Tiga hari berlalu, selama itu Zev menghindari untuk menjahili Mia atau ia benar-benar kehilangan kendali untuk menerkam Mia saat itu juga. Sejak kejadian pagi hari beberapa hari yang lalu, Zev tadinya tidak tertarik untuk menyentuh Mia kini telah berubah. Zev sangat menantikan kapan Mia memberinya ijin untuk menikmati apa yang harusnya Zev miliki sejak awal pernikahan mereka.
Selama tiga hari itu pula Zev menghabiskan banyak waktu ke kantor, sesekali menjenguk Jeslyn yang kondinsinya semakin membaik. Ketika pulang pun Zev enggan menyapa Mia, Zev lebih memilih mengalihkan pandangan. Bukan ia membenci Mia, tapi ketika menatap wajah Mia saja telah berhasil membuat Zev panas, lalu apa jadinya jika Zev lebih banyak dekat dengan Mia?
Zev tidak ingin memaksa, biarkan Mia menentukan kapan gadis itu bersedia. Maka dengan begitu Zev bisa merasakan kenikmatan yang seharusnya tanpa merasa bersalah.
Kamar bernuansa hitam dan putih yang terkesan maskulin, kamar
Kegilaan yang menyakitkan tapi juga menyenangkan. Namun dari kegiatan gila yang menyenangkan itu telah berhasil membuat tubuh Mia rasanya di remuk, tak ada bagian yang terasa nyaman, semuanya sakit termasuk di bagian antara pangkal pahanya.Bayangan semalam terlintas di otak kecil Mia, jantungnya seperti akan lepas dari posisi karena terlalu cepat berdetak. Menyaksikan Zev yang mengusainya selama hampir satu jam penuh di kali pertama percobaan. Bukankah itu hal yang gila? Tapi juga menyenangkan, minusnya ada rasa sakit yang harus Mia rasakan.Tidak ada darah kesucian yang tumpah, Mia takut Zev meragukan kesuciannya karena tak ada darah yang terlihat saat melakukan hubungan dewasa. Mia sering mendengar jika pertama kali melakukan hubungan dewasa akan ada selaput yang di robek dan mengeluarkan darah, tapi ini ... Mia tidak melihat darah setetes pun yang ia keluarkan.Ada rasa bersalah, tapi sumpah demi apapun jika Mia belum pernah di sentuh oleh pria.&ldqu
Chapter 19. Marah +1Pembohong. Satu kata yang terlintas di pikiran Mia mengenai Zev sekarang ini. Lelaki itu bilang akan pulang sebelum larut malam tapi saat Mia bangun ke esokan paginya Zev masih juga belum pulang. Ponsel Zev juga tidak aktif.Bisa-bisanya lelaki itu meninggalkannya setelah percintaan panas mereka kemarin malam. Berjanji akan sebentar tapi ini sudah hampir dua hari Zev tidak pulang, sungguh sangat menyebalkan.“Awas saja jika kau pulang. Aku benar-benar akan membalasmu.” Mia berjanji pada diri sendiri, sekarang sudah cukup sore dan Zev masih juga belum kelihatan akan pulang.“Smith!” panggil Mia pada pengurus rumah tangga atau bisa di sebut kepala pelayan.Lelaki yang sudah beruban itu mendekati Mia. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Smith sopan.“Kapan Zeveran akan pulang?” tanya Mia yang sudah tidak sabar ingin menghajar Zev.Smith menggeleng pelan. “Maaf
Mia mendongak, tatapannya tidak semarah tadi. “Aku sudah memberikan kepercayaan penuh terhadapmu, tapi kau tidak bisa memegang janji akan hal itu. Kau pergi setelah puas memakaiku, kau berjanji akan datang sebelum larut malam, aku menunggumu kembali sampai aku berpikir terlalu bodoh untuk percaya terhadap orang asing dengan begitu mudahnya. Aku yang terlalu bodoh, mulai sekarang kepercayaanku darimu aku tarik kembali, biarkan aku pergi dan aku akan menganggap kegiatan kita terakhir kali hanyalah mimpi indah yang tak akan pernah terulang kembali.”“Tidak.” sahut Zev lugas, tatapannya serius, tidak ada tatapan jahil di sana atau tatapan ingin menggoda Mia seperti beberapa hari kemarin.“Siapa yang mengijinkamu berkata demikian? Siapa yang akan melepaskanmu? Aku? Jelas aku tidak akan melepaskanmu, Mia. Kau camkan kalimatku, AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU.”“Lalu kau ingin aku menjadi pajangan di rumah besarmu ini? Kau tinggalk
