Home / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / 79. Kabar serangan Tao Cang

Share

79. Kabar serangan Tao Cang

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2025-02-12 23:57:06

Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.

Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.

Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.

“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya.

Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.

Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.

“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.

Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   80. Keadaan Klan Hawa

    “Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   81. Ikatan angin

    Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A

    Last Updated : 2025-02-16
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   82. Pusaran tornado

    Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik

    Last Updated : 2025-02-18
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   1. Anak pungut

    "Thai Qu Cing, ha ha ha! Benar-benar seperti namanya, SAM-PAH!" ucap seorang anak laki-laki bernama Du Bai menekankan kata sampah. Dia menendang gundukan kotoran kucing ke arah Thai Qu Cing.Bocah kurus dan dekil itu berjongkok membungkuk melindungi kepalanya. Pasir-pasir yang menutupi kotoran, berhamburan menghujani tubuhnya.Nama Thai Qu Cing awal mulanya, karena seorang pria tua bernama Setu Jhu, waktu itu sedang berburu. Pria itu menemukan seorang bayi laki-laki sedang menangis di atas gundukan sampah dedaunan. Tampak bayi itu sedang memegang kotoran kucing di tangan kanannya.Kemudian, tiba-tiba tangan si kecil mengeluarkan cahaya dan kotoran itu pun lenyap. Setu Jhu pikir, bayi itu telah menyerapnya. Sehingga ia memberinya nama Thai Qu Cing dengan panggilan Qu Cing.Sebelum Setu Jhu meninggal karena diterkam binatang buas saat berburu, dia sempat mendaftarkan anak pungutnya di sebuah perguruan elit tingkat dasar bernama Perguruan Long Ji.Awalnya, anak itu tidak memenuhi kriteri

    Last Updated : 2024-02-24
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   2. Tongkat sakti Sun Ji Gong

    Di sebuah dataran dengan sistem kekuasaan oligarki, terdapat tiga jenis makhluk hidup saling berdampingan. Sebut saja Dataran Hena. Makhluk dari kalangan ras manusia, ras siluman, dan ras iblis. Dari kalangan ras manusia, terbagi menjadi tujuh klan. Yaitu Klan Naar, Ma', Hawa, Ard, Nur, Dhulam, dan Nabat. Adapun ras siluman, masing-masing dari mereka, mengambil pemimpin dari sejenisnya. Seperti siluman kera, dipimpin oleh raja kera bernama Sun Ji Gong dan begitu pula yang semisalnya. Dan dari kalangan ras iblis hanya terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu iblis merah, iblis hijau, iblis hitam. Ras manusia berada di wilayah utara, ras siluman berada di wilayah tenggara, dan ras iblis berada di bagain barat daya. Saat ini, Qu Cing berada di sebuah perguruan tingkat dasar bernama Long Ji. Perguruan ini, terletak di dataran paling utara. Setengah dari wilayah perguruan ini, dikelilingi oleh hutan dan pesisir pantai Laut Biru. Sekilas, muncul sebuah tanda berbentuk matahari di tela

    Last Updated : 2024-02-25
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   3. Keajaiban

    Di pagi hari. Qu Cing terbangun dan melihat sosok gadis yang ia tangisi semalam sedang berseru memanggilnya."Cing Ge! Cing Ge!" teriak gadis itu sembari menggoyang-goyangkan tubuh Qu Cing."Jie Jie?" Qu Cing bangkit dan duduk sambil mengucek kedua matanya hingga beberapa kali.Aneh. Kemaren, Qu Cing melihat Shi Jie dalam keadaan sekarat penuh luka dan darah. Seketika dalam waktu semalam, gadis kecil itu telah sehat bahkan tanpa luka sedikitpun di tubuhnya."Cing Ge, mengapa kita bisa tertidur di pekarangan? Jie Jie pikir, Jie Jie sudah mati diterkam harimau semalam. Apakah Cing Ge yang menyelamatkan Jie Jie?" tanya gadis cerewet itu."Aku tidak tau. Aku pikir juga begitu. Semalam, tubuhmu penuh luka dan darah. Tapi, setelah aku memelukmu, tiba-tiba badanku menjadi lemas seolah-olah tubuhmu menghisap habis seluruh energiku sampai aku tak sadarkan diri," jelas Qu Cing. "Jie Jie menghisap energi Cing Ge? Bagaimana mungkin?""Entahlah. Tapi yang terpenting, aku senang bisa melihatmu men

    Last Updated : 2024-03-02
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   4. Gubuk tua

    "Tongkat sakti!"Whuuush! Whuuush! Whuuush!Sebuah tongkat kayu, muncul dari langit berputar-putar menghampiri Qu Cing.Hap!Bocah itu menangkap tongkat tersebut dan mulai mengayunkannya."Aku bisa menunjukanmu beberapa jurus dasar jika kau mengingikannya!" ujar sang tongkat sakti kepada Qu Cing."Benarkah? Tentu saja aku menginginkannya. Tolong tunjukan itu! Aku sangat bersemangat.""Duduk! Dan pejamkan matamu!"Qu Cing pun mengikuti perintah sang tongkat sakti. Dia duduk bersila di tanah sembari memejamkan mata. Tiba-tiba, sosok bayangan hitam dalam pikirannya muncul menunjukan suatu gerakan.Setelah beberapa saat kemudian, Qu Cing membelalakan matanya. Dia bangkit dan spontan mengikuti gerakan itu. Rupanya, gerakan itu secara otomatis langsung melekat di kepalanya.Anak itu begitu lincah. Ayunan demi ayunan tongkat, sampai ia melakukan sebuah serangan ke salah satu pohon yang paling besar di hadapannya dengan jurus, tongkat mengamuk.Whuuush! Whuuush! Whuuush!Tongkat itu memutar v

    Last Updated : 2024-03-07
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   5. Formasi tanda pengunci

    "Oh, maaf, Tuan Muda. Aku benar-benar tidak tahu. Tapi, ini adalah tingkat dasar. Siapapun bebas meminjam dan belajar, meskipun dia berada di ranah spiritual terendah sekalipun," ucap Gu Wang."Oh, Paman Gu benar. Ini adalah tingkat dasar. Haha." Han Thu berjongkok dan menatap Qu Cing dengan tatapan yang mengintimidasi, sembari menekan kedua rahang pipinya dengan cukup kuat. "Rupanya, kau memiliki keberuntungan bisa selamat dari gundukan sampah itu. Tapi, jangan pernah berpikir bahwa kau akan berkembang. Meskipun, kau menghafal seluruh isi buku di perpustakaan ini, tanpa kekuatan spiritual, kau hanyalah seorang SAM-PAH!"Kemudian, Han Thu pergi menuju tangga diikuti oleh teman-temannya. Sementara Qu Cing, masih duduk tertimbun buku-buku yang berjatuhan dari rak.Gu Wang jelas mengenali anak yang dianggap kotoran itu. Namun, perpustakaan adalah gudang ilmu. Siapa saja bisa mendapat keajaiban hanya dengan membaca sebuah ilmu. Sebagai pengurus tingkat dasar, pria paruh baya itu dipilih d

    Last Updated : 2024-03-14

Latest chapter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   82. Pusaran tornado

    Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   81. Ikatan angin

    Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   80. Keadaan Klan Hawa

    “Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   79. Kabar serangan Tao Cang

    Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   78. Teknik Shi Lau

    Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   77. Tongkat raksasa

    Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   76. Tumbal

    Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   75. Bersatu dengan raja kegelapan

    'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   74. Menundukkan raja kegelapan

    Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status