidak tahu cara menanyakannya. Pada akhirnya, Malikha kembali ke mobil untuk pergi ke tempat Rais.Jalanan sangat lancar hingga satu mil terakhir. Malikha menemukan sebuah kemacetan yang tidak wajar. Lalu lintas benar-benar berhenti, dan mobil sama sekali tidak ada yang bergerak.Ia berpikir bahwa pasti ada yang tidak beres. Mungkin terjadi sebuah kekacauan di gedung pesta, atau apa pun. Yang pasti, sesua
Para penghuni penjara memasuki lapangan olahraga, yaitu tempat yang disinari deretan lampu merkuri dan dikelilingi pagar dan tembok. Sebagian di antara mereka berdiri diam, ada juga yang berjalan dengan pelan sambil menunggu sesuatu terjadi atau ada orang yang mengetahui apa yang sedang berlangsung. Sebagian lagi berlari ke arah pagar.Tiba-tiba terjadi ledakan yang membuat tembok di sana runtuh menimpa bangunan. Debu bertebaran dari arah tembok. Sejumlah penghuni mengucek mata mereka untuk menghilangkan debu yang menerpanya. Ketika mereka bisa melihat dengan jelas lagi, didapati adanya lubang besar yang cukup untuk membuat enam orang lolos secara bersamaan dalam satu kesempatan.Sejumlah orang di antara mereka telah melakukannya, melalui tembok dan pagar yang runtuh dan mencapai jalanan di luar, lalu menghilang ke dalam kegelapan. Sisanya bergerak dengan perlahan namun pasti, menuju kebebasan mereka.Andrea yang telah mendengar ledakan tersebut se
Malikha mempercepat kendaraannya. Apa yang dikhawatirkannya benar-benar terjadi saat ia melihat keadaan gedung pesta. Tapi yang lebih dikhawatirkannya bukanlah tempat tersebut, melainkan di mana Rais berada.Ia mencoba mencari bantuan. Namun saat ia mencoba ponselnya, tidak ada sinyal yang didapatkannya.Malikha melihat sesuatu yang seharusnya tidak ada di sana, yaitu sebuah truk besar yang berada di atas rerumputan halaman gedung. Beberapa orang berjaga di sana.Petugas keamanan?Mungkin saja.Namun tidak ada mobil di sekitarnya, berarti semua tamu telah pergi.Lalu untuk apa orang-orang itu di sana?Berarti tugas mereka adalah menjaga agar tidak ada yang masuk ataupun ke luar dari gedung.Lalu apa yang bisa dilakukannya?Tidak akan ada dari mereka yang mengizinkannya masuk ke sana. Apalagi dirinya seorang perempuan yang mungkin mencurigakan. Tidak, saat ia muncul, mereka pasti meringkusnya. Tapi dari perilaku mereka, s
Pada awalnya, Jenna berpikir bahwa ia berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk mengemudi. Ia masih berada dalam sebuah kebimbangan, tanpa bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata dari semua yang dialaminya. Tapi ia memiliki ingatan yang kuat atas apa yang terjadi. Ia ingat penjara, gua, dan orang misterius yang telah menyelamatkannya. Itu sangat jelas dalam benaknya. Tapi ia telah diracuni, dan efek sampingannya membuat dirinya ragu untuk berada di balik kemudi. Tapi dia telah mendapat antidot, dan sekarang ia telah sembuh. Tidak hanya sembuh, ia juga telah beristirahat dengan cukup.Sekarang ia harus bertemu Andrea Izmaylov.Ia membutuhkan transportasi, tapi mobilnya masih berada di tempat parkir penjara, bermil-mil jauhnya. Hanya mobil ibunya yang ada. Tidak akan ada taksi pada waktu selarut ini, dan tempat tinggal ibunya hanya beberapa blok dari tempatnya sekarang. Ia pun berlari untuk menuju ke sana.Jenna mempercepat larinya setelah melewati
Instruksi akhirnya keluar. Polisi diizinkan untuk mengangkat jembatan. Sersan Villas-Boas memerintahkan anggotanya untuk mengendalikan proses pengangkatan jembatan lewat walkie-talkie. Ia telah menunggu perintah itu sejak satu jam lalu.Sebuah van polisi mendatanginya. Villas-Boas mengenali itu.“Kalian harus lewat?” tanyanya.“Kami sedang terburu-buru.”“Baiklah, terakhir.” Kata Villas-Boas.Villas-Boas menunggu hingga van tersebut melewati batas jembatan, baru ia menaikkan lever. Jembatan pun terbagi dua.“Angkat bagian selatan!” perintah Villas-Boas.Laporan pun tiba bahwa jembatan telah terangkat dan terbagi dua. Sekarang kota telah sepenuhnya terpisah dari dunia luar. Begitu juga penjara dan orang-orang yang kabur.Seseorang akhirnya telah melihat api yang melalap gedung rapat. Petugas pemadam kebakaran pertama telah datang, dan be
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena