"Ken habis minum obat, Tan. Biarkan dia istirahat dulu." Jelas Gilbert ketika Linda dan Tania sampai di kliniknya, tepatnya di ruang rawat inap Ken.
Tangis Linda pecah melihat Ken yang terbaring di atas ranjang itu. Jadi Ken harus di rawat di klinik ini? Anaknya itu...
"Ko, sebenarnya suamiku kenapa?" Tanya Tania tampak begitu panik, sampai lupa pada amarahnya perihal morning after pil yang dia temukan tadi.
Gilbert menatap Linda dengan seksama, tampak Linda mengangguk, Gilbert baru menghirup nafas dalam-dalam ketika Darmawan muncul dan membuat semua yang ada di sana menoleh dan menatap Darmawan yang muncul dengan wajah kusut.
"Biar Om yang jelaskan, Gil. Kamu kalau masih ada keperluan selesaikan saja dulu." Darmawan kembali menghirup nafas dalam-dalam, matanya memerah menatap Ken yang tertidur pulas di atas ranjang itu.
"Baik kalau begitu Gilbert pamit, Om, Tante, Tania, nanti kalau ada apa-apa telpon saja."
Semua kompak mengangguk, Gilbert
Tania menutup mulutnya dengan tangan, isaknya sontak pecah seketika. Darmawan menundukkan kepala, tangan laki-laki itu masih menggenggam dan meremas lembut tangan Ken yang tampak begitu tenang dan damai dalam istirahatnya."Jadi begitulah, Tan. Maafkan Papa. Semua ini salah Papa." Suara Darmawan bergetar hebat, dadanya sesak luar biasa.Tania tidak menjawab, dia sibuk dengan tangisnya. Sementara Linda ikut terisak, ternyata separah itu anak kebanggannya itu. Cintanya begitu besar pada Elsa, membuat Ken sampai hampir kehilangan kewarasan karena dipisahkan paksa dengan gadis itu."Ken melakukan semua ini karena tekanan yang Papa berikan kepadanya. Papa yang bersalah." Desis Darmawan lagi, ia lantas menoleh, menatap sang menantu yang tampak sangat syok luar biasa."Tan, carilah obsgyn yang kamu percaya, periksakan kondisimu, Tan. Dua tahun bukan waktu yang sebentar."Tania mengangkat wajahnya, menatap Darmawan dengan linangan a
Ken mengerjapkan matanya, kepalanya sedikit berat. Perlahan-lahan ia membuka matanya dan mendapati ruangan yang begitu asing ini. Perlahan-lahan ingatan Ken mulai memutar semua yang telah terjadi hari ini. Dari dia menyekap dan memukuli Yosua, Elsa datang dan Ken paksa mengaku perihal Bella, sampai kemudian ia melihat Elsa mengaduh kesakita sambil memegangi perutnya. Darah itu ... Ken mencengkeram kuat kepalanya. Apa yang sudah dia lakukan? Kenapa dia bisa hilang kendali seperti tadi? Samar-samar obrolannya bersama Gilbert kembali terngiang. Dia butuh perawatan menurut ahli jiwa itu. Segala tekanan dan ketidak berdayaannya melawan tekanan itu membuat Ken terkadang seperti menjadi pribadi yang lain. Pribadi yang begitu berambisi melampiaskan semua dendam dan kemarahan atas ketidakberdayaannya. “Ya Tuhan ... kenapa aku harus seperti ini?” Ken merintih, tangisnya pecah. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sedetik kemudian ia teringat sesuat
“Yos, kamu serius?” Retno terkejut, ia menatap anak dan menantunya itu bergantian.Yosua minta dia membawa Bella ke Jakarta? Tapi kenapa? Bukankah selama ini mereka sendiri yang menolak bantuan dan ingin merawat anak mereka berdua saja di sini? Dengan bantuan seorang babby sitter kepercayaan yang mereka ambil dari yayasan.“Serius, Ma. Mama bisa kan bantu kami?” tanya Yosua setengah memohon, ia melirik Bella yang masih nampak asyik bermain itu. Selang infusnya sudah dilepas dan nanti sore setelah visit dokter terakhir dia sudah diperkenankan pulang.Retno tertegun sejenak, sebagai seorang ibu, dia bisa merasakan bahwa keduanya tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi apa? Kenapa mereka tidak mau bercerita? Dan masalah seperti apa sampa-sampai Yosua meminta dia membawa Bella ke Jakarta, padahal pendidikan dan tanggung jawab mereka di sini masih ada sekitar satu tahunan.Mereka betah berpisah selama itu dengan Bella?“Mama ti
Darmawan terpekur di mejanya selepas kepergian chief residen itu. Hatinya bergejolak luar biasa. Dua sisi hatinya saling berperang. Di satu sisi sebagai ayah dia tentu ingin anaknya baik-baik saja dan di sisi lain, sebagai laki-laki ia bisa melihat bahwa sosok Yosua Leo Suteja itu mempunya cinta yang begitu luar biasa untuk mereka.Sangat kejam rasanya memisahkan mereka setelah apa yang sudah Yosua perjuangkan untuk memberi cucunya nama baik. Yosua mengorbankan diri agar cucunya tidak lahir dengan aib. Entah mengapa meskipun belum bertemu secara langsung dengan bocah itu, tetapi Darmawan sudah sangat yakin bahwa Bella memang benar-benar cucunya.“Aku harus bagaimana?” Darmawan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, pikirannya benar-benar kalut. Dia kembali dihadapkan dengan pilihan yang sulit, pilihan yang membuat dia kembali takut mengambil keputusan yang salah dan berakibat fatal untuk Ken kedepannya.‘... setidaknya, jika tidak bisa membahag
"Sa, sebenarnya ada apa?"Elsa yang tengah mengupas jeruk sontak melonjak. Dari nada yang keluar itu, dia tahu betul bahwa mamanya sedang dalam mode serius. Ia sontak menghela nafas panjang, tidak ada yang boleh tahu kecuali dia dan suami, dan tentu saja keluarga Wijaya."Tidak ada, Ma. Hanya saja Bang Yos tiba-tiba pengen pindah dari sini begitu selesai pendidikan. Entah mau kemana belum dibahas lagi." Keringat dingin langsung mengucur di tubuh Elsa, mana Yosua sedang di rumah sakit, harus jawab apa dia nanti?"Pindah? Apa alasannya? Rumah kalian gimana?" Anak dan menantunya ini sudah punya rumah dua lantai yang lengkap seisinya dan malah mau pindah?"Mau dijual sama Bang Yos, pelan-pelan lah nanti." Elsa menyuapkan jeruk itu ke dalam mulut. Dia dapat libur berkat surat sakti dari dokter Ridwan."Terus kenapa Bella harus ikut Mama?"Ah ... Kepala Elsa mendadak pusing, dia tahu betul mamanya ini tidak akan berhe
“Jadi apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Dokter?”Elsa menatap sosok itu, tampak sangat terlihat mata itu sembab dengan kantung mata yang sangat tidak enak di pandang, membuat Elsa sedikit risau kalau masalalu dia bersama Ken yang hendak di bahas oleh wanita itu.Tampak sosok itu melepaskan kacamatanya, menghirup udara banyak-banyak lalu membalas tatapan mata Elsa yang sejak tadi tidak lepas memandangi sosok yang ada di hadapannya.“Kita rileks saja ya,” desisnya sambil tersenyum getir, “Aku sudah mempersiapkan dokumen-dokumen untuk gugatan ceraiku, Sa.”Elsa terbelalak, dia hendak mengajukan gugatan cerai? Tapi kenapa? Elsa tertegun di tempatnya duduk, membuat senyum itu kembali menghiasi wajah mendung itu.“Kaget? Jangan khawatir, ini semua bukan karena kamu, Sa.” Tampak Tania melepas snelli-nya, kembali serius pada obrolan mereka di dalam ruangan ini. “Kemarin papa Darma sudah menceri
Elsa mendekap erat tubuh mungil itu dalam pelukannya. Yosua menatapnya dengan tatapan sedu, matanya sudah memerah. Tidak akan ada lagi yang rela menunda waktu tidurnya hanya untuk menunggu Yosua pulang. Setidaknya sampai kemudian satu tahun ke depan. Yosua akan sangat merindukan tangan kecil yang selalu bergelayut manja di lehernya, menganggu tidur paginya jika gadis kecil itu bangun lebih dulu.“Nggak boleh nakal ya sama Oma,” bisik Elsa sambil terisak, “Nanti kalau mama-papa sudah beres semua urusannya, mama sama papa bakalan langsung nyusul kamu ke sana.”Yosua menyusut air matanya, sungguh ia benci situasi ini. Tetapi dia tidak akan biarkan Bella bertemu Ken. Tidak untuk sekarang. Tampak Elsa kemudian menyodorkan Bella padanya, membuat Yosua langsung merengkuh tubuh itu dan mendekapnya erat-erat.Ia menangis tanpa suara, karena jika Yosua terisak, bisa dipastikan Bella akan langsung menangis heboh. Sebuah keputusan yang cukup berat da
"Temui saja dia, kalian perlu bicara baik-baik empat mata."Elsa yang tengah menyeruput minuman collagen sontak terbatuk-batuk, Yosua hanya melirik sekilas, meraih cangkir kopi dan menyesapnya perlahan-lahan."Abang serius? Tapi untuk apa?" Elsa meletakkan gelasnya, fokus pada suaminya yang sudah rapi dengan setelan scrub warna biru muda."Tentu." Yosua balas menatap sang isteri. "Aku tidak memungkiri di antara kalian ada Bella, meskipun sekarang aku tidak berkenan dia bertemu Bella, tapi bagaimana pun suatu saat nanti Bella harus tahu bahwa ayah kandungnya adalah Ken, bukan aku, Sayang."Elsa tersenyum, bangkit dan duduk di sisi Yosua. Ia melingkarkan tangannya di perut Yosua. Kenapa makin lama dia makin cinta? Bukan salah Elsa, bukan kalau kemudian dia begitu mencintai Yosua?"Mau mengantarku?" Tawar Elsa sambil menatap Yosua."Tentu, tapi aku tidak mau bertemu dengannya. Cukup kamu sendiri ke dalam dan bicara denga