Share

On purpose

Author: willia ds
last update Last Updated: 2022-08-08 08:44:38

"Kau sudah menunggu lama?"

Tiffany menggeleng cepat, "Tidak, aku baru saja datang."

Senyuman David semakin lebar, meski Tiffany adalah sosok gadis dewasa, namun tingkahnya masih sangat menggemaskan, ia mengacak rambut panjang gadis itu.

"Baiklah, ayo masuk."

Tiffany yang hendak menghambur pelukan pada David sontak terhenti saat ia melihat sesuatu yang ada pada kemejanya.

"Kenapa berhenti? Kau tidak ingin memelukku?"

Tiffany langsung mengubah raut wajah, "Aku tidak mau, kau bau keringat."

David terkekeh mendengarnya, "Ey, bau seperti ini juga kau sayang padaku."

"Tidak." Tiffany menjulurkan lidahnya, bermaskud menggoda pria itu.

"Yakin?"

"Sudahlah, lebih baik kau mandi lebih dulu, setelah itu kita akan makan malam bersama."

"Baiklah, aku mandi dulu." David berjalan mendekat dan mengecup singkat kening Tiffany hingga ia semakin jelas melihat noda itu.

"Noda lipstik?" gumamnya dalam hati seraya melihat David yang sedang membuka kemejanya dan meletakkannya pada tempat pakaian kotor.

"Davi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Calendula   Devil

    Tiffany keluar dari bilik kamar dengan piyama bermotif panda kesukaannya. Di meja makan, sudah ada David dengan dua nasi goreng yang masih mengepulkan asap. "Tiffany, kemarilah. Ayo, kita makan. Tidak enak jika sudah dingin."Kakinya berjalan mendekat dan duduk di hadapan David yang menampilkan senyum manisnya pada Tiffany. Dalam hati, ia tidak hentinya mengagumi sosok pria itu, lihat saja lesung pipinya, benar-benar menggoda."Makanlah. Kau sudah membelinya, masa tidak kau makan. Ayo, makan."Tiffany tersenyum lalu mengangguk. Ia mulai memakan makan malamnya. Namun, David masih menyadari perubahan raut wajah Tiffany yang tidak seperti biasanya lepas melihat noda lipstik di kemejanya. "Tiff?""Hm?""Kau baik-baik saja? Kau masih memikirkan lipstik itu?"Pergerakan tangan Tiffany yang hendak menyendok satu suapan kini terhenti, ia menatap David dengan raut wajah yang gelisah dan nampak tak nyaman."Aku sudah katakan padamu, tidak ada yang terjadi antara aku dan Rosa. Aku hanya mencin

    Last Updated : 2022-08-08
  • The Calendula   Inciting

    "Kau sedang apa di sini? Bukankah, kau satu tempat kerja dengan David? David saja belum bersiap-siap.""Ah, aku sedang menunggu taksi, sama sepertimu. Kau mungkin sudah tahu dari David jika kemarin aku hampir saja pingan di proyek. Makanya, aku datang sepagi ini untuk menyelesaikan pekerjaanku agar lebih cepat."Tiffany hanya mengangguk paham. Dari raut wajah Rosa tidak ada yang nampak aneh ataupun mencurigakan. Semuanya nampak normal. Mungkin, benar apa yang dikatakan David, noda lipstik itu hanyalah ketidakseimbangan."Ah, ya, Tiffany. Jangan lupa nanti malam."Tiffany mengangguk, "Ya, aku akan membawa temanku satu lagi. Kau tidak keberatan, kan?""Temanmu? Justru, tidak. Malah sepertinya semakin seru jika aku juga mendapatkan kenalan baru."Setelahnya, mereka tersenyum yang dilanjutkan dengan ucapan basa-basi."Nanti, biar aku saja yang ke rumah sakit, kebetulan juga rumah sakitmu searah dengan mall-nya."Tiffany mengangguk, "Baiklah, kabari saja nanti."Rosa mengangguk, setelahnya

    Last Updated : 2022-08-08
  • The Calendula   Playlist

    Tiffany berjalan menyusuri lorong seraya meminum susu pisang kesukaannya. Pagi ini, rumah sakit sangat padat karena semalam baru saja terjadi badai yang lebat di salah satu daerah Jakarta. Bahkan, Tiffany dapat melihat kursi tunggu yang biasanya masih tersisa kini sudah penuh hingga ke luar loby. Pintu lift terbuka, Tiffany segera masuk. Sama seperti keadaan di luar, di dalam lift juga sangat padat hingga membuat tubuh ramping Tiffany terhimpit. "Susu pisang? Dari temanmu?"Tiffany mendongak dan ia baru saja menyadari bahwa kini tubuhnya berdempetan dengan Philip bahkan terlihat tidak ada jarak antara mereka."Philip? Ah, ya. Aku masih menyimpannya." Tiffany agak risih dengan jarak mereka, yang lebih kesal lagi, setiap Tiffany ingin menjauh sedikit pasti ada salah seorang yang mendorongnya hingga membuat dia seolah terjatuh dalam pelukan Philip."Diam saja, ini akan semakin padat. Tahanlah sebentar." bisik Philip tepat di telinga Tiffany. Dan, mau tak mau gadis itu hanya menuruti sa

    Last Updated : 2022-08-08
  • The Calendula   Familiar

    salsha berdecak, akibat bencana alam yang terjadi kemarin membuat beberapa lokasi harus di tutup sementara dan terbitlah kemacetan yang panjang. di sampingnya, ada matthew yang nampak asik dengan playlist lagu kesukaannya seraya bersenandung kecil. sedangkan, salsha semakin tidak bisa di tempatnya, ia nampak gelisah bahwa sebenarnya ia sudah ada janji temu dengan salah seorang pasien."tenanglah sebentar, kau bisa mengabari pihak rumah sakit jika kau sedang terjebak macet."salsha mengangguk, ia melakukan apa yang dikatakan matthew."masakanmu tadi cukup enak, mungkin kau kurang garam saja. selebihnya, aku cukup puas."salsha memutar bola matanya malas, sudah dibuatkan dan malah banyak komentar."kau ini sudah tinggal makan saja. jadi, tidak usah banyak komentar. paham?""baiklah, besok aku ingin mau buatkan aku bubur ayam. harus enak dan rasanya juga pas seperti bubur ayam biasa.""bubur ayam? kau gila? kau ingin gula darahku naik selalu membuatku emosi seperti ini?"tidak ada sahut

    Last Updated : 2022-08-09
  • The Calendula   On The Top

    Salsha sedang duduk di depan salah satu toko mainan seraya meminum kopi hangatnya, tangannya sedang memegang ponsel yang menampilkan penampilan Matthew di salah satu kafe secara live. Seperti biasanya, lagi-lagi pria itu berhasil menghipnotis kalangan anak muda di sana."Salsha." Salsha segera mematikan ponselnya saat ia mendengar suara Tiffany sudah ada di sebelahnya."Maaf aku sedikit terlambat.""Tidak masalah, aku juga belum lama sampai.""Sal, perkenalkan ini Rosa, temanku, sahabatnya David dari kecil. Rosa, ini Salsha, dia sepupuku."Salsha sedikit terkejut melihat Rosa, namun ia menyembunyikannya dan memilih biasa saja selayaknya orang yang baru kenal."Kalian sudah mengenal lama?" Salsha bertanya serta terus memperhatikan Rosa. Ia tidak salah orang, pikirnya."Lumayan, kami kenal juga karena Tiffany kekasih sahabatku, David.""Ah, begitu. Kalian ingin makan malam dulu? Ini sudah jam tujuh.""Boleh."Setelahnya, mereka berjalan menyusuri mall, mencari tempat makan yang sekira m

    Last Updated : 2022-08-12
  • The Calendula   Remember

    "Memangnya, apa yang tiba-tiba membuatmu berpikir seperti itu? Dulu, kau bahkan yang menyuruhku berangkat bersama dengan Tiffany? Lagipula, apa aku memiliki riwayat perusak hubungan kalian? Ayolah, kenapa mau bertindak kekanakan sekali? Kau harus memikirkannya lebih dulu sebelum kau mengambil asumsi semua ini.""Aku percaya dengan kalian. Tapi, aku tidak benar-benar percaya karena aku tidak melihatnya langsung.""Kau ingin melihat apa? Astaga, David. Sudahlah, aku sudah lelah menjelaskannya padamu. Aku tahu kau sangat mencintai Tiffany. Justru, kaulah yang harus berhati-hati pada Rosa.""Apa maksudmu membawa Rosa?"Philip mengusap wajahnya gusar, "Kau ini terlalu bodoh atau bagaimana? Rosa mencintaimu sejak dulu, saat kau dan dia masih kecil. Dia tidak suka melihatmu bersama Tiffany. Apa kau tidak aneh akhir-akhir ini dengan gelagat Rosa dan juga perubahan tingkah Tiffany? Kalian baru saja bertengkar, bukan?""Rosa? Tidak mungkin-""Tidak ada yang tidak mungkin, David. Kau harus membu

