Share

CHAPTER 18: TERGUNCANG

Penulis: th
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-05 11:18:32

Beni tahu dan paham semua teori dan nasihat tentang fokus mengemudi dan jangan melihat ke arah lain selain spion dan jalanan. Cowok itu bukan pengemudi ugal-ugalan, sungguh. Saat orang-orang lain membuat SIM A dengan jalur dalam (atau jalur uang, well, sama sajalah), Beni mengambil les mengemudi selama dua minggu untuk mempersiapkan diri dalam tes pengambilan SIM. Hasilnya, dia lulus dengan mudah dan murah.

Jadi, Beni tahu benar apa yang dilakukannya ini salah. Jalanan ibukota malam-malam begini memang cukup lengang, namun bukan berarti tidak akan ada mobil atau motor yang mencoba menyalip (baik dari sebelah kanan maupun kiri). Meskipun begitu, lebih dari setengah perhatian Beni kini tidak tertuju pada jalanan. Tangan kirinya memang masih berada di atas setir, namun tangan kanannya merangkul pundak Cassie yang practically bersandar pada bahunya. Beni melirik ke tangan cewek itu yang gemetaran sesering yang ia bisa tanpa membuat mereka olen

th

Beni is so, so good for her. What do you think?

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 19: KEBERUNTUNGAN

    “Rule number one, behave, ada Dhika di dalam.” Beni bukan orang yang gampang terintimidasi, apalagi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dirinya. Jika ingin contoh ekstrim, Beni bahkan tidak terintimidasi oleh deretan C-level bertampang seram di perusahaannya sendiri (tapi posisinya sebagai calon penerus perusahaan mungkin berpengaruh besar dalam hal ini). Jadi, bertemu keponakan Cassie seharusnya bukan hal yang sulit. Dhika mungkin tidak menyukainya dengan alasan kuno seperti kau-tidak-cukup-baik-untuk-tanteku-yang-sempurna, tapi cowok itu tidak mungkin membencinya, kan? Beni belum (jangan sampai!) berbuat sesuatu yang menyebabkan Cassie marah besar atau sedih luar biasa, jadi seharusnya ia ada di posisi aman. Jika Beni boleh jujur, malahan ia sudah memiliki rasa peduli pada Dhika walaupun mereka belum pernah bertemu sama sekali. Kekasihnya selalu bercerita tentang Dhika, keponakannya, dan satu-satunya keluarganya. Beni tahu mereka bukan tant

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 20: BENI DAN DHIKA

    Hal paling awkward yang mungkin pernah terjadi di hidup Cassie adalah salah masuk ruang meeting saat ia baru saja menjabat sebagai CEO sementara. Cassie ingat benar bagaimana tangannya yang mendorong gagang pintu langsung dingin dan kaku seketika saat berpasang-pasang mata menatapnya dengan tatapan aneh. Apa dia karyawan baru yang datang terlambat di hari pertama? Mungkin sebagian besar berpikir seperti itu, berhubung ruangan yang salah dimasukinya adalah ruang induction. Parah sekali, terlambat satu jam! Lebih mungkin lagi, itulah kalimat yang semua orang pikirkan. Saat itu, Cassie ingin kabur secepatnya dan mengubur diri di tong sampah terdekat, tetapi tentu saja hal itu hanya bisa dilakukan dalam angan-angan. Lagipula cewek itu sudah berjanji untuk menjaga PT Bellezza sebaik mungkin. Jadi dengan penuh percaya diri, Cassie membenarkan postur tubuhnya, dan berkata dengan nada bass yang sudah ia latih sema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 21: WAY BACK HOME

    “By the way,” Cassie berdiri sembari membawa kotak mentai rice yang sudah kosong. “Aku belum kasih ucapan selamat secara official untuk the birthday boy.”“It’s me.” Dhika menambahkan.Beni, objek sasarannya, menanggapi santai, “I know. I accompanied Cassie to the bakery shop.”“So,” sela Cassie, menghentikan adu mulut keduanya. “Happiest birthday. Aku ambil kuenya dulu.”Cassie kembali dengan kue dan korek api. Kali ini, cewek itu tidak melihat tanda-tanda ada perdebatan kekanakan lagi di antara keponakan dan kekasihnya kali kedua para cowok itu ditinggalkan berdua saja di dalam satu ruangan.“Just for your information,” Dhika berdeham saat Cassie tiba, matanya tidak meninggalkan Beni. “Ada korek api di rumah ini bukan berarti aku atau Cassie merokok. Aku bahkan ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 22: I'LL NEVER LEAVE HER SIDE

    Satu bulan sebelum ulang tahun Dhika yang kedelapan belas… “Apa gunanya penasaran, sih?” Putra berdecak kesal. Sedari pagi, sohibnya yang bernama Andhika Pratama terus menerus merundungnya tentang kado apa yang akan diberikan Cassie, calon pacar garis miring calon tante cowok itu untuk ulang tahunnya yang kedelapan belas (well, Putra agak bingung menentukan title Cassie di sini karena hubungan keduanya memang sangat rumit, tapi masa bodoh karena jika Cassie menjadi tante sohibnya, dia akan punya banyak kesempatan untuk jadi calon pacar Cassie). “Karena kado ini dari Cassie. Dan cewek itu nggak pernah ngasih kado sembarangan.” Dan apa maksudnya itu? “Bro, ulang tahun lo sebulan lagi. Tunggu aja. Kado kan memang harusnya jadi kejutan.” Putra kini menyibukkan diri dengan ponselnya, malas menanggapi Dhika yang memang super terobsesi pada Cassie. Sayangnya, Dhika punya pikiran lain. “Bayangin kalau dia ngasih gue sepatu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • The CEO Girl for The College Boy   PROLOG

    “Kalau boleh saya tahu, apa hubungan saudara Dhika dengan adik Cassie?”Cassie hanya bisa meringis dalam hati. Here comes the question.“Apakah kalian saudara kandung?”Cassie menggeleng. “Bukan.”“Seperti yang saya duga. Tapi masih ada pertalian darah?”“Tidak. Tapi kakak saya dan ayahnya hampir menikah.”“Lalu kenapa hanya ada kalian berdua di kartu keluarga? Apa yang terjadi?”Dengan senyum yang menyakitkan, Cassie menjawab. “Kakak saya dibunuh, Dhika diculik oleh pembunuhnya dan kehilangan ingatan, kemudian ayahnya koma dan meninggal.”.....This is the right life, but the scene goes wrong.This is the right person, but the blood got mixed.This is the right feeling, but the pieces are shattered.Still… These will be the right end

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 1: ORANG-ORANG TIDAK PERNAH PEDULI, MEREKA HANYA PENASARAN

    Cassie memacu mobil secepat mungkin. Pikirannya kalut. Ia tidak bisa berpikir jernih. Yang diinginkannya saat ini hanyalah sampai ke kantor polisi secepat mungkin dan mengeluarkan seseorang dari sana. Beraninya polisi-polisi brengsek itu melakukan ini padanya. Apa mereka tidak tahu siapa Cassie? Well, mungkin tidak. Namun jika tahu, mungkin mereka akan berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengan cewek itu.Di negara ini, paling tidak di kota ini, siapa yang tidak mengenal PT Bellezza? Perusahaan raksasa yang menguasai industri kosmetik dan vitamin meskipun baru berdiri belum genap dua puluh tahun. Dan Cassie adalah CEO paling terkenal sepanjang sejarah nyaris dua puluh tahun tersebut. Karena ia begitu hebatnya? Mungkin saja, batin Cassie. Sayangnya ia tidak bisa menyombong seperti itu, terlebih karena posisi CEO didapatkannya dari nepotisme.Sekitar empat tahun lalu, hidup Cassie berubah. Orang-orang terdekatnya pergi dengan satu cara at

