Share

Two Strangers

Author: Cindy Chen
last update Last Updated: 2021-05-25 08:35:31

June masih terpaku di tempatnya berdiri menatap Drake. Ia masih belum percaya kalau Drake adalah atasannya sekarang. Otaknya mulai beku, telinganya pun mendadak tuli, ia nyaris tidak mendengar apa yang Drake katakan. Ia masih mencoba mencerna kenyataan yang ada di hadapannya itu. Kalau Drake adalah atasannya, bagaimana mungkin ia membalas dendam?

“June? Hey! June Hanson!”

Drake memanggil-manggil June sambil melambai-lambaikan tangannya sebab June sepertinya sedang menghilang ke alam yang lain. June tiba-tiba tersadar, ia tidak boleh termangu terus seperti ini. Drake sepertinya sama sekali tidak ingat pada June, jadi June memutuskan untuk berpura-pura tidak mengenal Drake juga.

“Ah, iya pak. Saya akan buatkan kopi. Bapak suka yang manis atau kopi hitam saja?” tanya June.

“Kopi susu dengan sedikit gula saja. Setelah itu siapkan catatan, siang ini kita ada meeting penting,” katanya sambil langsung menatap layar laptopnya.

“Baik, Pak,” kata June sambil memalsukan seulas senyum. Ia berusaha bersikap seprofesional mungkin. Dengan cepat, June berbalik menuju keluar ruangan. Ia bahkan belum tahu di mana tempat untuk membuat kopi, tapi ia akan segera mengetahuinya setelah ini. Sambil menenteng tasnya, June keluar dari ruangan itu lalu menengok ke kiri dan kanan, mencari orang yang bisa ia tanyai. Ia bahkan belum tahu di mana meja kerjanya, tapi sekarang ia harus membuat kopi dulu.

Semua orang terlihat sibuk, berjalan kesana kemari dengan cepat, atau fokus di depan komputernya masing-masing.

“Permisi...”

“Eh, permisi... aku...”

Tidak seorangpun mengindahkan kata-kata June, hingga akhirnya June memutuskan untuk menemui Anne, si resepsionis yang juga terlihat sibuk, mengangkat telepon yang berdering terus menerus. Saat melihat June, Anne hanya melirik seolah bertanya apa yang ingin ia katakan, selagi mengangkat dan menjawab telepon.

“The Burton Group, selamat pagi. Dengan Anne bisa saya bantu?” katanya menyapa penelepon.

“Di mana pantry? Aku mau membuat kopi,” bisik June, berharap Anne bisa membaca gerak mulutnya.

“Oh biar saya sambungkan. Tunggu sebentar,” katanya. Ia kemudian memijit beberapa angka di teleponnya.

“Lurus dari sini, pantrynya ada di sebelah kiri,” katanya cepat, sambil menutup telepon. Telepon itu kemudian berdering lagi.

“Terima kasih,” kata June. Anne hanya mengangguk dan melambai sambil mengangkat telepon berikutnya.

June berjalan ke arah yang ditunjukkan Anne dan akhirnya ia menemukan pantrynya. June mencari cangkir minum yang cukup bagus, kopi, gula, dan air hangat. Semuanya tersedia lengkap di pantry. Sepertinya, tugas utamanya hari ini akan berjalan dengan lancar. Dengan pengalamannya sebagai sekertaris direksi selama bertahun-tahun, membuat kopi adalah perihal yang sangat mudah.

Setelah selesai membuat kopi, June segera mengambil nampan yang cukup bagus lalu membawanya kembali ke ruangan Drake sambil menenteng tasnya. Ia berjalan hati-hati lalu memijit tombol bel seperti yang dilakukan Anne tadi.

“Siapa?”

“June, Pak.”

Tiba-tiba kunci pintu terbuka, June membuka pintu dengan sebelah tangan lalu masuk ke dalam. Pria itu sama sekali tidak melihat June. Matanya fokus menatap koran dan laptop yang ada di hadapannya. June menaruh kopinya di atas meja lalu berdiri di hadapan Drake.

“Duduk dan ambil catatanmu,” kata Drake sambil terus mengetik.

“Siapkan data ini,” kata Drake sambil membalik laptopnya.

Ia menjelaskan data apa yang harus June olah. June mencatat semuanya dalam buku catatan yang ia bawa dari rumah. Drake memintanya membuat sebuah slide presentasi, lebih tepatnya melengkapi slide presentasi yang sudah ada.

“Kapan slide presentasi ini harus sudah selesai, Pak?” tanya June.

“Dua jam lagi,” jawab Drake cepat.

June melebarkan matanya, gagal menutupi ekspresi terkejut di wajahnya.

“Kenapa? Tidak sanggup?”

“Sanggup, Pak!” seru June cepat.

“Ya sudah, pergi dan kerjakan cepat. Lalu ikut denganku meeting di luar,” jawab Drake.

“Baik, Pak,” jawab June. Ia segera berdiri dan menenteng tasnya menuju keluar ruangan.

“Kamu mau kemana?” tanya Drake tiba-tiba, menghentikan langkah June.

“Mencari meja kerjaku, Pak,” jawab June jujur. Ia berpikir pasti meja kosong di depan ruangan tadi adalah mejanya.

“Kamu bekerja di sini,” jawab Drake.

“Eh?” June terkejut. Drake melirik ke sebuah meja kecil di dalam ruangan kerja yang besar itu yang sudah dilengkapi dengan komputer. Letaknya tidak jauh dari meja Drake. Kenapa sejak tadi June tidak memperhatikannya?

“Itu meja kerja saya?” tanya June. Sedetik kemudian June menyesalinya karena tatapan mata Drake begitu dingin dan tegas.

“Tidak suka?” tanyanya dengan nada suara yang tidak kalah dingin.

“Suka, pak,” jawab June.

“Saya tidak suka sekertaris saya berada di luar ruangan karena saya suka seseorang yang selalu siap dan dekat. Jadi saya tidak perlu tenaga ekstra untuk memanggil atau mencari kamu. Mengerti?” tanyanya lagi.

“Mengerti, Pak,” jawab June lagi. Di dalam hatinya, June mengumpat, tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Inilah yang June sebut dengan profesionalitas. Ia kemudian berjalan cepat namun tenang ke arah meja kerjanya. Mata Drake melirik mengikuti langkah kaki June menuju meja kerjanya. Ia kemudian mendengus. Karena ini hari pertamanya, Drake akan membiarkannya banyak bertanya seperti tadi. Drake mengambil kopinya lalu meniupnya dan menyesapnya pelan. Kopinya enak. Drake menyesapnya lagi lalu melirik ke arah June. Rasanya ia pernah melihat wanita itu di suatu tempat, tapi entah di mana. Drake tidak ingat lagi.

June mendengus pelan karena kesalnya. Berada satu ruangan dengan atasannya, apalagi orang yang paling ia benci di muka bumi ini sepanjang hari adalah hal terakhir yang ia inginkan. Selama menjadi sekertaris di tempat lain, ia selalu mendapatkan privasi cubiclesnya sendiri. Meskipun kecil, tapi ia bisa melakukan apapun yang ia mau, bahkan terkadang melepaskan stocking, melepaskan high heelsnya sekali-sekali, atau seperti kebanyakan pekerja lainnya sesekali melihat media sosial di handphonenya. Jika begini, June harus terus terlihat profesional tanpa jeda sedikitpun. Pantas saja gajinya besar, batin June.

June kemudian mengerjakan semua data yang harus ia kerjakan, melengkapinya pada slide presentasi Drake sesuai yang diminta. Data itu begitu banyak dan rumit, June harus memeriksanya berulang kali lalu merapikan tampilan slidenya agar terlihat lebih baik. June terhanyut dalam pekerjaannya hingga akhirnya ia tersadar bahwa waktu dua jamnya sudah akan habis. Ia sudah menyelesaikan slide terakhirnya ketika tiba-tiba Drake sudah berdiri di hadapannya.

“Sudah selesai?” tanyanya.

“Sudah, pak. Sudah saya kirimkan pada Bapak sesuai instruksi,” jawab June penuh percaya diri.

Drake kemudian kembali ke meja kerjanya, membuka hasil kerja June yang sudah diemail kepadanya. Drake memeriksanya dengan seksama. June mengerjakan semuanya dengan sangat baik, rapi dan teliti. Drake mengangguk-angguk. CV June yang mengesankan memang tidak berbohong, meskipun terakhir kali ia dipecat dari perusahaan sebelumnya. Drake sangat membutuhkan sekertaris saat itu, jadi ia mengabaikan fakta terakhir dan menerima June untuk masuk bekerja hari ini.

“June, kemarilah,” kata Drake.

June berjalan ke arah meja Drake lalu duduk di hadapannya.

“Katakan padaku, kenapa terakhir kali kamu dipecat dari pekerjaanmu?” tanya Drake langsung pada intinya. Rasa penasaran sangat menggelitik di pikirannya. June sedikit terkejut, pikirannya berkelana pada malam saat mereka mabuk. Itulah saat June dipecat dari pekerjaannya.

“Sebagai atasan barumu aku berhak tahu, kan?” tanyanya lagi. Matanya yang coklat itu menatap June dengan tajam, namun sedikit lebih ramah. Seketika jantung June berdegup lebih kencang, membayangkan mata coklat itu setahun lalu berada sangat dekat dengannya.

Related chapters

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Pria Aneh

    “June?” tanya Drake sekali lagi, menyadarkan June dari lamunannya.“Oh, hmmm... Anda mungkin akan sukar percaya, tapi... Saya dipecat karena istri direktur tidak mau suaminya mempunyai sekertaris seorang wanita muda,” jawab June jujur.“Sebuah alasan yang menarik,” kata Drake.“Ya, tapi memang begitulah yang terjadi,” jawab June.“Baiklah. Sekarang kita berangkat. Bawa laptopnya dan semua peralatan yang diperlukan,” ujar Drake.June kemudian berdiri, ia membereskan laptop yang ada di meja Drake. Saat ia mendekat seperti itu, Drake dapat mencium aroma parfum yang dikenakan June. Rasanya ia pernah mencium wangi parfum seperti ini, tapi ia tidak bisa mengingatnya sekarang. Mungkin nanti, pikir Drake.“June...” katanya lagi.“Ya, Pak?” tanya June.“Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya?” tanya Drake mulai curiga. Jantung

    Last Updated : 2021-05-25
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Revenge Plan

    June sangat terkejut dan juga bingung, ditambah lagi aroma vanila yang terkuar dari tubuh Drake membuatnya teringat kembali akan malam itu. Tatapan matanya yang dingin itu seakan mampu menghipnotis dirinya. “Itu hanya teknik khusus yang bisa dipelajari siapa saja. Hanya menggunakan berat badan,” jawab Drake sambil melepaskan rangkulannya dari tubuh June. “Maafkan kami tuan Burton. Kami pastikan ini tidak akan terjadi lagi. Untuk kompensasinya, kami menggratiskan semua makanan dan biaya sewa hari ini. Kami juga memberikan voucher makan malam gratis untuk Tuan,” kata sang manager yang tiba-tiba muncul. “Ini sangat berbahaya. Pastikan kalian melakukan maintenance pada gedung restoran milik kalian ini,” jawab Drake dingin dan tegas. “Kami tahu. Kami benar-benar minta maaf,” sahutnya lagi. “Baiklah,” katanya sambil merapikan jasnya. Tanpa berkata apapun lagi, Drake langsung berjalan kembali masuk ke dalam ruang meeting meninggalkan June yang masih

    Last Updated : 2021-05-26
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Kerja Lembur

    June bekerja hingga ia tidak sadar di luar jendela kaca matahari sudah mulai tenggelam. Ia baru menyadarinya ketika sinar kemerahan matahari menyelusup masuk melalui kaca. June melirik jam tangannya, pukul enam lewat lima belas menit. Sudah lebih dari jam kerja, tetapi pekerjaan June masih banyak. Ia harus menyelesaikannya malam ini juga.Ia membuka-buka berkas dan juga file-file di dalam jaringan komputer kantornya itu untuk mencari sumber data, tapi tetap saja di hari pertama ia tetap kesulitan. Ia sempat mengirimkan email ke beberapa divisi terkait sesuai dengan notes dari Drake dan sudah mendapatkan jawaban yang ia butuhkan. Tetapi data ini terlalu banyak untuk diselesaikan dalam waktu singkat.Pukul delapan malam, June masih juga berada di kantor dan pekerjaannya sama sekali jauh dari kata selesai. June mengumpat. Ia merasa bebas mengumpat sebab di ruangan ini ia hanya sendirian.“Bos menyebalkan! Fucking playboy!” seru June.Ia tidak mer

    Last Updated : 2021-05-26
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Pria Misterius

    “Anda tidak apa-apa, nona?” tanya supir truk itu setelah turun dari truknya.Banyak orang mulai mengerubuti tempat kejadian, tetapi mata June tetap mencari-cari sosok pria misterius itu dari kerumunan orang.“Apakah Anda melihatnya?” tanya June para supir truk itu.“Melihat apa?” tanyanya bingung.“Pria tadi yang bermata abu-abu, yang menghentikan mobil dan truk ini! Kamu pasti melihatnya, kan?” tanya June sedikit panik.“Begini, nona. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba aku kehilangan kendali atas trukku,” kata supir itu.“Tapi kamu melihat pria itu, kan? Pria yang menghentikan kecelakaan?” tanya June lagi.“Aku tidak melihat siapapun, miss. Entahlah, mungkin remnya berfungsi di saat yang tepat. Aku benar-benar minta maaf,” katanya.June tidak percaya apa yang dikatakan pria itu. Ia segera turun dari mobil dan

    Last Updated : 2021-05-26
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Tas dan Hak Tinggi

    Saat June sudah bersiap keluar dari mobilnya, betapa terkejutnya June saat melihat ada sesosok pria yang sudah berdiri di samping pintu mobilnya. Ia menundukkan badannya untuk melihat June melalui kaca jendela mobilnya.“Selamat pagi,” ucapnya sambil tersenyum.June membuka kaca jendelanya perlahan lalu mengukir senyum seprofesional mungkin.“Selamat pagi, Mr. Burton,” jawab June.Drake menyunggingkan senyum lagi, membuat lesung pipitnya nampak jelas di wajahnya yang tampan. Sialnya, jantung June malah melompat-lompat kegirangan karenanya. June ingin memaki dirinya sendiri karena itu. Ia kemudian turun dari mobil dan menguncinya.“Kebetulan kita bertemu di sini, di mobil ada tasku, tolong bawakan ya,” kata Drake sambil menunjuk mobilnya.“Baik, Pak,” jawab June sambil tersenyum sopan. Di dalam hati, June mengumpat. Dasar sial! Serunya.June menenteng tasnya sendiri sambil menuju ke pintu

    Last Updated : 2021-05-27
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Percakapan Itu

    June tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa diam menatap mata coklat indah yang menatapnya tanpa berkedip. Jantung June berdebar-debar tidak karuan dan tubuhnya sedikit gemetar entah karena takut atau karena terlalu gugup. June merencanakan banyak hal saat bisa bertemu kembali dengan Drake, tetapi kini saat mereka sudah berhadap-hadapan June malah tidak bisa berbuat apa-apa. Aura Drake yang mendominasi, membuat June mau tidak mau terdiam. Bagai perang mental antar hewan buas, June sudah kalah telak.Tanpa bicara apapun, Drake tiba-tiba menggendong tubuh June dan membawanya masuk ke dalam ruangannya. Dua tas besar itu ditinggalkan begitu saja di lantai. June hanya sempat membawa tas tangannya yang kebetulan masih tersampir di bahunya. June bingung, tapi ia sama sekali tidak berani bertanya. Hangatnya dekapan Drake menjalar ke tubuh June, membuatnya sama sekali tidak bisa berkutik.Mata June yang bulat melirik saat mereka masuk ke dalam ruangan kerja Drake dan lampu otom

    Last Updated : 2021-05-27
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Es Batu dan Masa Lalu

    Jantung June melompat saat Drake menatapnya setelah pintu ruangan ditutup. Sejak tadi memang hanya ada mereka berdua di ruangan ini tapi entah kenapa suasana menjadi berbeda ketika Drake menatapnya seperti itu. Tatapan itu mengingatkan June dengan tatapan Drake padanya satu tahun yang lalu. Tatapan liar yang seolah mampu menelanjangi June.“A-anda mau apa?” tanya June sedikit beringsut di sofanya ketika Drake mulai berdiri mendekatinya.“Buka stoking dan high heels patahmu itu,” kata Drake.“Eh?” tanya June terkejut.“Buka kataku!” seru Drake lagi.“Anda mau apa, Mr. Burton?” tanya June dengan nada tegas. Ia tidak akan membiarkan dirinya dilecehkan atau dianggap penggoda bos.“Ya sudah kalau tidak mau,” jawab Drake sambil dengan cepat berjongkok di hadapan June.“Mr. Burton!”Sebelum June sempat berbuat apapun, Drake sudah mengambil kakinya hing

    Last Updated : 2021-05-27
  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Super Entity

    Drake membawa dua tas besar itu ke dalam mobilnya yang lain yang terparkir rapi di basement. Ia melemparkannya begitu saja ke dalam jok belakang mobil lalu ia masuk di kursi pengemudi. Seharusnya memang Drake tidak membawa dua tas besar ini ke kantornya, ia berubah pikiran. Seharusnya memang ia tidak menyimpan dua benda ini di dalam kantor, tapi ia juga tidak bisa menyimpannya di dalam rumahnya.Rencana Drake membawa kedua benda ini ke kantor adalah untuk menyimpannya bersama benda-benda rahasia miliknya yang lain di ruang rahasia di balik tembok tempatnya bekerja. Tetapi ia berubah pikiran, ia harus membawanya ke tempat lain. Aura kedua benda ini terlalu kuat, bahkan June terkena dampaknya.Ia melihat kedua tas hitam itu dengan menggunakan spion tengah mobilnya, benda itu bercahaya. Sebuah cahaya aura kemerahan yang hanya bisa dilihat oleh makhluk-makhluk seperti Drake. Ia mengemudikan mobilnya melalui jalanan kota New York di pagi hari yang sudah mulai sibuk itu. Dra

    Last Updated : 2021-05-28

Latest chapter

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   To Be With You

    “Drake tidak akan setuju, June,” jawab Wilona.“Aku meminta bantuanmu, bukan Drake. Tolong aku, Wilona. Aku akan memberikan apapun yang kamu mau, asalkan kamu mau membantuku,” kata June lagi.“Aku lebih takut pada Drake dibandingkan tawaran harta apapun darimu,” jawab Wilona.“Please, Wilona. Kamu tahu apa yang akan terjadi pada Drake kalau aku meninggal, bukan? Kamu ingin melihat dia hancur lagi?” tanya June.Wilona terdiam. Ia tahu apa maksud June. Drake hancur berkeping-keping setelah kehilangan Anna berabad silam. Jika itu terjadi untuk kedua kalinya, entah apa yang akan terjadi pada Drake.“Baiklah. Tapi, berjanjilah kamu akan melindungiku jika Drake marah nanti,” kata Wilona.“Tentu saja. Aku akan melakukannya,” jawab June.“Baiklah kalau begitu. Malam ini, temui aku di hutan, kamu tahu tempatnya. Pastikan Drake tidak tahu. Dan harus kamu ingat, June.

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Vampirize

    “So, what do you say?” tanya Baron pada June sambil tersenyum, menampakkan gigi taringnya yang memanjang.“Apa resikonya?” tanya June.“Nyaris tidak ada, June. Kamu hanya perlu memberikanku darahmu, tidak sampai habis,” katanya sambil berjalan mendekat. Ia mengitari tubuh June, mendekatkan kepalanya ke leher June.“Kamu bisa bersamanya selamanya, June. Say, yes...”katanya Baron lagi.“A-aku...”“Ini sangat mudah, June. Jangan membuatnya sulit. Kamu hanya perlu mengucapkan sebuah mantra yang sangat mudah diucapkan. Sebutkan mantranya dan aku akan segera memulai keabadian,” kata Baron lagi.June menelan ludah, dalam hatinya ia tahu ada sesuatu yang salah dengan semua ini, tapi keinginannya untuk bisa bersama dengan Drake selamanya, membuatnya ingin mengatakan iya. Tawaran ini terlalu menggoda untuk ditolak.“Ikuti kata-kataku, June,” ka

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Blood

    June akhirnya sampai ke hotel yang ia tuju. Hati June hancur saat mengingat bagaimana wajah Drake saat ia melangkahkan kaki pergi dari pria tersebut. June tahu ia sangat melukai Drake. Namun, menurut June ini adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan hati Drake dan juga hatinya sendiri.Saat sampai di kamar hotel yang sederhana itu, June langsung merebahkan diri di atas ranjang. Rongga dadanya terasa sakit, bahkan hanya untuk menarik napas. June tidak kuasa menahan tangis, hingga ia menumpahkan semuanya ke atas bantal hotel tersebut. Ia menangis cukup lama hingga ia menyadari ada seseorang yang berdiri bersandar di balkon hotelnya.“Alarick?” tanya June sambil melebarkan matanya.Pria itu melambaikan tangan sambil tersenyum. June menghapus air matanya cepat-cepat lalu membuka pintu kaca menuju balkon.“Bagaimana kamu bisa ada di sini?” tanya June.“Well, kamu tahu siapa aku. Sangat mudah untuk menemukanmu di belahan bum

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   Gone

    Malam hari itu, June sama sekali tidak bisa tidur. Ia melirik ke arah Drake yang sedang tertidur pulas di sampingnya. June memiringkan tubuhnya untuk bisa memandangi wajah Drake lebih lama. Air mata mulai mengalir lagi di pipi June. June mulai berpikir, kenapa takdir begitu kejam padanya hingga saat ia benar-benar jatuh cinta, ia jatuh cinta pada orang yang benar-benar salah. Jika ia jatuh cinta pada manusia biasa maka semuanya akan berakhir baik-baik saja. Tapi seorang raja naga adalah hal yang amat berbeda.June amat mencintai Drake dan ia menyadari itu. Oleh karena itu, June tidak ingin menyakiti hati Drake. Lebih cepat June pergi dari kehidupan Drake selamanya, itu akan lebih baik. Drake mungkin akan sangat sedih, tapi dia akan lebih cepat pulih dan move on. June ingin Drake hidup bahagia. Bersama June, tidak ada masa depan untuk mereka. June akan menua, dia tidak akan bisa membahagiakan Drake selamanya.Karena itulah, June merencanakan sesuatu malam hari itu. Ia d

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Worry (Part 2)

    “June, kamu kenapa?” tanya Drake saat June kembali ke mejanya.Drake bisa melihat kalau June terlihat amat kesal.“Ah, tidak apa-apa,” jawab June.“Kamu yakin?” tanya Drake lagi.“Iya. Mungkin aku hanya lapar,” jawab June sambil tersenyum.“Kabar bagus, kurasa pelayannya sudah datang membawa makanan,” kata Drake sambil melirik ke arah kiri. Saat June mengikuti arah pandangnya, seorang pelayan memang datang membawa makanan pesanan mereka.“Syukurlah,” jawab June.Mereka kemudian larut dalam percakapan yang hangat dan menyenangkan. Makanannya juga enak. Namun, June masih memikirkan kata-kata Lana barusan. Ia tidak bisa berhenti memikirkannya, meskipun ia berusaha. Ia melihat wajah Drake ketika bicara. Naga berusia ribuan tahun ini masih terlihat seperti tiga puluh lima tahun dan dia akan terlihat seperti itu selamanya.Usia June kini sudah tiga puluh tiga tah

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Worry

    “Lana Barryfield?” tanya Drake sambil membesarkan matanya.“Ternyata itu benar kamu! Ini sebuah kebetulan yang menyenangkan. Sudah lama sekali tidak berjumpa,” kata wanita itu.Ia mendekat lalu memeluk dan mencium kedua pipi Drake, mereka terlihat amat akrab. June memaksakan sebuah senyum.“Lana, perkenalkan ini June Hanson. June, ini Lana Barryfield, teman lamaku,” kata Drake.Wanita itu menoleh melihat June, ia kemudian terdiam sejenak.“Oh, Drake. Dia sangat cantik,” katanya. Tapi June bisa menangkap sesuatu yang lain dari nada suara dan ekspresi wajahnya.“Senang bertemu denganmu, June,” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.“Senang bertemu denganmu juga, Lana,” jawab June.“Kapan kamu ke New York? Kudengar kamu sudah sangat lama tidak meninggalkan Roma?” tanya Drake pada Lana.“Iya. Roma adalah tempat yang paling cocok un

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   First Date

    Drake melaju dan June berhenti bertanya. Ia menikmati pemandangan keluar jendela dan setelah setengah perjalanan, June sudah bisa menebak mereka akan pergi ke mana.“Kamu ingin membawaku nonton ke bioskop?” tebak June sambil tersenyum.“Kamu bisa menebak dengan baik. Kita akan nonton berdua. Bukankah itu yang biasa dilakukan orang-orang saat pacaran?” tanya Drake.“Jangan bilang kamu belum pernah berpacaran sebelumnya?” tanya June.“Terakhir kali aku berpacaran adalah berabad-abad yang lalu, June,” jawab Drake.June tertawa akan kenyataan itu. Drake ikut tertawa. Ia kemudian memarkirkan mobilnya di gedung bioskop. Semua orang yang lewat memperhatikan mobil mewah yang biasanya diparkirkan di depan hotel mewah atau restoran mewah. Tapi kali ini, mobil mewah itu malah terparkir di gedung bioskop sederhana.Drake turun dari mobilnya, lalu berputar untuk membukakan pintu bagi June. June melangkahkan

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   In the Kitchen

    Drake melakukannya berulang-ulang dari belakang, hingga June hampir mencapai puncaknya. Namun, Drake masih belum puas, ia kemudian membalikkan tubuh June hingga menghadap ke arahnya. Ia kemudian melakukannya dari posisi ini, sambil menikmati pemandangan wajah June yang kini merah merona dan berkilau karena keringatnya.Drake membuat June merasa dirinya melayang sekali lagi. Waktu dan dunia serasa berhenti saat itu juga hanya untuk memberikan tempat tersendiri dan waktu yang tak terbatas untuk kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut. Gairah Drake semakin memuncak saat ia melihat wajah June yang cantik merona merah tersebut, napasnya yang tersengal, dan desahan yang keluar dari bibirnya yang seksi. Mereka melakukannya hingga mencapai puncaknya bersama-sama.June berbaring kelelahan dengan napas tersengal dan tubuh berkeringat. Drake mengusap kening June lalu mengecupnya dengan lembut. Ia berbaring di sebelah June lalu merangkul wanita itu dengan lembut.&l

  • That Dragon is Mine (INDONESIA)   The Dragon's Lover

    Sekarang June berdampingan dengan Drake di dapur. Pria itu terlihat jauh lebih luwes dibandingkan dirinya saat memasak. June tidak tahu apa yang harus ia bicarakan, jadi ia memutuskan untuk diam saja. Drake masih tersenyum sambil bersiul-siul, sesekali ia melirik ke arah June. Drake berkali-kali melihat ke arah kening June, ia hampir tidak percaya apa yang dilihatnya, tanda werewolf itu sudah menghilang dari kening June. Gerak-gerik Drake itu membuat wajah June semakin merah padam.June tidak tahan, jadi ia berbalik lalu berpura-pura mencari sesuatu di kulkas. Padahal June tidak melakukan apapun. Ia hanya mendinginkan wajahnya yang terasa panas itu. Setelah beberapa saat, June berpura-pura mengambil timun untuk tambahan acar, dan pada saat ia menutup pintu kulkasnya. June hampir melempar timunnya sebab Drake tiba-tiba sudah berada di hadapannya.“Kenapa kamu lama sekali di depan kulkas?” tanya Drake.“A-aku...”Drake berjalan mende

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status