Share

Say God!

Penulis: willia ds
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-15 22:32:42

Tiffany melepaskan rangkulan Matthew dengan paksa lalu menarik tangan pria itu agar segera pergi dari tempat ini. Sudah cukup ia menjadi pusat perhatian dan di permalukan, ia tidak ingin itu semua terjadi lagi.

"Hey, Tif. Kenapa kau buru-buru sekali? Kau tidak ingin mengenalku pada kekasihmu ini? Atau, dia diam saja karena kau belum mengetahui surat cinta yang aku kirimkan padamu dua hari yang lalu?"

"Kau ini bicara apa, sih?!" gertak Tiffany yang sepertinya sudah gemas dengan tingkah Matthew.

"Surat cinta?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir David yang memancing perhatian semua orang.

"Ya, surat cinta. Apa Tiffany tidak memberitahumu bahwa ada pria lain yang akan menjadi saingan kekasihnya untuk memenangkan hatinya? Astaga, kau jahat sekali, Tif. Padahal, aku sudah memikirkan akan menjadi kekasih keduamu."

"Kekasih kedua?" Lagi, pertanyaan David seolah mewakili setiap benak semua orang yang ada di sana.

Tiffany mengedipkan matanya berkali-kali. Ia benar-benar tak menyangka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Calendula   Meet Again

    "Ah, kau ingin kita bermain sepeda seperti anak kecil itu? Baiklah, ayo.""Eh?" Tiffany yang terkejut sontak saja langsung mengikuti pergerakan tangan Matthew yang menuntutnya keluar dari kafe. Sungguh, bahkan ia belum sempat menyicipi ice cream itu! "Hey, kita mau kemana?""Bersepeda." jawab Matthew cepat selepas mereka sudah berhenti di tempat persewaan sepeda yang ada di pinggir taman itu. "Ini, aku sudah menyewakan dua sepeda. Ayo!"Tiffany menahan kedua kakinya untuk tidak mengikuti arah langkah Matthew. Gadis itu terdiam di tempatnya seraya menatap sang pria dengan raut wajah bingung. Tiffany sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Matthew, mengapa ia tiba-tiba mengajaknya bersepeda? "Ada apa? Bukankah, kau ingin bersepeda?"Rahang Tiffany terjatuh begitu mendengar penuturan Matthew, "Aku? Ingin bersepeda? Kapan aku mengatakannya padamu?"Matthew melepaskan genggaman tangannya pada Tiffany lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Tadi, aku pikir kau ingin bersepeda

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • The Calendula   Congested

    Matthew tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, sisi lain Tiffany benar-benar menarik. Matthew yakin jika Tiffany terus seperti ini akan ada banyak sekali pria yang mengejarnya. Mungkin, ia akan menjadi salah satu pria yang menyukai setiap sisi Tiffany. "Ayo, Matthew! Susul aku juga kau bisa!" Pria itu seketika berdiri, bersiap untuk duduk kembali di atas sepeda berwarna merahnya itu."Bagaimana jika aku berhasil menyusulmu kau harus mentraktirku." "Jalankan saja sepedamu dulu! Jangan banyak omong!" teriak Tiffany lalu semakin cepat mengayuh sepeda."Baiklah, kita mulai sekarang!" hentak Matthew yang begitu semangat seraya kembali mengayuh sepedanya. Namun percuma saja, ia sama sekali tidak bisa menemukan titik seimbang tubuhnya. Sungguh, ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara menjalankan sepeda ini.Bruk.Matthew kembali jatuh tersungkur yang membuat Tiffany semakin mengembangkan senyumnya. Entah mengapa, Matthew merasa sama sekali tidak keberatan jika harus terjatuh be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   Scene

    "Ibu?" cicit Matthew pelan namun masih bisa di dengar semua orang. Sungguh, ia sama sekali tak menyangka bahwa wanita itu adalah ibu dari Tiffany. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan penuaan meski anaknya sudah dewasa dan bekerja. Luar biasa!Tiffany yang mendengar penuturan Matthew hanya bisa menghela napas lelah. Entah apa yang harus ia jelaskan pada pria itu setelah ini. Jujur saja, Tiffany juga merasa sangat malu. Aib keluarganya diketahui banyak orang. Itu benar-benar memalukan.Sedangkan, wanita itu langsung mengalihkan pandangannya pada Matthew yang rupanya kini sedang menatapnya, mengerjap singkat lalu tersenyum ramah."Siapa dia? Apa dia kekasihmu, Tiffany? Ah, kau tidak pernah mengenalkannya pada Ibu.""Ah, Tante. Aku dan Tiffany, kami hanya te—""Memangnya, apa pedulimu padaku? Kau bahkan sama sekali tidak terlihat tertarik dengan kehidupanku. Aku makan atau tidak saja kau sama sekali tidak peduli. Tak usah berpura-pura menjadi ibu yang perhatian di depan orang lain. Itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   First

    Bagi Zea Anastasia, hidup di panti asuhan selama delapan tahun sangatlah berbeda dengan hidup bersama dengan kedua orang di sebuah rumah. Setiap hari, ia tak hanya membantu pengurus panti untuk membersihkan tempat mereka, tapi juga membantu mengurus anak-anak panti asuhan lainnya yang memiliki nasib sama dengannya. Menurutnya, hidup di panti asuhan bukanlah menjadi masalah besar baginya. Tapi, setiap hari yang disuguhkan dengan ponsel membuat Zea juga ingin merasakan hal luar. Tepatnya, ketika ia melihat sebuah wanita yang berjalan berlenggak-lenggok di atas sebuah karpet merah membuatnya sangat tertarik. Bahkan, ia sudah berlatih demi tercapainya impian itu. Agaknya, Tuhan mengabulkan keinginannya. Tiga bulan setelah ia terus berlatih yang hanya berbekal ponsel, itu pun ada waktunya, hanya malam saja ia bisa beristirahat, dari pagi hingga sore ia akan membantu ibu panti merawat anak-anak panti asuhan yang lain yang lebih kecil darinya. Tak lama, ada sebuah keluarga yang mengadopsiny

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   Blushing

    "Aku baik-baik saja, Tiffany. Terima kasih. Aku bisa membayar makan siangku sendiri. Kau tak perlu repot-repot." balas Zea dengan senyuman yang agaknya hanya di mengerti oleh Tiffany, senyuman yang entah mengandung arti apa."Benarkah? Baguslah kalau begitu. Kau cukup tahu diri.""Kau ini kenapa, Tiffany? Rasa cemburumu benar-benar sudah berlebihan." timpal David seraya menggelengkan kepalanya tak jelas.Cemburu? Beo Tiffany dalam hatinya, "Tentu saja! Tentu saja aku cemburu melihatmu yang selalu berdekatan dengan gadis lain di depan mata kepalaku sendiri tanpa memikirkan perasaanku. Kau pikir aku selama ini baik-baik saja? Tidak! Aku selama ini hanya memendam semuanya. Aku benar-benar muak melihat orang yang aku sukai selalu dekat dengan gadis lain."David, Zea, dan juga Salsha sontak mendongak, menatap Tiffany dengan wajah terkejut. Orang yang ia sukai? Benarkah Tiffany mengatakan hal yang seperti itu? Salsha yang menyadari bahwa ini hanya sandiwara pun juga tak menyangka bahwa Tif

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   Huh?

    "Waw, kau sangat cantik." katanya dan Zea segera masuk ke dalam sana."Aku tak menyangka kau akan datang secepat ini." kata pria itu lagi seraya mengunci pintu kamarnya.Zea yang baru saja datang langsung duduk di sebuah sofa yang ada di sana."Hey, kenapa kau cemberut begitu?" Sang pria mengambil rahang Zea dengan kasar dan sedikit menekannya hingga si empunya meringis sakit. Agaknya, pria itu sangat tidak suka melihat wajah ditekuk Zea."Le-lepaskan!" ucap Zea terputus-putus karena cengkeraman itu terasa begitu kuat di tulang pipinya."Kau tidak suka datang ke sini? Kau keberatan? Hah?!""Ti-tidak, a-aku hanya ke-kelelahan." Pria itu berdecih seraya melepaskan cengkeramannya dengan kuat hingga Zea sedikit terdorong ke belakang. Tangan Zea bergerak menyentuh rahangnya yang sangat ngilu di sana. Sedangkan, sang pria berjalan menuju dapur dan tak lama kembali lagi dengan dua gelas minuman di tangannya. Yang Zea lihat itu adalah sebuah soda yang selalu pria itu sediakan di kulkasnya."