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 2: AKU TIDAK PEDULI PADA APA YANG DUNIA LAKUKAN

    “Cass, are you alright?”Cassie tidak merespon. Pandangannya lurus dan fokus pada jalanan yang sepi. Di sebelahnya, Dhika duduk dengan gelisah karena tidak ada satu pun perkataannya yang direspon oleh Cassie sejak keluar dari kantor polisi. Sebut Dhika penakut, namun Cassie –cewel yang tingginya hanya setelinganya itu—paling terlihat menakutkan saat diam dan fokus.“Aunt Cassie marah sama Dhika?”Harapan terakhir Dhika untuk mendapat perhatian Cassie adalah panggilan itu. Aunt. Dhika sudah berlatih selama bertahun-tahun agar bisa memanggil sahabatnya sejak kecil dengan panggilan aunt agar nanti, saat ayahnya dan kakak Cassie menikah, tidak ada kecanggungan panggilan lagi.Namun tidak ada pernikahan yang terjadi dan dua kematian mendatangi keluarga mereka.Benar saja. Mendengar panggilan tersebut keluar dari mulut Dhika, Cassie menghentikan mobilnya tiba-tiba. Jika ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 3: OBSESI PADA JADWAL SATU SAMA LAIN

    “Katanya motor kesayangan, kok ditinggal sendirian di kampus?” tanya Cassie sok polos. Diliriknya Dhika dengan pandangan mengejek saat mereka berdua terjebak di lampu merah perempatan, lima ratus meter jauhnya dari kampus Dhika.Mendengar dengan jelas nada ejekan dalam pertanyaan Cassie barusan, cowok itu tampak sebal setengah mati. “Kalau nggak ikhlas anterin aku ke kampus ya udah. Aku bisa naik taksi online.”“Nope,” tanggap Cassie singkat sembari melajukan mobilnya kembali. Party in The USA, salah satu lagu kesukaan cewek itu diputar di dalam mobil. “Kamu punya mobil, tapi ditinggal entah sudah berapa lama di parkiran apartemen.”“Aku masih suka bawa minimal 2 minggu sekali ya!” bantah Dhika. Walaupun begitu, dalam hati cowok itu sadar bahwa mobilnya sudah hampir tak pernah ia kendarai. Dua minggu sekali itu pun hanya dibawanya sebentar untuk memanaskan mesin. Tapi memangnya dia mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12

Bab terbaru

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 22: I'LL NEVER LEAVE HER SIDE

    Satu bulan sebelum ulang tahun Dhika yang kedelapan belas… “Apa gunanya penasaran, sih?” Putra berdecak kesal. Sedari pagi, sohibnya yang bernama Andhika Pratama terus menerus merundungnya tentang kado apa yang akan diberikan Cassie, calon pacar garis miring calon tante cowok itu untuk ulang tahunnya yang kedelapan belas (well, Putra agak bingung menentukan title Cassie di sini karena hubungan keduanya memang sangat rumit, tapi masa bodoh karena jika Cassie menjadi tante sohibnya, dia akan punya banyak kesempatan untuk jadi calon pacar Cassie). “Karena kado ini dari Cassie. Dan cewek itu nggak pernah ngasih kado sembarangan.” Dan apa maksudnya itu? “Bro, ulang tahun lo sebulan lagi. Tunggu aja. Kado kan memang harusnya jadi kejutan.” Putra kini menyibukkan diri dengan ponselnya, malas menanggapi Dhika yang memang super terobsesi pada Cassie. Sayangnya, Dhika punya pikiran lain. “Bayangin kalau dia ngasih gue sepatu

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 21: WAY BACK HOME

    “By the way,” Cassie berdiri sembari membawa kotak mentai rice yang sudah kosong. “Aku belum kasih ucapan selamat secara official untuk the birthday boy.”“It’s me.” Dhika menambahkan.Beni, objek sasarannya, menanggapi santai, “I know. I accompanied Cassie to the bakery shop.”“So,” sela Cassie, menghentikan adu mulut keduanya. “Happiest birthday. Aku ambil kuenya dulu.”Cassie kembali dengan kue dan korek api. Kali ini, cewek itu tidak melihat tanda-tanda ada perdebatan kekanakan lagi di antara keponakan dan kekasihnya kali kedua para cowok itu ditinggalkan berdua saja di dalam satu ruangan.“Just for your information,” Dhika berdeham saat Cassie tiba, matanya tidak meninggalkan Beni. “Ada korek api di rumah ini bukan berarti aku atau Cassie merokok. Aku bahkan ng

