Darren memandang kepergian Renata dengan menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau sulit sekali percaya kepadaku, Renata? Bukankah beberapa bulan ini sudah aku buktikan kalau aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu? Kenapa masih meremehkan aku?"Darren terus bertanya dalam hatinya, karena dia merasa seharusnya Renata mempercayainya.Darren hanya bisa menyugar kasar rambutnya. "Aku melakukan semua ini juga berharap kamu tidak jadi pergi. Tetaplah disisiku, Renata."Sementara itu, Renata yang saat ini merebahkan tubuhnya diatas pembaringan tampak masih kesal dan terus menggerutu, karena semenjak kehamilannya semakin besar, ruang geraknya semakin terbatas. "Kau ini, belum lahir saja sudah menyusahkan. Kau lihat, betapa tersiksanya aku dalam beberapa bulan terakhir ini, aku dijauhkan oleh teman-temanku sebab mereka tidak mau bergaul dengan ibu-ibu. Mau gerak aja aku susah sekali, dan kau dengan seenaknya menendang-nendang perutku!" kesal Renata kepada perutnya."Tunggu saja setelah kau lahir, aku
“Tolong! Ada orang?” teriak Darren yang segera memegang tubuh Renata yang sudah sangat lemah dan terus memegang perutnya.“Bertahan ya, kita akan segera ke rumah sakit,” ujar Darren menenangkan Renata yang saat ini sudah memejamkan matanya karena sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.Sementara itu, pembantu yang mendengar teriakan Darren segera melihat ke arah suara, dan sangat terkejut melihat Renata yang sudah sangat pucat.“Pak Joko! Cepat siapkan mobil!” teriak Bi Inah, pembantu rumah tangga tersebut memerintahkan kepada sopir.Sang sopir segera berlari menyiapkan mobil dan Bi Inah membantu Darren membawa Renata ke mobil dengan hati-hati.“Ke rumah sakit terdekat, Pak. Renata harussegera mendapatkan pertolongan,” ujar Darren kepada Joko.Mobil melesat meninggalkan rumah itu dengan kecepatan tinggi, Darren dan bi Inah memegangi Renata pada jok belakang.“Renata, sabar ya. Kamu tahan ya, kita akan segera tiba di rumah sakit,” bisik Darren di telinga Ren
“Siapa tahu semua lebih mudah dan dilancarkan kalau mendapatkan doa dan restu dari orang tua,” ujar Bi Inah lagi yang melihat Darren tampak ragu. Karena selama ini mereka tidak pernah melihat keluarga dari Darren maupun Renata yang datang ke rumah mereka, dan sedikit cerita yang bi Inah tahu kalau hubungan mereka tidak baik. “Baiklah,” jawab Darren kemudian mencoba menekan beberapa angka nomor dari Martanotersebut. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilan dari Darren mendapatkan jawaban dari Martano. “Ada apa kau meneleponku?” tanya Martano dingin di ujung sambungan telepon tersebut. Martano bersikap sangat tidak senang saat tahu kalau Darren-lah yang meneleponnya. Darren mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan kepada Martano mengenai kondisi Renata saat ini, karena bagaimanapun juga Renata adalah anak kandung dari Martano dan Gia. “Maaf, ada hal yang akan aku kabarkan kepada kalian.” “Kami tidak butuh kabar dari kalian! Tidak perlu melaporkan apapun!” jawab Martano
“Iya, aku suaminya,” jawab Darren dengan cepat.“Selamat, Pak. Anaknya sudah lahir, laki-laki. Mari ikut kami,” ujar perawat tersebut kepada Darren.Darren tampak bernafas lega karena akhirnya Renata sudah melahirkan dengan selamat, dan sesuai dengan hasil USG mereka beberapa kali yang lalu mengatakan kalau anak yang ada di dalam kandungan Renata adalah seorang anak lelaki.“Kau sangat ganteng, hai jagoan,” ujar Darren saat melihat seorang bayi dengan tubuh yang tampak sehat, kulit putih dan sedang menangis. Padahal baru saja dibersihkan oleh suster.“Bapak boleh menggendongnya,” ujar suster kepada Darren.Dengan ragu dibantu oleh suster, Darren menggendong bayi tersebut yang seketika terdiam saat digendong oleh Darren.“Wah dia sudah hafal sama papanya nih, dia langsung diam,” ucap perawat itu dengan tersenyum. Karena dia melihat si bayi tampak sangat nyaman berada dalam gendongan ayahnya, walaupun Darren masih tampak takut-takut.Darren hanya tersenyum, ada rasa bahagia yang