Sentuhan mengalir di sekujur tubuh Mia, bagaikan riak air yang bergerak lembut di permukaan kolam saat angin meniupnya perlahan. Hawa panas, dengusan pelan nafas yang saling bersahutan. Suara kepuasan melebur dengan udara dalam ruangan, tersisa rasa lelah yang perlu di atur untuk kembali normal. “Ini hukuman yang menakjubkan.” ucap Mia, Zev menyeringai, membelai rambut di wajah Mia yang bersatu dengan keringat hasil kegiatan mereka beberapa saat lalu. “Bukankah sudah pernah aku katakan, sekali kau mencobanya maka kau akan menginginkannya lagi. Mungkin tidak akan mau berhenti hingga kau merasa terpuaskan.” Mia kembali menormalkan deru nafasnya, dua kali melakukan hubungan dengan Zev dalam keadaan normal. Mia jelas tidak bisa berdalih jika ia melakukannya dalam keadaan tidak sadar. Namun, apa yang Zev katakan benar, rasanya sekali saja tidak cukup untuk membuatnya puas. Ini baru pengalaman kedua dengan lelaki yang sama. Dan Mia menikmatinya, toh Zev
Sudah cukup siang ketika Zev mengajak Mia untuk ke rumah Jeslyn, ibu Zev itu selalu menolak untuk tinggal bersama dengan Zev, Alhasil jika ingin bertemu Zev harus melakukan perjalanan selama hampir satu jam.Kondisi Jeslyn sudah jauh lebih baik, dua perawat bekerja seperti apa yang seharusnya. Zev sangat bersyukur, melihat senyum di bibir Jeslyn terlihat sangat bahagia dan jelas ibunya kini sudah sehat.Hal pertama yang Jeslyn lihat adalah Mia, langkah tuanya berjalan cepat pada menantunya sebelum mendekap Mia erat-erat.“Mom, jaga kesehatanmu. Kau belum sepenuhnya pulih.” tegur Zev.Mia pasrah di peluk oleh Jeslyn, ia membalas pelukan ibu Zev. Mia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua, sejak ia masih bayi ia sudah tinggal di panti tanpa pernah mengenal siapa kedua orang tuanya.“Ibu senang sekali kau datang, Nak. Semenjak Zev menikahimu, aku merasa punya anak perempuan, dan itu menyenangkan.” Jeslyn mengurai pelukan,
Entah sudah berapa hari Mia tidak bertemu Linda, atau bahkan bertukar pesan dengan Linda maupun Allexin. Zev menyembunyikan ponsel Mia dan memberi Mia ponsel baru, Mia yang tidak suka berpikir jelas tidak mengingat nomor ponsel Linda dan Allexin, nomor ponselnya sendiri saja Mia tidak ingat.Hari ini Zev tidak pergi ke kantor, tapi lelaki itu mengurung diri di dalam ruang kerja melakukan kegiatan entah apalah, mungkin menandatangani dokumen atau mengecek jadwal pekerjaan yang lain.Brakk.!Zev di dalam ruang kerjanya berjengit kaget.“Mia. What’s wrong with you?” ujar Zev.Mia tidak berjalan mundur ataupun berjalan maju, tetap berdiri di depan pintu menatap Zev kesal, Mia berkacak pinggang dan tentu saja berwajah marah.“Hari ini juga, aku memaksamu untuk mengantarku ke Colorado.”“Mia ... C’mon. Untuk apa ke sana?”“Untuk apa katamu? Kau mencuri ponselku,
Hari sudah cukup pagi, Mia memaksa Zev bangun. Mereka tiba di Denver sekitar pukul lima pagi, Zev baru memejamkan mata setidaknya satu setengah jam ketika tidurnya terusik dengan guncangan tangan Mia.“Ayo!”“Mia. Ini masih terlalu pagi, biarkan aku istirahat tanpa harus memikirkan pekerjaan.” Zev berkata dengan mata terpejam.Namun Mia tidak mau penolakan, hari ini ia akan bertemu Linda dan Allexin, Mia sangat merindukan kedua sahabatnya itu. Terlebih Mia punya rencana untuk membuat acara makan-makan di rumah Linda, selain merindukan Linda dan Allexin, Mia juga merindukan masakan Linda.“Zev. Kau harus menemaniku belanja, hari ini aku akan membuatmu menjadi atm berjalanku.” Mia kembali mengguncang Zev membuat lelaki itu terpaksa bangun.“Apa yang harus aku lakukan.”“Mandi. Kau harus mandi lalu mengantarku belanja sebelum pergi ke rumah Linda. Cepatlah, aku tidak mau
“Kapan tepatnya acara Nelvan akan melamar Linda?” tanya Mia sembari melihat Zev yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya separuh tertutupi dan rambutnya masih basah, pupil mata Zev bergerak melihat Mia.“Allexin tidak mengatakan padaku jam berapa acara tersebut di lakukan. Apa kamu punya nomor ponsel lelaki itu?” Zev meraih ponsel yang sedang di isi daya.Mia mengulurkan ponselnya pada Zev. “Aku sudah meminta nomor Linda dan Allexin, tapi aku tidak tau apa yang harus aku katakan pada Allexin saat aku menghubunginya nanti, jangan sampai aku salah menelfon dan menghancurkan hari bahagia yang Nelvan akan tunjukan untuk Linda.Zev menerima ponsel Mia, menyalin nomor Allexin ke ponselnya sendiri kemudian mengembalikan ponsel Mia, setelahnya Zev sudah menghubungi Allexin, berbicara dengan adik Linda dengan santai seperti sudah saling kenal lama walaupun Linda sempat mengatakan jika Allexin nyaris menghajar Zev ketika di ruma
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd