Share

The Billionaire's Bride
The Billionaire's Bride
Penulis: Riri Lidya

Betrayal

Penulis: Riri Lidya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-31 11:54:25

Seorang pria bersandar di jendela dengan salah satu tangan berada di dalam saku celana sedangkan tangan lainnya menggoyangkan pelan gelas wiski. Tatapannya yang dalam dan tenang menatap ke langit malam di luar jendela unit apartemen tersebut.

"Sir."

Begitu sekretarisnya memanggilnya, dia pun menoleh dan menatap pria yang memegang tumpukan kertas. Dia berjalan menuju meja kopi sambil mendengarkan perkataan sekretarisnya, Albar.

"Ini daftar wanita yang lajang. Dan ini yang memiliki kekasih. Lalu ini yang sudah bertunangan."

Mengambil satu tumpukan pertama, dia mengembuskan napas singkat. Karena perintah kakeknya, dia harus menambah jam kerjanya demi hal yang tidak berguna seperti ini.

Dan setelah memakan waktu 1 jam, dia akhirnya memilih empat nama. Empat wanita yang berpotensial melahirkan seorang penerus untuknya.

"Buat janji temu dengan mereka satu per satu." Setidaknya dia harus melihat langsung mereka untuk diseleksi sekali lagi.

"Baik. Saya akan mengambil sekitar 2 jam kosong Anda tiap pertemuannya."

Ketika Albar menyusun kertas kandidat yang tidak dipilihnya untuk dihancurkan, dia tidak sengaja melihat sebuah foto pada lembar paling atas.

"Tunggu."

Albar berhenti dan menoleh menunggu perintah selanjutnya.

"Dia dulu."

Albar melihat nama Rhea Pramidita di sana, salah satu kandidat yang sebenarnya sudah memiliki kekasih. Walaupun begitu, Albar tidak banyak bertanya dan segera mengangguk. "Baik, Pak."

***

Keluar dari taksi, seorang wanita berparas cantik namun dingin itu segera berlari kecil ke bangunan apartemen di depannya dan memasuki lift yang kosong. Wanita itu bernama Rhea Pramidita. Dia berusaha berdiri dengan tenang walau wajah cantiknya memiliki kerutan tipis di ruang antara alisnya yang rapi. Rhea membawa tangannya ke dadanya karena khawatir. Dia berharap kekasihnya tidak ikutan sakit seperti ayahnya yang berada di rumah sakit.

Selama di dalam taksi, dia berusaha menghubungi kekasihnya namun pria itu tidak mengangkatnya. Karena tidak ada jawaban tersebut, tentu saja dia menjadi gelisah padahal dia sangat membutuhkan Enzo sekarang.

Lift terbuka dan Rhea segera keluar, berjalan cepat di lorong yang sepi tersebut menuju pintu unit yang sudah tidak asing lagi. Dengan menggunakan key card yang diberikan Enzo kepadanya selama ini, dia membuka pintu tersebut dan melihat sepasang stiletto merah muda tergeletak di sana. Dia terdiam untuk beberapa waktu lamanya.

Bingung dan sedikit takut. Itu yang ia rasakan. Tangannya yang memegang gagang pintu dengan perlahan mulai kehilangan tenaganya membuat ia mencengkeram pintu erat. Menghirup lalu mengembuskan napas dalam-dalam, ia berusaha untuk tenang dan mencoba berpikir positif.

Tidak ada yang terjadi.

Rhea melangkahkan kaki ke dalam. Dan begitu dia menginjak lantai unit tersebut, dia merasa langkahnya terasa berat. Langkah demi langkah yang ia ambil menjadi semakin berat dan lebih berat karena dia tidak melihat tamu kekasihnya di mana pun, begitu pun kekasihnya.

Tanpa sadar kakinya menuntunnya menuju lorong kamar Enzo. Dari jauh dia mendengar suara tawa nakal wanita yang samar keluar dari kamar Enzo yang tidak tertutup, membuatnya tertegun dan berhenti kembali. Suara itu terdengar familiar baginya.

Tidak mungkin ....

Kedua tangannya gemetar dan dia mengepalkannya erat berusaha menghentikan rasa kalutnya.

Tidak ada yang terjadi. Tidak akan ada yang terjadi ....

Entah sudah berapa kali Rhea ucapkan di dalam hati hanya supaya pikirannya tetap dingin dan tenang. Dan semakin mendekati kamar, ia mengulangi kalimat itu terus-menerus secara berlebihan hingga dia mendengar jeritan.

"Ah! Lebih cepat, Sayang!"

Dengan wajah mengeras, Rhea melangkahkan kembali kakinya, kali ini berjalan cepat mengikuti suara yang tidak asing itu.