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 20: BENI DAN DHIKA

    Hal paling awkward yang mungkin pernah terjadi di hidup Cassie adalah salah masuk ruang meeting saat ia baru saja menjabat sebagai CEO sementara. Cassie ingat benar bagaimana tangannya yang mendorong gagang pintu langsung dingin dan kaku seketika saat berpasang-pasang mata menatapnya dengan tatapan aneh. Apa dia karyawan baru yang datang terlambat di hari pertama? Mungkin sebagian besar berpikir seperti itu, berhubung ruangan yang salah dimasukinya adalah ruang induction. Parah sekali, terlambat satu jam! Lebih mungkin lagi, itulah kalimat yang semua orang pikirkan. Saat itu, Cassie ingin kabur secepatnya dan mengubur diri di tong sampah terdekat, tetapi tentu saja hal itu hanya bisa dilakukan dalam angan-angan. Lagipula cewek itu sudah berjanji untuk menjaga PT Bellezza sebaik mungkin. Jadi dengan penuh percaya diri, Cassie membenarkan postur tubuhnya, dan berkata dengan nada bass yang sudah ia latih sema

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 19: KEBERUNTUNGAN

    “Rule number one, behave, ada Dhika di dalam.” Beni bukan orang yang gampang terintimidasi, apalagi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dirinya. Jika ingin contoh ekstrim, Beni bahkan tidak terintimidasi oleh deretan C-level bertampang seram di perusahaannya sendiri (tapi posisinya sebagai calon penerus perusahaan mungkin berpengaruh besar dalam hal ini). Jadi, bertemu keponakan Cassie seharusnya bukan hal yang sulit. Dhika mungkin tidak menyukainya dengan alasan kuno seperti kau-tidak-cukup-baik-untuk-tanteku-yang-sempurna, tapi cowok itu tidak mungkin membencinya, kan? Beni belum (jangan sampai!) berbuat sesuatu yang menyebabkan Cassie marah besar atau sedih luar biasa, jadi seharusnya ia ada di posisi aman. Jika Beni boleh jujur, malahan ia sudah memiliki rasa peduli pada Dhika walaupun mereka belum pernah bertemu sama sekali. Kekasihnya selalu bercerita tentang Dhika, keponakannya, dan satu-satunya keluarganya. Beni tahu mereka bukan tant

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 18: TERGUNCANG

    Beni tahu dan paham semua teori dan nasihat tentang fokus mengemudi dan jangan melihat ke arah lain selain spion dan jalanan. Cowok itu bukan pengemudi ugal-ugalan, sungguh. Saat orang-orang lain membuat SIM A dengan jalur dalam (atau jalur uang, well, sama sajalah), Beni mengambil les mengemudi selama dua minggu untuk mempersiapkan diri dalam tes pengambilan SIM. Hasilnya, dia lulus dengan mudah dan murah. Jadi, Beni tahu benar apa yang dilakukannya ini salah. Jalanan ibukota malam-malam begini memang cukup lengang, namun bukan berarti tidak akan ada mobil atau motor yang mencoba menyalip (baik dari sebelah kanan maupun kiri). Meskipun begitu, lebih dari setengah perhatian Beni kini tidak tertuju pada jalanan. Tangan kirinya memang masih berada di atas setir, namun tangan kanannya merangkul pundak Cassie yang practically bersandar pada bahunya. Beni melirik ke tangan cewek itu yang gemetaran sesering yang ia bisa tanpa membuat mereka olen

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 17: A FAVOR

    “Masih beef bowl terenak yang pernah gue makan.” Putra berkata di sela-sela kunyahannya. Setelah selesai mengambil surat rekomendasi magang di TU, cowok itu dan Dhika makan di Kafe Kafe, kafe tempat Dhika bekerja part-time. Nama yang aneh? Definitely. Namun nama-nama unik seperti inilah yang menimbulkan kesan kekinian dan membuat orang-orang tertarik untuk mencoba. Apalagi di lingkungan dekat kampus yang sasaran utamanya mahasiswa. Nama Kafe Kafe yang unik juga diiringi dengan interior kafe yang menarik, seperti berteriak-teriak kepada cewek-cewek pecinta I*******m, “Ayo foto di sudut ini!” atau semacamnya. Ada tema musim gugur di satu sisi ruangan, lengkap dengan dedaunan dan rumput-rumput yang mulai menguning. Bahkan ada lampu sorot berwarna kekuningan yang mengarah ke sudut itu sehingga suasananya khas sendu musim gugur. Di sisi lain, ada tembok dan pintu warna-warni seperti yang sering ditemukan di tempat wisata bergaya Belanda. Tambaha

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 16: CASSIE DAN PEKERJAANNYA

    Untungnya, Dhika sampai di kelas sebelum Pak Rodi tiba. Sebenarnya nyaris terjadi malapetaka karena cowok itu berlari begitu kencang dari perpustakaan dan dia nyaris menabrak meja dosen karena berhenti mendadak. Momentumnya bisa dipastikan sangat kuat dalam kecepatan berlari penuh seperti itu. Di saat yang sama, Pak Rodi melangkah santai melewati ambang pintu. Mata tajam di balik kacamata bergagang hitam milik dosennya menatap Dhika heran. Apa yang dilakukan anak ini di depan meja saya? Kira-kira seperti itulah pikiran yang terlintas di kepala Pak Rodi. Dhika, being Dhika, one of the favs dengan segala privilege yang menyertainya, hanya tersenyum canggung. “Saya anxious Bapak belum datang, jadi nggak bisa diam aja di meja.” Untungnya, Pak Rodi tidak langsung menatap wajah setengah penghuni kelas yang menahan tawa (setengahnya lagi masih setengah sadar, mungkin baru bangun tidur siang). Smooth one, Dhik, b

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 15: ABSEN KELAS ATAU KUIS MENDADAK

    Perpustakaan Universitas Aditama tampak seperti ada dalam dunia Harry Potter. Tentu saja, mungkin hanya Dhika dan beberapa kutu buku lainnya yang berpikir seperti itu. Murid-murid lain mungkin bisa membayangkan versi mini dan lebih sederhana dari Magdalen College Old Library, Oxford University, namun dengan jumlah buku yang jauh lebih sedikit dan minus manuskrip tua yang terbit sebelum tahun 1800an. Sehebat dan secinta apa pun Dhika pada perpustakaan kampusnya, memang tidak ada yang bisa menyaingi permata mahkota perpustakaan dunia tersebut –juga perpustakaan Hogwarts, karena omong-omong, tidak ada restricted section yang keren atau The Monster Book of Monsters yang bisa menggigit sungguhan di tempat ini.Hari ini, ada dua jam kosong sebelum kelas terakhir Dhika dimulai. Biasanya cowok itu akan hang out bersama Putra di taman kampus atau sekretariat himpunannya. Namun siang ini Putra pergi bersama Nana entah kemana. Sejujurnya Dhika ingin bertanya kema

  • The CEO Girl for The College Boy   CHAPTER 14: AKU TIDAK MAU BERAKHIR SEPERTI KAK LILA

    “Sial.” Cassie mengumpat pelan. Setelah kejadian tidak mengenakkan sebelumnya, muncul satu kesialan lagi yang mengiringi malam cewek itu. Ditendangnya ban depan mobil dengan sepatu hak tingginya yang berwarna putih polos. Double sial, karena sekarang ada noda hitam jelek di sana. Bisa-bisanya kesialan seperti ini terjadi di malam hari. Saat mobilnya mogok mendadak dan mesinnya tidak bisa dihidupkan, Cassie keluar dari bangku pengemudi dan memeriksa apa yang salah. Sayangnya, cewek itu useless dalam hal mesin mobil. Bukannya dia pernah belajar formal terkait mesin mobil atau semacamnya, kan? Cassie terlalu sibuk untuk mempelajari hal yang bisa dikerjakan orang lain seperti memperbaiki mesin mobil. Buat apa ada bengkel kalau kita bisa memperbaiki mobil sendiri? Bukankah hal itu lebih terdengar seperti mengambil pekerjaan para montir? Cassie merasa dosanya sudah cukup banyak. Dia harus membatasinya sekarang selagi masih sadar diri. Cassie lelah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status