Pukul Sebelas malam lebih lima belas menit, rasa haru menyelimuti Zev setelah dua jam ia melihat kesakitan luar biasa yang di pertaruhkan oleh Mia demi dua bayi yang sekarang tengah menangis mengisi ruangan tersebut.
Zev melihat bayinya satu persatu di bersihkan, anak pertama laki-laki dan kedua perempuan, bayi sepasang yang membuat Zev tak bisa menghentikan tetas air mata haru saat menyambutnya.
Kecupan tak berhenti Zev berikan untuk Mia atas rasa terima kasihnya yang sangat besar, Mia dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya merasa lemas, matanya terpejam namun masih sempat ia berkata.
“Bayi kita.”
“Mereka lahir sehat, berkat perjuanganmu. Terima kasih.” ucap Zev, ia semakin memberikan kecupan di kening Mia hingga kedua bayinya selesai di bersihkan, Mia juga selesai dengan proses pembersihan, hanya perlu membiarkan Mia istirahat sebentar sebelum di pindahkan ke kamar perawatan.
Zev menerima bayi laki-laki yang masih berk
Zev tak meninggalkan kamar yang masih di tempati Mia, untuk beberapa hari ke depan mungkin Zev masih akan di rumah sakit untuk memastikan keadaan Mia, Zev yang terlalu khawatir tidak ingin melihat istrinya kembali sakit.Sementara Mia menatap wajah Zeus, putranya masih memejamkan mata, kulitnya masih kemerahan. “Tenang sekali tidurnya.” ucap Mia sambil mengusap pipi Zeus dengan jari telunjuk.“Zeus sangat mirip denganmu. Atau lebih tepatnya mereka berdua lebih mirip denganmu.” Zev berkata dengan tidak rela, ia juga ingin kebagian dalam hal kemiripan anaknya.“Mereka masih bayi, Zev. Akan ada saat di mana mereka juga akan terlihat memiliki kemiripan denganmu.” Mia sedikit menggerakkan kepala melihat Zia yang tidur dengan pulas di dalam boks bayi.“Bisa aku minta kamu ambilkan itu untukku?” Mia menunjuk kain persegi di samping keranjang bayi, dengan cepat Zev mengambil kain itu.“Untuk apa?”
Dua hari tak terasa di lewati Mia di rumah sakit setelah melahirkan Zeus dan Zia, kondisnya juga membaik sehingga ia bisa berjalan sambil menggendong salah satu anaknya bergantian.Mia menoleh ke arah pintu di mana Zev masuk membawa satu map berisi data Mia selama berada di rumah sakit, sekaligus milik Zeus dan Zia juga.“Nanti sore kita sudah pulang.” ucap Zev, ia menyimpan map yang di bawanya ke dalam tas kemudian menghampiri Mia, “kenapa tidak menunggu beberapa hari lagi di rumah sakit sebelum pulang?”“Aku sudah lebih baik, lagi pula terlalu lama di rumah sakit itu tidak nyaman. Aku ingin segera pulang.” jawab Mia, Zev mengangguk, selagi Mia menggenodong Zeus, Zev merapikan beberapa hal barang milik Mia sebelu beberapa jam lagi mereka pulang.Sejak kemarin Jeslyn tidak datang ke rumah sakit, Zev juga tidak bertanya kemana perginya. Setelah semua sudah Zev bereskan, ia menatap Mia yang sudah duduk menyusui
Untuk pertama kalinya selama Mia dan Zev menikah, baru kali ini Jesliyn mau tinggal beberapa di rumah tersebut, kali ini ia punya alasan jika harus membantu Mia merawat si bayi kembar. Di luar ruangan terlihat Zev dan ibunya asik dengan si kembar sementara Mia di kamar memompa cairan yang berlebihan keluar dari tubuhnya.Selama konsumsi si bayi tercukupi, Mia tak akan menyia-nyiakan cairan darinya terbuang sia-sia. Dan tak terasa, hasil yang Mia dapatkan sejak pagi dan sore mendapatkan hasil yang banyak, ia pun menyelesaikan kebutuhan si kembar dengan menyimpan cairan yang sudah di keluarkan ke dalam lemari pendingin sebelum menghampiri Zev dan Jeslyn.“Kalau boleh tau apa yang terjadi dengan putri Cameron?” bisik Mia.Zev menoleh dengan pertanyaan Mia yang tiba-tiba, “Putrinya sakit.” jawab Zev seadanya, karena memang begitu yang terjadi, namun Zev tak mengatakan lebih lanjut jika putri Cameron tak mendapatkan asi dari ibu yang mel