Masuk ke dalam kamar, Rhea harus tertegun dan membeku. Di kamar yang beraroma menjijikkan itu, dia hanya bisa melihat kekasihnya bersenggama dengan seorang wanita tanpa bisa melakukan apa pun. Rhea tidak bisa melihat wajah wanita itu selain rambut panjangnya. Siapa wanita berambut pirang yang dipeluk kekasihnya? Dari suaranya hingga rambutnya mengingatkan Rhea pada seseorang yang dia kenal.

Saat wanita itu akhirnya mendongak dan dilihatnya wajah itu, sontak saja dia terkejut. Itu ... sahabatnya.

Dua orang yang ia kenal serta percayai tidak mengenakan busana apa pun dan saling memberi kepuasan tanpa menyadari jika seseorang telah masuk. Enzo, kekasih yang ia cintai dan ia pikir adalah seorang pria setia ternyata bermain di belakangnya dengan satu-satunya sahabat Rhea, Andini.

Terguncang dan tidak bisa melakukan apa pun, itu yang terjadi pada Rhea sekarang. Tubuhnya membeku seolah kakinya tertancap dengan paku di lantai, namun tidak terasa sakit. Dadanya yang terasa sangat menyakitkan hingga menyesakkan. Dia bahkan tidak ingat jika tangannya masih mengepal sampai sekarang.

Tiba-tiba tatapannya dan Andini bertemu namun anehnya wanita itu tidak terkejut seperti yang dialami Rhea. Wanita itu malah tersenyum dan mencium Enzo dengan lapar. Apakah Andini tidak melihatnya tadi? Apakah itu hanya perasaannya saja?

Rhea mulai mendapatkan kendali penuh atas dirinya. Melirik ke samping, dia mengambil laptop Enzo di atas meja dan menjatuhkannya di lantai untuk menarik perhatian dua orang yang sedang bersenang-senang itu. Dan seperti yang dia duga, Enzo dan Andini terkejut. Mereka secara naluriah menoleh ke pintu. Begitu melihat Rhea, Andini langsung menjerit takut lalu berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Rhea? Apa yang kamu lakukan di sini? Tunggu, apa itu MacBook-ku? Kenapa kamu menghancurkannya? Apa kamu tahu berapa banyak file penting di sana?"

Rhea menatap Enzo. Pria itu memunguti celananya di lantai dan memakainya dengan santai.

"Apa maksudnya ini?"

Enzo mengusap rambutnya dan menghela napas ringan. "Kamu sudah melihatnya. Dan membuat alasan akan sia-sia di sini."

"Apa maksud semua ini?" Napas Rhea mulai berat ketika menekankan tiap kata.

Enzo berdecak. "Apa aku perlu menjelaskannya lagi? Kamu gadis pintar, Rhe. Kamu pasti paham apa yang kami la—"

"Aku bertanya kenapa harus dia?"

"Aku tahu mengenai kondisi papamu. Dia ada di rumah sakit, kan? Dan aku tebak kedatanganmu kemari untuk meminta pertolongan untuk papamu."

Rhea mengernyit. Dia tahu tapi tidak mengunjungi ayah Rhea? Betapa jahatnya dia!

"Perusahaannya akan diambil alih oleh pamanmu, iya kan? Jadi kenapa aku harus tetap bersamamu? Kamu pikir aku akan menikahi wanita dari keluarga yang sudah tidak memiliki apa-apa lagi? Aku akan mengaku, aku dan Andini ...."

Penjelasan panjang lebar yang mengerikan dari Enzo hilang begitu saja dari indra pendengarannya. Dia terkejut untuk kesekian kalinya. Bisa-bisanya pria ini berbicara dengan begitu ringan seolah ucapannya tidak akan membuat Rhea sesak. Dia pikir hati Rhea terbuat dari besi? Mengetahui jati diri Enzo yang berbanding terbalik dari apa yang pria ini perlihatkan biasanya, rasanya sungguh menyakitkan sampai sulit untuknya bernapas di ruangan itu.

Dia beralih pada Andini. Dia menatap wanita yang sedang menatapnya dengan air mata berlinang.

Tunggu, kenapa kau menangis? Aku adalah korban yang sebenarnya. Dan kau yang melakukan kejahatan di sini. Jadi hentikan tangisan menjijikkanmu itu, Jalang Sialan.

"Rhe, bisa kamu suruh Enzo kemari? Ada yang ingin Papa bicarakan dengannya tentang kalian."

Itu keinginan ayahnya beberapa hari lalu. Lalu setelah melihat adegan sampah di depannya, apakah dia masih harus membawa Enzo ke hadapan ayahnya?