“Secepat itu?” tanya Darren tidak percaya.Bahkan Darren langsung berjalan menuju ke ranjang Renata, dia ingin memastikan apa yang Renata ucapkan itu.“Memangnya kenapa? Bukannya lebih cepat lebih baik?” tanya Renata dengan nada yang ketus dan bahkan berdecak kesal menatap kearah Darren.Darren menghela nafas berat mendengar apa yang ditanyakan oleh Renata tersebut. “Kau masih dalam masa pemulihan. Apalagi kau melahirkan dengan cara operasi. Aku pikir kau butuh waktu untuk memulihkan dirimu.”Renata kembali berdecak. “Ck! Alasan saja, aku tidak butuh alasan seperti itu. bukankah dokter mengatakan luka ini akan segera sembuh? Dan juga ini menggunakan metode terbaru.”“Aku tidak pernah melarang kau untuk pergi, aku juga tidak akan menahan dan memaksa kau untuk tinggal. Namun, aku minta kau perhatikan juga kesehatanmu. Pulihkan tubuhmu setidaknya satu bulan, setelah itu kau boleh pergi,” ujar Darren mencoba untuk menahan Renata, dengan tujuan itu adalah demi kesehatan Renata.Walaupun Da
“Disini ternyata!”“Mama?” tanya Renata dengan keheranan saat melihat kedatangan Gia di rumah sakit tersebut dengan terburu-buru dan tampaknya penuh amarah.“Kenapa? Kau terkejut aku bisa tahu dimana kau dirawat? Itu tidak sulit!” jawab Gia dengan senyum sinis.Darren hanya menghela nafas berat, dia tahu kedatangan Gia pastinya ada maksud tertentu. Dan tidak mungkin Gia datang hanya karena ingin melihat kondisi Renata. Sebab saat Darren menelepon mereka beberapa hari lalu, keduanya sama-sama tidak peduli.“Terima kasih atas kedatangan mama disini, kami tidak menyangka kalau ternyata mama akan datang menjenguk Renata. Ini anak Renata, namanya Noah,” ujar Darrem sambil menunjuk kereta bayi yang berada di tangan hadapan bi Inah, karena mereka sudah bersiap untuk pulang.Gia melengos mendengar apa yang disampaikan oleh Darren, dan dia menatap sinis Noah yang sedang terlelap itu. “Aku tidak peduli dengan anak haram ini! Aku datang kesini juga bukan untuk memberikan selamat atau ucapan baha
Darren bahkan memejamkan matanya menahan amarahnya, bagaimana bisa orang tua yang sangat tidak peduli dengan kesehatan anaknya.“Mama sadar dengan apa yang mama katakan?” tanya Darren pelan.Sedangkan Renata tampak menatap kesal ke arah Gia, bahkan kedua tangannya memegang perutnya yang baru saja kemarin dioperasi.Lagi-lagi Gia tergelak mendengar pertanyaan dari Darren, dari tawanya sangat jelas terdengar kalau dia mengejek Darren. “Ya, pasti sadarlah! Perjanjiannya sudah selesai, kalian menikah hanya sampai anak yang ada di dalam perut Renata lahir. Dan ini adalah waktunya!”“Mama!” teriak Renata kesal sambil memegang perutnya. Sepertinya Renata sendiri tidak bisa menahan amarahnya dengan apa yang dilakukan oleh Gia.Bahkan Darren dan Gia terdiam dan melihat ke arah Renata dengan waktu yang bersamaan, mereka keheranan dengan Renata yang berteriak.“Mama mau jemput Renata?” tanya Renata memastikan.Darren tampak ingin membuka mulutnya, namun Renata mendelik sehingga mengurungkan niat
“Tidak ada yang bisa membawa Renata keluar dari sini kecuali aku!” teriak Darren yang kemudian berdiri di depan Renata untuk menghalangi Gia yang akan membawa Renata pergi.Gia tampak sangat kesal kepada Darren, bahkan dia mengangkat tangannya dan akan melayangkan tamparannya kepada sang menantu.Namun, dengan cepat Darren menangkap pergelangan tangannya. “Jangan sentuh aku ataupun Renata! Sedikit saja mama menyentuh kami, maka jangan salahkan aku kalau berbuat lebih kasar!”Gia meringis saat Darren melepaskan tangannya, dia bahkan meniup tangannya yang terasa perih akibat genggaman Darren yang cukup kuat. “Dasar kurang ajar! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!”“Renata! Cepat menuju mobil! Atau kau mau diseret secara paksa oleh pengawal?” tanya Gia menatap Renata dengan tatapan yang tajam.Renata benar-benar merasa sedih, kali ini dia akan diperlakukan dengan cara yang menjijikkan oleh mama kandungnya sendiri. “Tidak! Renata tidak akan pernah kembali ke rumah itu! Kalian tidak pernah