    Last Updated : 2022-08-12
  • The Calendula   Copy

    "Kau masih ingat bagaimana prianya?"Salsha mencoba mengingat kembali, "Sedikit. Aku ingat rambutnya."Tiffany dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang berisi enam pria yang sedang tersenyum lebar di tengah-tengah lapangan baseball, lengkap dengan pakaian juga sebuah piala di sana."Apa ada di salah satu pria ini?"Salsha mengamatinya dengan teliti hingga ia merasa familiar dengan seorang pria di tengah-tengah, "Ini! Dia orangnya."Itu, Gilang.Setelahnya, Tiffany tidak banyak bicara, ia hanya diam mencoba mencerna apa yang terjadi selama ini. Mendapati hal ini, rasa curiga yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, ia menggali ingatannya dengan beberapa kejadian yang melibat Rosa belakangan ini. Gadis itu memang selalu hadir menjadi topik pertengkaran ia dan David hingga berujung salah paham."Tiffany, jika aku boleh menyarankan, kau harus berhati-hati dengan dia. Kau jangan terlalu percaya padanya. Dia memang sahabat David, tapi dia tetap orang asin

    Last Updated : 2022-08-13
  • The Calendula   Hair

    "Kau tidak ikut bermain?"Tiffany menoleh, Rosa sudah di sampingnya sedang mengikat rambut. "Tidak, aku tidak bisa bermain baseball.""Oh, benarkah? Padahal, David sangat menyukai permainan olahraga ini. Dari kecil, dia sudah sangat jago dan berlatih setelah pulang sekolah. Aku juga bisa bermain baseball karena David." Rosa berkata dengan senyumannya."Lebih menyenangkan jika kau bisa bermain baseball dengan seseorang yang kau sayangi, bukan?" Rosa melanjutkan dengan nada yang sedikit berbeda, seolah menyudutkan Tiffany.Tidak ada respon apapun yang diberikan Tiffany, ia hanya diam seraya memperhatikan Rosa yang tengah tersenyum miring ke arahnya seraya berjalan menuju sekumpulan pria itu. Di tempatnya, Tiffany hanya bisa memperhatikan mereka yang sedang asik bermain. Meski pandangannya tertuju pada lapangan juga David, tapi pikirannya sedang mengambang, ia kembali mengingat kejadian semalam dengan Salsha. Bukan hal yang tidak mungkin jika Rosa menaruh perasaan pada David, mereka sud

    Last Updated : 2022-08-13

Latest chapter

  • The Calendula   End

    Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya dokter yang menangani Rosa keluar. "Bagaimana keadaannya, Dok?""Rosa baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja. Bayinya juga baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Gilang yang mendengar itu, tanpa basa-basi lagi langsung menyerobot masuk ke dalam, ia ingin melihat keadaan Rosa secara langsung. Rupanya, gadis itu sudah sadar, tatapannya nampak kosong, ia hanya menatap datar ke arah Gilang yang kini sedang menatapnya sendu."Aku akan menikahimu, Rosa. Jadi, aku mohon, jangan melakukan hal yang tidak-tidak padanya, dia tidak salah apapun. Bagaimanapun aku ini ayahnya, aku ingin membesarkannya."Samar-samar, Rosa mendengar suara David yang sangat perhatian pada Tiffany, penuh kasih sayang dan sangat lembut. Rosa hanya tersenyum kecil, sedetik kemudian, ia merasa tubuhnya hangat dalam dekapan Gilang.***Satu bulan kemudian...Tiffany sedang menatap hamparan laut biru depannya, sepanjang mata memandang hanya ada keindahan air yang

  • The Calendula   The Truth

    Gilang yang sedang memainkan ponselnya, menanyakan bagaimana kabar Rosa sekarang. Namun, sudah dari setengah jam yang lalu, gadis itu tak kunjung membalas. Detik berikutnya, David kembali ke dalam mobil. Wajahnya kali ini nampak lebih segar dari sebelumnya, dapat ditebak jika sesuatu yang baik baru saja terjadi."Ey, ada apa, nih? Wajahmu sumringah seperti itu. Bagaimana dengan Tiffany tadi?""Tiffany akhirnya percaya padaku, tapi aku harus membuktikan semuanya.""Ya, kau memang harus melakukannya. Kebenaran yang ditutupi juga tidak akan berkunjung baik.""Jadi, apa rencanamu, David?""Aku akan melakukan tes DNA besok. Gilang, kau tolong sampaikan ini pada Rosa."***Saat ini, mereka semua berada di dalam sebuah ruangan VIP yang memang telah disediakan khusus, menunggu hasil pemeriksaan test DNA keluar. Tiffany, David, Zelo, Andre, Mario, Philip, Gilang, dan Rosa tidak ada yang bersuara. Ruangan itu nampak senyap, hanya terdengar suara jarum jam yang beputar. Dari sudut pandangnya,

  • The Calendula   DNA

    "Rosa? Apa ini Rosa?" gumamnya pelan, ia sontak mengeluarkan ponselnya, meyakinkan asumsinya bahwa itu benar Rosa melalui nomor ponsel yang terdaftar di sana, ia ingin mencocokannya.Sedetik kemudian, Tiffany terkejut bukan main bahwa itu benar Rosa, sahabat David yang ia kenal selama ini. Jadi, Rosa hamil? Dengan siapa?Masih terkejut, Tiffany malah mendapati sebuah pesan email masuk dari orang yang tidak ia kenal. Ia mengklik sebuah dokumen di sana. Lagi, napasnya seperti tercekat, pasokan udara terasa menipis di dadanya. Lututnya kembali lemas dan ia terjatuh begitu saja. Ia sungguh terkejut melihat foto David dan Rosa yang berbaring tanpa busana. Jadi, mungkinkah anak yang dikandung Rosa anaknya David?"Tiffany!"Itu, suara Philip. Pria itu berlari mendekat dan mengambil posisi di samping Tiffany. Dari raut wajahnya, jelas memperlihatkan jika gadis itu sudah mengetahuinya."Tiff, kau baik-baik saja?"Tiffany menggeleng, wajahnya pucat pasi. "Philip, apa benar Rosa hamil anaknya Da

  • The Calendula   She Knows

    David mengkliknya dan sontak ia membulatkan kedua matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, di sana terdapat banyak sekali foto yang menampilkan dirinya dengan Rosa yang sedang berbaring tanpa busana. David jelas tahu dimana tempat itu, di sebuah ruangan kecil yang memang ia sediakam untuk beristirahat. Dalam hati, ia meronta-ronta. Sungguh, ia berani bersumpah bahwa ia tidak yakin pernah berbuat sejauh ini dengan gadis itu. Yang ia ingat, ia hanya tertidur di ruangan itu, tidak lebih. Bahkan, ia juga ingat betul jika dirinya sangat bugar dan segar saat bangun, tidak seperti orang yang baru saja mengeluarkan tenaga banyak. Lagipula, ia tidak mengingat apapun. Sekalipun mabuk, ia yakin seratus persen jika ia tidak meminum jenis alkohol apapun saat ini. "David? Kau sudah melihatnya?""Tidak, aku tidak melakukannya. Sungguh, aku tidak pernah melakukannya. Aku harus meluruskannya langsung dengan Rosa.""Kau jangan gegabah. Aku dan yang lainnya sedang menuju ke tempatm

  • The Calendula   File

    Baru saja, saat Tiffany ingin membuka ujung antiseptik, Philip dengan cepat menahan lengannya hingga pergerakannya terhenti secara tiba-tiba."Biar aku saja yang obati." ucap pria itu seraya mengambil alih lagi antiseptik itu. Ia meneteskan antiseptik pada kapas yang sudah dibalut kain kasa."Jangan diulangi lagi, aku tidak mau kau terluka."''Tidak perlu cemas, ini hanyalah luka kecil. Tidak seberapa."Philip tidak menggubris. Ia fokus mengobati bibir tipis Tiffany. Ia terdiam mengamati pemandangan dihadapannya. Bibir merah ranum itu lebih menggiurkan ketika dilihat dengan jarak dekat. Ya, seperti buah persik, atau mungkin rasanya juga sama. Pikir Philip. Ia semakingugup sekarang ketika membayangkan bagaimana tekstur dan rasanya. Namun, dengan cepat ia menepis semua pikiran jeleknya."Sudah. Jangan diulangi lagi."Tiffany tersenyum kecil, "Terima kasih."Tidak sengaja, saat ia hendak membereskan kotak P3K, matanya tidak sengaja melirik ke arah benda pipih yang tergeletak begitu saja

  • The Calendula   Chaotic

    Di dalam mobil, Tiffany tentu mendengar teriakan itu. Ia hanya bisa diam dan sesekali melihat ke arah kaca spion yang masih menampilkan David hingga mereka berbelok di perempatan."Kau sebaiknya beristirahat malam ini. Kau tidak usah masuk dulu besok, aku akan memberitahu staff rumah sakit."Tak ada sahutan, Tiffany hanya diam saja seraya menatap lurus ke luar jendela. Ia sudah tidak menangis lagi, tenaganya sudah habis terkuras tadi. Yang tersisa hanya jejak air mata yang mengering di wajahnya. Philip memaklumi, ia tidak akan banyak omong.***Esok paginya, Tiffany terbangun dengan tubuhnya yang masih terasa lemas, juga wajahnya yang membengkak akibat menangis. Ia berada di apartemennya. Sebenarnya, ia sudah bangun sejak dua jam yang lalu, tapi rasanya ia sangat malas beranjak dari atas kasur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Tidak ada yang ingin ia lakukan hari ini, apalagi mengingat kejadian semalam. Rasanya, seperti mimpi. Ia tidak pernah menyangka jika hub

  • The Calendula   Cheat On Me

    "Tiffany, kau ingin keluar? Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka." "Baiklah. Sepertinya, udara di luar lebih sejuk." Tiffany merasakan hal yang sama, bau ruangan itu sudah bukan lagi aroma lezat makanan tapi sudah didominasi aroma minuman alkohol, ia tidak menyukainya.Tanpa berpamitan lagi pada David, Tiffany segera menyusul Rosa yang sudah lebih dulu keluar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah danau kecil dengan beberapa pohon rindang di pinggirnya, gemerlap lampu yang temaram membuat suasana semakin nyaman dinikmati.Kedua gadis itu terus berjalan hingga mereka akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Memang, di seberang sana ada kandang kuda dan juga lapangan golf. Besar sekali memang rumah Zelo. "Aroma parfummu sama sepertiku." Tiffany menyeletuk saat ia tidak sengaja mencium bau badan Rosa."Benarkah? Aku memakai parfum Channel no 5.""Benar! Aku juga memakainya, pemberian dari David."Rosa terkekeh, "Sepertinya, it

  • The Calendula   Hair

    "Kau tidak ikut bermain?"Tiffany menoleh, Rosa sudah di sampingnya sedang mengikat rambut. "Tidak, aku tidak bisa bermain baseball.""Oh, benarkah? Padahal, David sangat menyukai permainan olahraga ini. Dari kecil, dia sudah sangat jago dan berlatih setelah pulang sekolah. Aku juga bisa bermain baseball karena David." Rosa berkata dengan senyumannya."Lebih menyenangkan jika kau bisa bermain baseball dengan seseorang yang kau sayangi, bukan?" Rosa melanjutkan dengan nada yang sedikit berbeda, seolah menyudutkan Tiffany.Tidak ada respon apapun yang diberikan Tiffany, ia hanya diam seraya memperhatikan Rosa yang tengah tersenyum miring ke arahnya seraya berjalan menuju sekumpulan pria itu. Di tempatnya, Tiffany hanya bisa memperhatikan mereka yang sedang asik bermain. Meski pandangannya tertuju pada lapangan juga David, tapi pikirannya sedang mengambang, ia kembali mengingat kejadian semalam dengan Salsha. Bukan hal yang tidak mungkin jika Rosa menaruh perasaan pada David, mereka sud

  • The Calendula   Copy

    "Kau masih ingat bagaimana prianya?"Salsha mencoba mengingat kembali, "Sedikit. Aku ingat rambutnya."Tiffany dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang berisi enam pria yang sedang tersenyum lebar di tengah-tengah lapangan baseball, lengkap dengan pakaian juga sebuah piala di sana."Apa ada di salah satu pria ini?"Salsha mengamatinya dengan teliti hingga ia merasa familiar dengan seorang pria di tengah-tengah, "Ini! Dia orangnya."Itu, Gilang.Setelahnya, Tiffany tidak banyak bicara, ia hanya diam mencoba mencerna apa yang terjadi selama ini. Mendapati hal ini, rasa curiga yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, ia menggali ingatannya dengan beberapa kejadian yang melibat Rosa belakangan ini. Gadis itu memang selalu hadir menjadi topik pertengkaran ia dan David hingga berujung salah paham."Tiffany, jika aku boleh menyarankan, kau harus berhati-hati dengan dia. Kau jangan terlalu percaya padanya. Dia memang sahabat David, tapi dia tetap orang asin

DMCA.com Protection Status