Kepalan Rhea semakin kuat karena mendengar suara isakan pelan yang menyakiti telinganya. Ingin sekali dia mencakar Andini atau melakukan kekerasan apa pun padanya untuk meluapkan emosinya. Namun hebatnya dia masih bisa mengontrol emosinya dan tidak ingin melakukannya karena ia tahu begitu dia bergerak selangkah saja, Enzo akan melindungi wanita sampah ini dan dia akan menjadi hiburan untuknya.

"Sebenarnya sudah lama aku ingin memutuskan hubungan kita hanya saja aku belum memiliki waktu yang baik untuk membicarakan hal itu denganmu. Aku kasihan pada Andini karena harus menyembunyikan hubungan kami beberapa bulan ini. Aku harap kamu tidak memarahinya biar bagaimanapun kalian itu bersahabat."

Ah begitu ternyata ..., batin Rhea. Enzo menyukainya hanya karena dia dari keluarga terpandang. Dan dia terpikat dengan Andini ketika mereka masih berpacaran.

Dengan wajah kesal, salah satu sudut bibir Rhea terangkat dan mendengus. Pasti selama ini mereka menertawakannya di belakang.

Apakah Rhea pernah menelepon salah satu di antara mereka berdua ketika mereka sedang melakukan kegiatan memalukan ini? Memikirkan salah satu di antaranya mengangkat panggilannya ketika bersetubuh membuat perutnya bergejolak ingin muntah.

Andini melihat Rhea berjongkok mengambil laptop yang sudah terbelah lalu menatapnya dengan dingin, dia dengan wajah pucat dan takut menatap Enzo. "E-Enzo."

Enzo yang juga khawatir akan kondisi kekasih gelapnya yang lemah lembut membuatnya secara naluriah berdiri di depan Rhea, menghalanginya untuk melihat Andini. "Rhea, apa yang ingin kamu lakukan?"

"Kau penasaran apa yang ingin aku lakukan?" tanya Rhea pelan. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Enzo tanpa emosi. "Aku ingin membunuhmu."

Enzo segera memegang tangan Rhea dan berbisik cepat, "Ikut aku."

Sebelum diseret Enzo, Rhea menatap Andini untuk yang terakhir kalinya. Dan Andini di sisi lain setelah ditinggal sendiri, dia berdecih pelan dengan kerutan tipis di dahi.

Dia bergumam, "Jangankan menjadi gila, dia bahkan tidak emosi sama sekali." Kenapa bisa ada wanita seperti itu?

Di lorong depan pintu unitnya barulah Enzo melepaskan tangan Rhea. Dia mengembuskan napas lelah. Dan dengan perasaan yang penuh percaya diri, dia berkata, "Aku tahu kamu masih mencintaiku dan tidak dapat hidup tanpaku. Kamu pun pasti terluka tapi aku bisa apa? Aku menyukai Andini begitu juga dia."

Oh lihat. Betapa mengagumkannya Enzo! Pria ini bisa mengatakan itu dengan santai seolah sedang menayangkan berita hiburan. Setelah tertangkap basah dia sama sekali tidak menyesal. Dari awal ... dari saat dia memergokinya, saat dia menggunakan celananya, sampai dia berbicara seolah Rhea akan mengemis cinta padanya. Bagaimana bisa ada pria seperti ini di dunia?!

Sial, Rhea tidak bisa menahankan sikap elegannya yang hebat lebih lama.

"Jadi aku mohon, jangan pernah mencariku la—"

Bruk!

Tidak sabar, Rhea yang tanpa emosi memukul wajah Enzo yang tidak siap dengan layar laptop yang dia pegang.

"Ugh! Dammit!" Enzo mundur beberapa langkah sambil menyeimbangkan langkahnya. Dia menyentuh wajahnya yang sakit, terlebih lagi hidung dan bibirnya.

Dan Rhea berseru seraya mengembuskan napas puas, "Whoo!"

Well, tidak juga. Rhea masih belum puas sebenarnya walaupun suasana hatinya sedikit lebih baik. Banyak hal yang ingin ia lakukan pada Enzo sebelum dia beralih ke Andini. Dia menatap Enzo. Melihat bahwa hidungnya hanya mengeluarkan darah, Rhea mendengus. Seharusnya dia memukulnya lebih keras. Setidaknya sampai hidungnya patah. Tunggu, apakah itu patah?

"Ah sial, hidungku. Hei, apa kau gila?!"

"Kau bertanya apa aku gila? Mau lihat kegilaanku yang sebenarnya? Lebarkan kakimu."

"Apa?"

"Aku bilang lebarkan kakimu, Bedebah." Rhea kembali mengangkat layar laptop dengan mata terfokus pada selangkangan Enzo namun pria itu yang memiliki firasat buruk dengan cepat merampasnya.