Satu tahun kemudian.Zev melihat Zeus dan Zia sudah mulai belajar belajar berjalan, kedua anaknya terlihat semakin menggemaskan dan kedua anak itu mewarisi gen campuran antara Zev dan Mia, sama-sama berambut pirang bercampur hitam dan bola mata berwana biru.“ZEV!” Mia berlari dari lantai dua, Zev yang sedang memperhatikan kedua anaknya menoleh ke arah Mia di mana sang istri membawa ponsel di genggaman, Mia tersenyum lebar menghampiri suaminya.“Apa yang membuatmu sebahagia ini?” tanya Zev penasaran.“Aku ingin ke Manhattan, aku ingin melihat Linda dan bayinya, aku sungguh tidak sabar bertemu mereka. Ayo kita pergi ke sana, si kembar juga kita bawa sekaligus untuk liburan, bagaimana?”“Sejak kapan Linda melahirkan?” tanya Zev yang lupa jika istri Nelvan itu tengah hamil setelah Mia melahirkan si kembar.“Beberapa bulan kemarin, aku sangat merindukan Linda, terakhir aku b
Zeus dan Zia sudah berusia satu tahun, sementara Danis baru akan beranjak lima bulan, Danis yang baru belajar membalik badannya kalah cepat dengan si kembar yang sudah mulai belajar lari. Namun kedua balita itu tidak ada yang rewel, mereka seperti langsung akrab ketika di dekatkan. Apalagi Zia yang suka menoel pipi Danis.Kedua orang tua mereka memperhatikan sambil terkekeh, Linda yang tidak ingin meninggalkan momen tersebut mengabadikan dengan kamera ponselnya.“Bagaimana jika mereka kita jadikan teman?” celetuk Mia, yang lain menoleh ke arahnya.“Tapi kita tak bisa sering bertemu, lokasi tempat tinggal kita sangat jauh.” jawab Linda, Mia mengerucutkan bibirnya, apa yang Linda katakan benar, mereka tak bisa bertemu sesering mungkin, Los Angeles dan Manhattan bukanlah tempat dekat yang bisa di tempuh kendaraan hanya dengan beberapa menit saja.“Nelvan, bukankah kau punya tempat tinggal di LA, kenapa kau
7 tahun kemudianDi sebuah meja panjang terdiri dari orang-orang pemegang saham di sebuah perusahaan besar real estate di daerah Los Angeles, hari ini Zev sendiri yang melakukan presentasi akan rencana yang ia buat. Semua orang di ruangan itu mendengarkan penjelasan Zev yang sangat mendetail sampai tiba-tiba ...,Brakk..!Semua orang menoleh ke arah ujung samping meja di mana Nelvan jatuh tak sadarkan diri, Zev ingin membantu tapi asisten Zev segera mencegah sambil menggeleng, Zev menghela nafas rendah, ia harus profesional untuk melanjutkan perkembangan proyek terbarunya. Terlihat Nelvan di bantu oleh beberapa orang keluar dari ruangan tersebut untuk di bawa ke rumah sakit.Sejak tadi pagi Zev memang merasa kondisi Nelvan terlihat berbeda, wajahnya pucat, lelaki itu pasti memaksakan diri untuk bisa menghadiri rapat, padahal dua hari yang lalu Nelvan masih di Manhattan.Satu jam kemudian rapat selesai, Zev me
Malam harinya, Mia memastikan kedua anaknya tidak lagi bertengkar, Zia dan Zeus belajar bersama, dua jam si kembar belajar hingga selesai, Mia kemudian berbicara.“Zia, Zeus, kalian duduk dulu. Ada yang ingin Mama katakan pada kalian.”Zeus menatap Zia seolah bertanya apa kau membuat kesalahan, lalau Zia pun melemparkan padangan yang sama, keduanya meletakkan kembali buku ke atas meja, duduk di sisi kanan dan kiri Mia.Tangan Mia mengusap rambut pirang anak-anaknya yang sama sepertinya, mengecup puncak kepala si kembar bergantian. “Ingat apa yang sering Mama katakan pada kalian?” tanya Mia.Zeus dan Zia diam, jika Mia sudah mengatakan kalimat seperti itu, sudah di pastikan ada hal yang membuat Mia merasa tidak suka.“Ingat, kalian adalah adik dan kakak, saudara kembar. Jika salah harus mengakuinya, jika benar maka tidak boleh berbohong untuk menutupi yang salah. Jadi katakan pada Mama, siapa y
Pekerjaan dan pekerjaan, itulah yang selama ini Zev lakukan, waktu senggangnya sebisa mungkin untuk keluarga agar ia tetap bisa menjadi ayah dan suami yang baik untuk keluarga kecilnya. Sebuah bingkai foto yang memperlihatkan si kembar dan Mia terpajang cantik di depan meja kerja Zev untuk penyemangatnya.Zev menoleh saat piintu di ruanganya di ketuka, beberapa detik setelah suara keukan berhenti, pintu terbuka. Jordan dan beberapa berkas di tangannya. Asisten yang setia bekerja untuk Zev itu pun meletakkan barang bawaannya di depan Zev.“Nanti, pukul tiga ada pertemuan dari direktur perusahaan ICA. Tuan Redrigo menjadwalkan pertemuan hanya bisa di lakukan hari ini, beliau akan melakukan perjalanan ke Singapura besok.”“Apa ada yang lain?” tanya Zev sembari memeriksa berkas di depannya.Jordan membuka ipad, menggeser layar yang cukup besar itu kemudian berkata. “Ada undangan makan malam dari Tuan Andreas
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd