Kegilaan yang menyakitkan tapi juga menyenangkan. Namun dari kegiatan gila yang menyenangkan itu telah berhasil membuat tubuh Mia rasanya di remuk, tak ada bagian yang terasa nyaman, semuanya sakit termasuk di bagian antara pangkal pahanya.
Bayangan semalam terlintas di otak kecil Mia, jantungnya seperti akan lepas dari posisi karena terlalu cepat berdetak. Menyaksikan Zev yang mengusainya selama hampir satu jam penuh di kali pertama percobaan. Bukankah itu hal yang gila? Tapi juga menyenangkan, minusnya ada rasa sakit yang harus Mia rasakan.
Tidak ada darah kesucian yang tumpah, Mia takut Zev meragukan kesuciannya karena tak ada darah yang terlihat saat melakukan hubungan dewasa. Mia sering mendengar jika pertama kali melakukan hubungan dewasa akan ada selaput yang di robek dan mengeluarkan darah, tapi ini ... Mia tidak melihat darah setetes pun yang ia keluarkan.
Ada rasa bersalah, tapi sumpah demi apapun jika Mia belum pernah di sentuh oleh pria.
&ldqu
Chapter 19. Marah +1Pembohong. Satu kata yang terlintas di pikiran Mia mengenai Zev sekarang ini. Lelaki itu bilang akan pulang sebelum larut malam tapi saat Mia bangun ke esokan paginya Zev masih juga belum pulang. Ponsel Zev juga tidak aktif.Bisa-bisanya lelaki itu meninggalkannya setelah percintaan panas mereka kemarin malam. Berjanji akan sebentar tapi ini sudah hampir dua hari Zev tidak pulang, sungguh sangat menyebalkan.“Awas saja jika kau pulang. Aku benar-benar akan membalasmu.” Mia berjanji pada diri sendiri, sekarang sudah cukup sore dan Zev masih juga belum kelihatan akan pulang.“Smith!” panggil Mia pada pengurus rumah tangga atau bisa di sebut kepala pelayan.Lelaki yang sudah beruban itu mendekati Mia. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Smith sopan.“Kapan Zeveran akan pulang?” tanya Mia yang sudah tidak sabar ingin menghajar Zev.Smith menggeleng pelan. “Maaf
Mia mendongak, tatapannya tidak semarah tadi. “Aku sudah memberikan kepercayaan penuh terhadapmu, tapi kau tidak bisa memegang janji akan hal itu. Kau pergi setelah puas memakaiku, kau berjanji akan datang sebelum larut malam, aku menunggumu kembali sampai aku berpikir terlalu bodoh untuk percaya terhadap orang asing dengan begitu mudahnya. Aku yang terlalu bodoh, mulai sekarang kepercayaanku darimu aku tarik kembali, biarkan aku pergi dan aku akan menganggap kegiatan kita terakhir kali hanyalah mimpi indah yang tak akan pernah terulang kembali.”“Tidak.” sahut Zev lugas, tatapannya serius, tidak ada tatapan jahil di sana atau tatapan ingin menggoda Mia seperti beberapa hari kemarin.“Siapa yang mengijinkamu berkata demikian? Siapa yang akan melepaskanmu? Aku? Jelas aku tidak akan melepaskanmu, Mia. Kau camkan kalimatku, AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU.”“Lalu kau ingin aku menjadi pajangan di rumah besarmu ini? Kau tinggalk
Sentuhan mengalir di sekujur tubuh Mia, bagaikan riak air yang bergerak lembut di permukaan kolam saat angin meniupnya perlahan. Hawa panas, dengusan pelan nafas yang saling bersahutan. Suara kepuasan melebur dengan udara dalam ruangan, tersisa rasa lelah yang perlu di atur untuk kembali normal. “Ini hukuman yang menakjubkan.” ucap Mia, Zev menyeringai, membelai rambut di wajah Mia yang bersatu dengan keringat hasil kegiatan mereka beberapa saat lalu. “Bukankah sudah pernah aku katakan, sekali kau mencobanya maka kau akan menginginkannya lagi. Mungkin tidak akan mau berhenti hingga kau merasa terpuaskan.” Mia kembali menormalkan deru nafasnya, dua kali melakukan hubungan dengan Zev dalam keadaan normal. Mia jelas tidak bisa berdalih jika ia melakukannya dalam keadaan tidak sadar. Namun, apa yang Zev katakan benar, rasanya sekali saja tidak cukup untuk membuatnya puas. Ini baru pengalaman kedua dengan lelaki yang sama. Dan Mia menikmatinya, toh Zev
Sudah cukup siang ketika Zev mengajak Mia untuk ke rumah Jeslyn, ibu Zev itu selalu menolak untuk tinggal bersama dengan Zev, Alhasil jika ingin bertemu Zev harus melakukan perjalanan selama hampir satu jam.Kondisi Jeslyn sudah jauh lebih baik, dua perawat bekerja seperti apa yang seharusnya. Zev sangat bersyukur, melihat senyum di bibir Jeslyn terlihat sangat bahagia dan jelas ibunya kini sudah sehat.Hal pertama yang Jeslyn lihat adalah Mia, langkah tuanya berjalan cepat pada menantunya sebelum mendekap Mia erat-erat.“Mom, jaga kesehatanmu. Kau belum sepenuhnya pulih.” tegur Zev.Mia pasrah di peluk oleh Jeslyn, ia membalas pelukan ibu Zev. Mia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua, sejak ia masih bayi ia sudah tinggal di panti tanpa pernah mengenal siapa kedua orang tuanya.“Ibu senang sekali kau datang, Nak. Semenjak Zev menikahimu, aku merasa punya anak perempuan, dan itu menyenangkan.” Jeslyn mengurai pelukan,
Entah sudah berapa hari Mia tidak bertemu Linda, atau bahkan bertukar pesan dengan Linda maupun Allexin. Zev menyembunyikan ponsel Mia dan memberi Mia ponsel baru, Mia yang tidak suka berpikir jelas tidak mengingat nomor ponsel Linda dan Allexin, nomor ponselnya sendiri saja Mia tidak ingat.Hari ini Zev tidak pergi ke kantor, tapi lelaki itu mengurung diri di dalam ruang kerja melakukan kegiatan entah apalah, mungkin menandatangani dokumen atau mengecek jadwal pekerjaan yang lain.Brakk.!Zev di dalam ruang kerjanya berjengit kaget.“Mia. What’s wrong with you?” ujar Zev.Mia tidak berjalan mundur ataupun berjalan maju, tetap berdiri di depan pintu menatap Zev kesal, Mia berkacak pinggang dan tentu saja berwajah marah.“Hari ini juga, aku memaksamu untuk mengantarku ke Colorado.”“Mia ... C’mon. Untuk apa ke sana?”“Untuk apa katamu? Kau mencuri ponselku,
Hari sudah cukup pagi, Mia memaksa Zev bangun. Mereka tiba di Denver sekitar pukul lima pagi, Zev baru memejamkan mata setidaknya satu setengah jam ketika tidurnya terusik dengan guncangan tangan Mia.“Ayo!”“Mia. Ini masih terlalu pagi, biarkan aku istirahat tanpa harus memikirkan pekerjaan.” Zev berkata dengan mata terpejam.Namun Mia tidak mau penolakan, hari ini ia akan bertemu Linda dan Allexin, Mia sangat merindukan kedua sahabatnya itu. Terlebih Mia punya rencana untuk membuat acara makan-makan di rumah Linda, selain merindukan Linda dan Allexin, Mia juga merindukan masakan Linda.“Zev. Kau harus menemaniku belanja, hari ini aku akan membuatmu menjadi atm berjalanku.” Mia kembali mengguncang Zev membuat lelaki itu terpaksa bangun.“Apa yang harus aku lakukan.”“Mandi. Kau harus mandi lalu mengantarku belanja sebelum pergi ke rumah Linda. Cepatlah, aku tidak mau
“Kapan tepatnya acara Nelvan akan melamar Linda?” tanya Mia sembari melihat Zev yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya separuh tertutupi dan rambutnya masih basah, pupil mata Zev bergerak melihat Mia.“Allexin tidak mengatakan padaku jam berapa acara tersebut di lakukan. Apa kamu punya nomor ponsel lelaki itu?” Zev meraih ponsel yang sedang di isi daya.Mia mengulurkan ponselnya pada Zev. “Aku sudah meminta nomor Linda dan Allexin, tapi aku tidak tau apa yang harus aku katakan pada Allexin saat aku menghubunginya nanti, jangan sampai aku salah menelfon dan menghancurkan hari bahagia yang Nelvan akan tunjukan untuk Linda.Zev menerima ponsel Mia, menyalin nomor Allexin ke ponselnya sendiri kemudian mengembalikan ponsel Mia, setelahnya Zev sudah menghubungi Allexin, berbicara dengan adik Linda dengan santai seperti sudah saling kenal lama walaupun Linda sempat mengatakan jika Allexin nyaris menghajar Zev ketika di ruma
Mia dan Zev berada di Denver hanya sekitar tiga hari, sore harinya di hari ketiga mereka sudah menempuh perjalanan kembali ke Los Angeles, lantas ke esokan paginya Zev langsung berangkat ke Manhattan bersama seorang lelaki bernama Jordan yang Mia tau sebagai asisten Zev.“Kau akan berapa lama di Manhattan?” tanya Mia sebelum Zev benar-benar pergi.Zev sudah menarik koper untuk persiapannya selama di Manhattan, lelaki itu berbalik lagi ke arah Mia, melepaskan gagang koper hanya untuk memeluk Mia.“Sekitar lima hari atau seminggu. Jika kau tidak mau aku tinggalkan di sini, ayo ikut denganku ke Manhattan.” Zev melepaskan pelukan, tangannya membelai rambut pirang Mia yang alami.“Aku tidak bisa pergi jauh, perjalanan jauh membuatku mabuk udara.” tolak Mia.Zev tersenyum, teringat kemarin sore Mia nyaris pingsan gara-gara mabuk udara saat turun dari helikopter. “Baiklah kalau kamu tidak mau ikut denganku, kataka