"Sial ...," Enzo kembali mengumpat setelah melempar layar laptop sejauh-jauhnya.

Namun, Rhea tidak berhenti sampai di situ saja. Dia memukul dada Enzo bertubi-tubi tanpa suara.

"Hei, hentikan. Rhe-" Dilihatnya mata Rhea yang memerah dan air mata yang ingin jatuh, dia terdiam. Apa wanita ini benar-benar menangis?

Kepalan tangan kecil Rhea berhenti di udara cukup lama sebelum menariknya kembali. 

"Dengar, jangan pernah mencariku lagi. Aku sudah selesai denganmu," ujarnya setelah melemparkan key card Enzo. Dia pun berbalik meninggalkan Enzo yang menggeram di belakangnya. 

Riri Lidya

Hola, it's me Riri! WARNING!!! • Cerita ini adalah romansa dewasa. • Mengandung konten dewasa dan bahasa kasar. • JANGAN COPY CERITA INI DAN JANGAN POSTING INI DI WEBSITE APAPUN. • Buku ini adalah karya fiksi. Semua nama, karakter, lokasi, dan kejadian adalah produk dari imajinasi penulis. Kemiripan apa pun dengan orang yang sebenarnya hidup atau mati, tempat, atau peristiwa sepenuhnya kebetulan. Semoga kalian suka, selamat membaca cintaku!

| Sukai

Bab terkait

  • The Billionaire's Bride   A Deal

    “Kamu ingat hari itu? Hari pertama kita bertemu di kampus? Kamu tersenyum lebar dan banyak wanita yang mengelilingimu.” Enzo sering membicarakan topik ini ketika mereka berpacaran. “Saat itu aku sadar aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama ketika melihat senyuman indahmu.”Di luar pintu utama apartemen, Rhea mendenguskan tawa. “Keparat itu bicara omong kosong.”Dia menatap langit malam yang cerah. Bulan terlihat jelas dan bersinar terang. Bintang-bintang bertabur menghiasi langit. Tidak ada awan. Tidak ada tanda-tanda akan hujan.Dia tertawa pelan. Menertawakan dirinya sendiri. “Bahkan langit tidak ingin menangis untukku.”“Kenapa harus?” suara seorang pria bertanya padanya di sampingnya.Tanpa menoleh, dia menanggapi, “Aku baru saja ditipu keka— tidak, mantanku. Dia berselingkuh dan mencampakkanku. Dia berkata aku gila, bukankah dia yang lebih gila? Dan sekarang aku menyesal karena tidak bisa menendang bolanya tadi.”Pria itu menatapnya. “Apa kamu tidak sakit hati?”“Yah, jujur

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • The Billionaire's Bride   The Reason

    Prosesi pemakaman pagi itu berjalan khidmat dan lancar dengan diiringi rintik-rintik hujan. Kolega ayahnya, teman-teman ibunya, bahkan beberapa rekan kerja dan teman kuliah Rhea menghadiri pemakaman tersebut. Semua orang yang menghadiri pemakaman mulai pergi secara bertahap menyisakan Ivanka, Rhea, dan satu tamu mereka. Bahkan pamannya, adik kandung ayahnya sudah pergi bersama istri dan anak-anaknya.Ivanka menoleh ke belakang di mana seorang pria asing sedang sibuk berbicara dengan sopirnya di samping sebuah mobil. Tadi malam dia dibuat kaget dengan Rhea karena bukannya membawa Enzo, anaknya malah membawa pria yang tidak dia kenal ke rumah sakit. Dan sekarang pria itu juga datang ke pemakaman hari ini. Dia kemudian menatap anaknya yang duduk di depan makam ayahnya.“Mungkin ini bukan waktu yang tepat tapi Mama ingin kamu menjawab dua pertanyaan Mama. Di mana Enzo? Andini juga tidak—”“Ma,” potong Rhea pelan membuat Ivanka berhenti bicara. “siapa itu Enzo dan Andini?”“… Rhe.”“Apa mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • The Billionaire's Bride   A Big Catch

    “Jadi, kau punya pacar dan dia hamil? Kenapa aku tidak tahu? Segeralah menikah.” “Aku bilang anak, bukan pacar.” Tony menatapnya dalam diam dan seperti biasa Maven tidak terusik sama sekali. Dia dengan santai mengelap mulut lalu berdiri. “Hati-hati di jalan nanti, Kek. Kabari aku jika sudah pulang.” Maven berbalik dan mendekati pintu ruang privasi tersebut. Ketika dia memegang gagang pintu, suara kakeknya terdengar. “Jauhi skandal jika ingin mempertahankan posisimu di perusahaan.” Maven melirik ke samping. “Hanya itu yang bisa aku sampaikan sebagai kakekmu, bukan sebagai Komisaris.” Dan Maven pun keluar. Berjalan keluar dari restoran, Albar sudah berada di belakangnya dalam diam. Dia kemudian memberi perintah, “Cari beberapa wanita yang unggul yang belum menikah. Mau itu yang masih lajang atau bertunangan.” “Baik,” Albar menjawab tanpa menyela. Lalu tepatnya di malam itu, 5 hari kemudian Maven pergi ke unit Albar untuk melihat para kandidat. Dan begitu selesai, dia melihat sos

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • The Billionaire's Bride   Blessing

    “Jadi, bagaimana kita akan membuat skenario hubungan ini?” tanya Rhea ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah Rhea.“Ada ide?”Rhea mengedikkan bahu. “Uh … mantan yang kembali?”Maven menatapnya tertarik membuat Rhea gugup.“Tidak ada yang akan percaya jika dua orang asing bertemu untuk kali pertama tiba-tiba ingin menikah. Aku dan dia sudah bersama selama enam tahun. Jika ada yang bertanya, jangan menyebutkan enam tahun terakhir ini.”“Itu bagus. Kita bisa katakan berpacaran saat masih sekolah,” respons Maven tersenyum samar.“Jadi, seperti itu yang akan kita katakan, oke?”Maven mengangguk ringan. “Setuju.”Seharusnya seperti itu.Tetapi, begitu mereka tiba di kediaman Rhea, Maven langsung menyatakan masuk kedatangannya, “Bu Ivanka, kami akan menikah.”Syok, bingung, dan terkejut, Ivanka benar-benar tidak bisa mengatakan apa pun.Maven mendeklarasikan sebuah pernikahan dengan santai dan tenang di hadapannya. Apa perlu Ivanka ingatkan dia baru saja bertemu dengannya? Belum lagi En

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • The Billionaire's Bride   Isn't That Odd?

    “Aku akan menikah.”Seperti di rumah Rhea sebelumnya, Maven tanpa basa-basi mengatakan maksud tujuannya membuat Tony menatapnya dingin. Dan hujan lebat seketika mengguyur sore ini. Pria tua itu bahkan mengorek kupingnya khawatir dia salah dengar sebelum kembali melihat ketenangan sikap cucunya. Dia kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu ruang kerja.Maven menghela napas sebelum menambahkan, “Jadi, aku mohon untuk menemaniku mengunjungi keluarga calon istriku.”Langkah kaki Tony berhenti tepat di depan pintu. Dia yang hendak memegang gagang pintu menoleh. “Memangnya kapan kalian akan menikah?”“Tiga hari lagi.”Tony memejamkan mata, membuang napas, lalu berbalik. Kesal, langkahnya yang mendekati Maven cukup cepat. Sebelum cucunya sempat bereaksi, dia sudah memukul bahunya dengan tongkat hingga Maven terkejut. “Dasar keparat, kau tidak bisa menikah cepat hanya karena aku menyuruhmu. Perempuan mana yang kau bayar, hah?”Maven mengusap bahunya. “Kami pernah berpacaran ketika masih muda

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • The Billionaire's Bride   The Wedding Day

    Apa yang diharapkan Rhea sepertinya sedikit tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika dia ingin pernikahan sederhana saja, Tony menolak dengan halus.“Ya, itu bagus. Tetapi pihak kami perlu mengundang beberapa orang penting. Kurang lebih begitu yang kakekku katakan.”Artinya, sesederhana apa pun perlu diadakan pesta. Rhea mengerang pelan dengan katalog di pangkuannya di ruangan yang memajang beberapa gaun pengantin.Maven yang duduk di sebelahnya berbicara lagi, “Kemungkinan hanya sekitar 50 orang penting saja. Direksi juga perlu diundang mau bagaimana pun.”“Jujur saja, kakekmu sepertinya tidak ingin membiarkanku hidup tenang.”Maven tersenyum tipis. “Bagaimana dengan pihakmu? Ibumu pasti ingin hal yang sama untuk pernikahan putri satu-satunya.”Bicara tentang ibunya, Rhea membisu. Dia masih ingat wajah kaget Ivanka tadi malam setelah dia mengatakan ingin menggelar acara itu secara sederhana, sebelum berubah sedih. Dan dia pura-pura tidak memperhatikan.Selang beberapa menit diam, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • The Billionaire's Bride   The Wedding Day II

    Merasa terlalu lama membuatnya menunggu, Rhea hendak membalas jabatan itu tepat ketika Maven menariknya mendekat dengannya. Jadi, dia hanya sedikit menurunkan tubuhnya dengan sikap sopan. “Rhea.”Henry terkekeh dalam hati melihat tangannya yang kosong. Dia kemudian mengambil kembali tangannya. “Selamat telah menjadi bagian dari keluarga Williams. Panggil aku jika kamu memerlukan bantuan, Rhea.”Rhea memperhatikan Henry lagi, namun pria ini tak tampak berbahaya sebelum mengangguk. “Terima kasih.”“Kalian berkumpul akhirnya.” Tony datang membuat mereka berempat menatap kehadirannya. Dia membawa tiga orang bersamanya, dua orang lebih tua dan satu yang lebih muda.Ketika Rhea melihat wajah yang tidak asing pada salah satunya, dia sontak saja terkejut. Naomi …? Dia adalah salah satu rekan kerjanya di Art Centre, tetapi tidak terlalu dekat. Dan tunggu, sejak kapan dia mengundang Naomi?“Rhea, perkenalkan ini Elisa, Vino, dan Naomi. Mereka juga bagian dari keluarga Williams,” ucap Tony.Dan R

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13
  • The Billionaire's Bride   Intimacy

    Dan sekarang, tibalah sesi yang menggelisahkan. Tiga hari lalu, Rhea dengan mudahnya setuju dengan proposal ini. Akan tetapi mendekati waktu malam pertama mereka, dia menjadi sangat sangat gugup. Lebih gugup dibandingkan ketika mereka berciuman.Rhea mendesah setelah mematikan alat pengering rambut. Dia menghirup napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Begitu dia menggeser pintu kamar mandi, ia melihat Maven sudah di atas tempat tidur dengan iPad di tangannya. Pria yang hanya mengenakan jubah mandi sama sepertinya itu mendongak dan menatapnya.Indra penciuman Rhea menangkap aroma sensual dari pengharum ruangan. Lalu ada banyak kelopak bunga berhamburan tidak beraturan di bawah ranjang besar. Jika Rhea masih ingat, mereka semua berada di atas tempat tidur membentuk hati dengan rapi.“Itu mengganggu,” Maven bersuara seolah bisa mengetahui dengan jelas apa yang Rhea pikirkan.“Oh ….”Suaminya meletakkan iPad di nakas samping tempat tidur lalu beranjak dari tempat malasnya, melangkah mende

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16

Bab terbaru

  • The Billionaire's Bride   That Was My Line

    “… Ini sudah larut dan aku tidak punya energi untuk bergagumen hal kecil seperti ini.”Ucapan Enzo pada malam itu membuat Andini mendiamkannya. Tentu dia lebih marah karena tidak menyangka suaminya menganggap kecemasannya sebagai ‘hal kecil’. Suaminya itu bahkan tidak tahu betapa terluka perasaannya.Di saat bersiap ke kantor, Enzo berkata, “Aku sepertinya akan pulang malam lagi hari i—”“Lakukan saja apa yang kamu mau,” potong Andini yang segera mengambil tasnya. Dia selalu pulang sangat malam, jadi untuk apa mengatakan ‘hal kecil’ itu?Gerakannya yang memasang dasi terhenti seketika. Enzo kemudian melihat kepergian Andini. Tepat hari itu suaminya menyadari perang dingin yang dibuatnya. Terima kasih untuk kesibukan Enzo beberapa minggu berikutnya, perang dingin itu semakin menyesakkan dada.Suasana hatinya menjadi buruk dari hari ke hari. Bahkan di tempat kerjanya. Andini beberapa kali nyaris kehilangan kendali dirinya. Dia akui, hal kekanakkan yang ia lakukan ini pun menyakiti dirin

  • The Billionaire's Bride   Not Her?

    Di salah satu restoran jepang, Maven dan Zayden saling pandang dengan ekspresi datar.Lalu, Cade tertawa memecahkan suasana aneh di sekeliling mereka. “Demi Tuhan, kali ini sungguh kebetulan! Jadi berhentilah memasang ekspresi saling membunuh. Kalian menakutiku, tahu?”Melirik Alex yang juga terkejut membuat Maven percaya, Dan jika pertemuan kebetulan seperti ini terjadi, ini bukan hal yang menyenangkan untuk mereka berempat.Alex mengembuskan napas dengan mata terpejam. “Sial, keberuntunganku tahun ini hilang gara-gara kalian. Karena urusanku di sini telah selesai, aku akan pergi lebih dulu. Dan jangan temui aku beberapa hari ke depan.”“Aku juga berharap tidak bertemu denganmu untuk sementara waktu.” Cade masih tertawa lalu pergi juga bersama asistennya.“Aku hanya pergi buang air. Sebentar lagi urusanku di sini berakhir,” kata Zade setelah mendapatkan ekspresi menuntut Maven.Mendesah, Maven mengusap wajahnya. Mereka pun berjalan beriringan di lorong menuju ruang pribadi masing-mas