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   Annoying

    Tiffany melambaikan tangannya ke arah Salsha yang juga membalas lambaian tangannya. Sejenak, Tiffany menatap punggung Salsha dengan hembusan napas. Benar, ia sangat tahu bagaimana kerasnya keluarga Salsha ingin segera melihat Salsha menikah di umurnya yang masih muda, sekalipun itu bukanlah hal yang di inginkan Salsha, mungkin untuk saat ini bukanlah saatnya ia menginginkan itu. Keluarga mereka yang dikenal baik dengan banyaknya koneksi menjadikan Salsha harus menuruti semua perkataan kedua orangtuanya. Tatapan Tiffany sontak beralih pada seorang gadis yang tengah berjalan dengan sebuah minuman di tangannya. Tubuhnya yang ramping dengan lekukan yang indah membuatnya sangat menawan ketika berjalan. Dress merah di tubuhnya sangat pas di sana. Zea Anastasia, entah apa alasannya gadis itu memang acap kali berada di kantor sore hari, padahal ia hanyalah sebuah model brand ambassador perusahaan yang seharusnya datang saat event tertentu atau ada hal yang harus ia lakukan. Tapi, lihatlah mo

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • The Calendula   Real

    Tiffany mengepalkan kedua tangannya hingga kuku jarinya kian memutih, "Sepertinya, kau sangat tertarik dengan kehidupanku. Aku akui, kau memang bukanlah gadis biasa, Zea. Kau benar! Aku hidup di sebuah rumah mewah dengan uang yang melimpah, rasanya aku memang tidak perlu bekerja seperti ini, hanya saja aku juga sadar diri bahwa aku butuh kemandirian, apa aku tak cukup sadar diri? Bahkan, tanpa aku bekerja saja, hidupku sudah terjamin sampai tua nanti. Aku rasa, kau seperti ini, karena kau tidak bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga asli. Ya, asli. Aku rasa, aku yang lebih beruntung darimu, meski kedua orangtuaku bercerai, tapi mereka tidak menelantarkan anaknya di tempat sampah. Hidupmu yang sekarang tidak asli, Zea. Kau bangga memiliki keluarga angkat? Kau bangga menumpang dengan mereka." Tiffany mengamati Zea dari atas hingga bawah, "Aku juga tak yakin bahwa dari ujung rambut sampai kakimu tak ada campur tangan mereka, apalagi dengan karirmu. Sepertinya, kau yang harus mengasih

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03

Bab terbaru

  • The Calendula   End

    Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya dokter yang menangani Rosa keluar. "Bagaimana keadaannya, Dok?""Rosa baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja. Bayinya juga baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Gilang yang mendengar itu, tanpa basa-basi lagi langsung menyerobot masuk ke dalam, ia ingin melihat keadaan Rosa secara langsung. Rupanya, gadis itu sudah sadar, tatapannya nampak kosong, ia hanya menatap datar ke arah Gilang yang kini sedang menatapnya sendu."Aku akan menikahimu, Rosa. Jadi, aku mohon, jangan melakukan hal yang tidak-tidak padanya, dia tidak salah apapun. Bagaimanapun aku ini ayahnya, aku ingin membesarkannya."Samar-samar, Rosa mendengar suara David yang sangat perhatian pada Tiffany, penuh kasih sayang dan sangat lembut. Rosa hanya tersenyum kecil, sedetik kemudian, ia merasa tubuhnya hangat dalam dekapan Gilang.***Satu bulan kemudian...Tiffany sedang menatap hamparan laut biru depannya, sepanjang mata memandang hanya ada keindahan air yang

  • The Calendula   The Truth

    Gilang yang sedang memainkan ponselnya, menanyakan bagaimana kabar Rosa sekarang. Namun, sudah dari setengah jam yang lalu, gadis itu tak kunjung membalas. Detik berikutnya, David kembali ke dalam mobil. Wajahnya kali ini nampak lebih segar dari sebelumnya, dapat ditebak jika sesuatu yang baik baru saja terjadi."Ey, ada apa, nih? Wajahmu sumringah seperti itu. Bagaimana dengan Tiffany tadi?""Tiffany akhirnya percaya padaku, tapi aku harus membuktikan semuanya.""Ya, kau memang harus melakukannya. Kebenaran yang ditutupi juga tidak akan berkunjung baik.""Jadi, apa rencanamu, David?""Aku akan melakukan tes DNA besok. Gilang, kau tolong sampaikan ini pada Rosa."***Saat ini, mereka semua berada di dalam sebuah ruangan VIP yang memang telah disediakan khusus, menunggu hasil pemeriksaan test DNA keluar. Tiffany, David, Zelo, Andre, Mario, Philip, Gilang, dan Rosa tidak ada yang bersuara. Ruangan itu nampak senyap, hanya terdengar suara jarum jam yang beputar. Dari sudut pandangnya,

  • The Calendula   DNA

    "Rosa? Apa ini Rosa?" gumamnya pelan, ia sontak mengeluarkan ponselnya, meyakinkan asumsinya bahwa itu benar Rosa melalui nomor ponsel yang terdaftar di sana, ia ingin mencocokannya.Sedetik kemudian, Tiffany terkejut bukan main bahwa itu benar Rosa, sahabat David yang ia kenal selama ini. Jadi, Rosa hamil? Dengan siapa?Masih terkejut, Tiffany malah mendapati sebuah pesan email masuk dari orang yang tidak ia kenal. Ia mengklik sebuah dokumen di sana. Lagi, napasnya seperti tercekat, pasokan udara terasa menipis di dadanya. Lututnya kembali lemas dan ia terjatuh begitu saja. Ia sungguh terkejut melihat foto David dan Rosa yang berbaring tanpa busana. Jadi, mungkinkah anak yang dikandung Rosa anaknya David?"Tiffany!"Itu, suara Philip. Pria itu berlari mendekat dan mengambil posisi di samping Tiffany. Dari raut wajahnya, jelas memperlihatkan jika gadis itu sudah mengetahuinya."Tiff, kau baik-baik saja?"Tiffany menggeleng, wajahnya pucat pasi. "Philip, apa benar Rosa hamil anaknya Da

  • The Calendula   She Knows

    David mengkliknya dan sontak ia membulatkan kedua matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, di sana terdapat banyak sekali foto yang menampilkan dirinya dengan Rosa yang sedang berbaring tanpa busana. David jelas tahu dimana tempat itu, di sebuah ruangan kecil yang memang ia sediakam untuk beristirahat. Dalam hati, ia meronta-ronta. Sungguh, ia berani bersumpah bahwa ia tidak yakin pernah berbuat sejauh ini dengan gadis itu. Yang ia ingat, ia hanya tertidur di ruangan itu, tidak lebih. Bahkan, ia juga ingat betul jika dirinya sangat bugar dan segar saat bangun, tidak seperti orang yang baru saja mengeluarkan tenaga banyak. Lagipula, ia tidak mengingat apapun. Sekalipun mabuk, ia yakin seratus persen jika ia tidak meminum jenis alkohol apapun saat ini. "David? Kau sudah melihatnya?""Tidak, aku tidak melakukannya. Sungguh, aku tidak pernah melakukannya. Aku harus meluruskannya langsung dengan Rosa.""Kau jangan gegabah. Aku dan yang lainnya sedang menuju ke tempatm

  • The Calendula   File

    Baru saja, saat Tiffany ingin membuka ujung antiseptik, Philip dengan cepat menahan lengannya hingga pergerakannya terhenti secara tiba-tiba."Biar aku saja yang obati." ucap pria itu seraya mengambil alih lagi antiseptik itu. Ia meneteskan antiseptik pada kapas yang sudah dibalut kain kasa."Jangan diulangi lagi, aku tidak mau kau terluka."''Tidak perlu cemas, ini hanyalah luka kecil. Tidak seberapa."Philip tidak menggubris. Ia fokus mengobati bibir tipis Tiffany. Ia terdiam mengamati pemandangan dihadapannya. Bibir merah ranum itu lebih menggiurkan ketika dilihat dengan jarak dekat. Ya, seperti buah persik, atau mungkin rasanya juga sama. Pikir Philip. Ia semakingugup sekarang ketika membayangkan bagaimana tekstur dan rasanya. Namun, dengan cepat ia menepis semua pikiran jeleknya."Sudah. Jangan diulangi lagi."Tiffany tersenyum kecil, "Terima kasih."Tidak sengaja, saat ia hendak membereskan kotak P3K, matanya tidak sengaja melirik ke arah benda pipih yang tergeletak begitu saja

  • The Calendula   Chaotic

    Di dalam mobil, Tiffany tentu mendengar teriakan itu. Ia hanya bisa diam dan sesekali melihat ke arah kaca spion yang masih menampilkan David hingga mereka berbelok di perempatan."Kau sebaiknya beristirahat malam ini. Kau tidak usah masuk dulu besok, aku akan memberitahu staff rumah sakit."Tak ada sahutan, Tiffany hanya diam saja seraya menatap lurus ke luar jendela. Ia sudah tidak menangis lagi, tenaganya sudah habis terkuras tadi. Yang tersisa hanya jejak air mata yang mengering di wajahnya. Philip memaklumi, ia tidak akan banyak omong.***Esok paginya, Tiffany terbangun dengan tubuhnya yang masih terasa lemas, juga wajahnya yang membengkak akibat menangis. Ia berada di apartemennya. Sebenarnya, ia sudah bangun sejak dua jam yang lalu, tapi rasanya ia sangat malas beranjak dari atas kasur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Tidak ada yang ingin ia lakukan hari ini, apalagi mengingat kejadian semalam. Rasanya, seperti mimpi. Ia tidak pernah menyangka jika hub

  • The Calendula   Cheat On Me

    "Tiffany, kau ingin keluar? Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka." "Baiklah. Sepertinya, udara di luar lebih sejuk." Tiffany merasakan hal yang sama, bau ruangan itu sudah bukan lagi aroma lezat makanan tapi sudah didominasi aroma minuman alkohol, ia tidak menyukainya.Tanpa berpamitan lagi pada David, Tiffany segera menyusul Rosa yang sudah lebih dulu keluar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah danau kecil dengan beberapa pohon rindang di pinggirnya, gemerlap lampu yang temaram membuat suasana semakin nyaman dinikmati.Kedua gadis itu terus berjalan hingga mereka akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Memang, di seberang sana ada kandang kuda dan juga lapangan golf. Besar sekali memang rumah Zelo. "Aroma parfummu sama sepertiku." Tiffany menyeletuk saat ia tidak sengaja mencium bau badan Rosa."Benarkah? Aku memakai parfum Channel no 5.""Benar! Aku juga memakainya, pemberian dari David."Rosa terkekeh, "Sepertinya, it

  • The Calendula   Hair

    "Kau tidak ikut bermain?"Tiffany menoleh, Rosa sudah di sampingnya sedang mengikat rambut. "Tidak, aku tidak bisa bermain baseball.""Oh, benarkah? Padahal, David sangat menyukai permainan olahraga ini. Dari kecil, dia sudah sangat jago dan berlatih setelah pulang sekolah. Aku juga bisa bermain baseball karena David." Rosa berkata dengan senyumannya."Lebih menyenangkan jika kau bisa bermain baseball dengan seseorang yang kau sayangi, bukan?" Rosa melanjutkan dengan nada yang sedikit berbeda, seolah menyudutkan Tiffany.Tidak ada respon apapun yang diberikan Tiffany, ia hanya diam seraya memperhatikan Rosa yang tengah tersenyum miring ke arahnya seraya berjalan menuju sekumpulan pria itu. Di tempatnya, Tiffany hanya bisa memperhatikan mereka yang sedang asik bermain. Meski pandangannya tertuju pada lapangan juga David, tapi pikirannya sedang mengambang, ia kembali mengingat kejadian semalam dengan Salsha. Bukan hal yang tidak mungkin jika Rosa menaruh perasaan pada David, mereka sud

  • The Calendula   Copy

    "Kau masih ingat bagaimana prianya?"Salsha mencoba mengingat kembali, "Sedikit. Aku ingat rambutnya."Tiffany dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang berisi enam pria yang sedang tersenyum lebar di tengah-tengah lapangan baseball, lengkap dengan pakaian juga sebuah piala di sana."Apa ada di salah satu pria ini?"Salsha mengamatinya dengan teliti hingga ia merasa familiar dengan seorang pria di tengah-tengah, "Ini! Dia orangnya."Itu, Gilang.Setelahnya, Tiffany tidak banyak bicara, ia hanya diam mencoba mencerna apa yang terjadi selama ini. Mendapati hal ini, rasa curiga yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, ia menggali ingatannya dengan beberapa kejadian yang melibat Rosa belakangan ini. Gadis itu memang selalu hadir menjadi topik pertengkaran ia dan David hingga berujung salah paham."Tiffany, jika aku boleh menyarankan, kau harus berhati-hati dengan dia. Kau jangan terlalu percaya padanya. Dia memang sahabat David, tapi dia tetap orang asin

DMCA.com Protection Status