  • The Billionaire's Bride   On That Day

    Menggigit rotinya, Rhea sesekali menatap pria di seberang yang meminum kopi dengan tenang sambil membaca laporan di iPad. Ini sangat tenang seolah tidak ada masalah yang berarti malam sebelumnya, hingga rasanya canggung.“Anda ingin tambah lagi, Bu?” Yana sudah berada di sampingnya mengisi cangkir Rhea yang kosong, membuatnya tersadar dari lamunannya.“Tidak perlu, terima kasih, Yana.”Yana hanya tersenyum sebelum pergi. Dan Rhea menghabiskan minumannya sebelum mengelap sudut bibir.“Sudah selesai?” tanya Maven dan Rhea mengangguk. “Ayo pergi.”Sambil berjalan di belakangnya, Rhea memandang punggung lebar suaminya. Maven tampak biasa saja, tidak marah atau kesal. Ketika makan juga tidak ada keanehan. Apa hanya dia saja yang berlebihan?Di perjalanan pun Rhea masih mencuri pandang diam-diam hingga Maven menoleh mantap ke arahnya tepat ketika ia sedang menatapnya.“Kamu ingin mengatakan sesuatu?”Lihat, cara bicaranya juga tidak ada yang berbeda.Rhea membersihkan tenggorokannya sebelum

  • The Billionaire's Bride   Torture

    Keluarga besar Tony Williams berkumpul di rumahnya, termasuk orang tua Naomi dan Rhea. Mereka mengobrol dan makan malam bersama dengan perasaan hangat dan kebersamaan. Rhea dan Maven membagikan oleh-oleh dari Swiss untuk mereka, tanpa terkecuali. Ya, Gemma dan keluarga kecil Henry pun ikut mendapatkannya. Tentu saja awalnya Maven mengatakan tidak perlu, namun dia tidak ingin membuat situasi menjadi canggung.Rhea tahu, Gemma tidak akan peduli dengan pemberian mereka dan dia pun tidak mempermasalahkan itu. Sementara untuk keluarga Henry, dia menyerahkannya lewat Vexia.“Ow, how cute! Lihatlah baju ini, ini terlalu cantik untuk anak kami! Terima kasih banyak, Rhea,” Vexia, istri Henry berseru gembira. “Henry pun pasti merasa senang dengan pemberian kalian.”Bicara tentang Henry, pria itu sedang berkumpul bersama Tony, Maven, Gemma, Ivanka, dan orang tua Naomi di meja tamu. Sedangkan mereka bertiga berbincang ringan di meja lain yang tidak jauh.Rhea membalas senyuman Vexia tak kalah tul

  • The Billionaire's Bride   It Won't Work Out

    Kembali dari liburan, seperti biasa Maven mengantarnya ke galeri dan membukakan pintu untuknya. “Setelah selesai aku akan menjemputmu. Kita perlu mengunjungi Kakek dan Mama.”Rhea bergumam ketika menyampirkan tali tas di bahu setelah melepas seat belt. Dia keluar bersamaan dengan kedatangan Naomi.“Hei, di sana,” sapa Naomi.Rhea tersenyum. “Hai, Naomi.”“Hai,” balas Maven pendek. “Naomi, pulang nanti ikutlah dengan kami ke rumah kakek.”Naomi mengangkat alisnya tinggi. “Apa ini tentang oleh-oleh yang kalian bawa?”Dia kemudian menjerit senang setelah Maven mengangguk singkat dan Rhea yang tertawa kecil.Tidak ingin membuat Maven terlambat sampai di kantornya, Rhea mengecup cepat bibir suaminya. “Aku akan menghubungimu nanti. Sampai jumpa.”“Hm, sampai jumpa nanti,” Maven bergumam. “Sampai jumpa, Naomi.”“Ya, sampai jumpa!” Naomi melambaikan tangannya pada Maven begitu pria itu mengendarai mobilnya, di bawah tatapan penuh pengertian dari Rhea. “What?”Tertawa pelan, Rhea mengajaknya m

  • The Billionaire's Bride   The Last Day

    Mendongak kuat, menatap langit-langit hotel dengan lampu gantung indah, Rhea mendesah panjang. Tangannya yang mencengkeram erat sprei tiba-tiba tenggelam di dalam genggaman besar Maven. Suaminya bergerak kasar, tajam, dan kuat. Dan tatapannya yang membara terus tertuju padanya. Sensasi penuh dan sesak di bawah sana semakin meningkatkan kenikmatannya.“Sangat baik. Rasamu sangat luar biasa, Baby. Astaga ….”Geraman rendah di telinganya membuatnya bergidik dan kenikmatan yang luar biasa melandanya. Ia mengeluarkan erangan putus asa dan secara naluriah melilitkan kedua kaki jenjangnya di pinggang suaminya.Dikala dia mengatur napasnya, dia mendengar umpatan pelan Maven. Ketika suaminya mengusap titik sensitifnya, dia gemetar hebat. “Wait, Maven—”Dia menjadi lebih sensitif setelah klimaks dan pria ini kembali mengisinya dengan perlahan membuat mereka sama-sama mengerang. Maven kemudian menarik tubuhnya.“Bagaimana ini, Rhe? Aku tidak bisa berhenti menikmati tempatmu. Kamu sangat lembut.”

  • The Billionaire's Bride   The Kiss

    Swiss, negara yang kaya sejarah dan dipenuhi dengan bangunan abad pertengahan yang indah. Salah satunya Bern, pusat kota mereka. Arsitekturnya terawat dengan baik, jalan-jalannya menawan, serta kota ini sebagian besar tidak berubah sejak abad ke-12, hingga memberikan suasana bersejarah yang unik.Rhea dan Maven mengunjungi landmark paling terkenal di Bern, yaitu menara jam abad pertengahan. Kemudian ke museum seni yang menyimpan koleksi karya menakjubkan dari abad pertengahan hingga seni kontemporer. Karena sangat banyak intitusi budaya yang luar biasa, Rhea sampai bingung ingin memilih salah satu di antara tempat-tempat itu. Tak lupa mereka pun pergi ke Einsteinhaus, sebuah museum yang dulunya pernah menjadi tempat tinggal Albert Einstein. Hanya sebuah apartemen sederhana, namun saat mereka berkeliling Rhea bisa merasakan bagaimana fisikawan terkenal itu hidup jika dilihat furnitur dan barang pribadi yang masih di sana. Banyak foto-foto hingga dokumen yang berkaitan dengan kehidupann

  • The Billionaire's Bride   Tony's Concern

    Memasuki ruang kerja Maven, dia membantu Rhea melepaskan coat panjangnya dan menggantungnya bersama jasnya. Kemudian mata indah Rhea mengitari segala penjuru ruangan luas tersebut.“Kamu tampak bahagia,” ujar Maven setelah sejak dari aula memperhatikan istrinya. Wanitanya tidak berhenti tersenyum dan sekarang senyuman itu semakin lebar.“Benarkah?”Maven bersandar di pinggiran meja kerjanya dan tersenyum samar. “Sudah kubilang untuk menggunakanku lebih sering.”Rhea tertawa kecil. “Aku sedikit menyesal tentang itu. Namun, melihat dari ekspresinya tadi sepertinya dia tidak akan betah terlalu lama di sini ….”Enzo akan mengundurkan diri dari Celadon dan kesenangannya akan berhenti saat itu juga.“Tidak akan. Tetapi aku yang akan memecatnya.”Rhea melirik Maven yang berjalan mendekat dan duduk di sofa. Suara pria ini cukup lembut dan santai, tetapi entah kenapa terdengar tegas dan yakin.“Maaf kita harus makan siang di sini.”Perubahan topik itu membuat Rhea menghela napas diam-diam. Lag

  • The Billionaire's Bride   Mrs. Williams

    “Nah sekarang mari makan, Semua.”Panggilan Alex membuatnya tersadar dan segera memandang hidangan di atas meja.“Jadi, apa yang terjadi pada kalian?” tanya Maven. “Aku mengenal kalian. Kalian tidak pernah datang ke tempat seperti ini.”Alex tersenyum polos. “Apa maksudmu? Hei, jangan mencurigai kami. Kami memang ingin makan di sini.”“Ucapanmu terdengar mencurigakan. Sejauh yang kukenal, kalian akan memesan ruang pribadi alih-alih salah satu meja di tempat terbuka seperti ini.”Mereka terdiam sejenak menyatakan bahwa itu benar membuat Maven mengumpati mereka pelan.Lalu Cade tertawa. “Suasana baru lebih segar, kau tidak tahu? Toh kami sudah merencanakan ini sejak lama.”“Kapan tepatnya?”“Minggu.”“Jumat?”“Tanggal 26.”Ketiganya menjawab serempak membuat Rhea dan Maven tidak dapat berkata-kata. Rhea yang mencoba menahan tawa berbanding terbalik dengan Maven yang ingin menenggelamkan mereka jika dilihat dari wajah dinginnya. Dia mengecek tanggal dari ponselnya yang ternyata hari Rabu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status