Qu Cing masih dalam keadaan tubuh yang sangat lelah, tidak ada tenaga untuk mencari masalah dengan anak-anak itu. "Biarkan saja mereka, kita harus secepatnya menemui Guru Lee," bisiknya kepada Bau Ba Chin.Akan tetapi, mereka tidak membiarkan Qu Cing lewat dengan mudah. Salah satu dari anak lelaki itu adalah Go Song, seorang tuan muda dari Keluarga Song. Suatu keluarga yang selalu meninggikan dan mengagungkan Jendral Tao Cang, sehingga Pemimpin Keluarga Song berhasil mendapat kepercayaan sang jendral menjadi kaki tangannya. Dia melangkah maju menghadang jalan Qu Cing dan Bau Ba Chin."Kenapa kau tak menjawab? Apa kau sudah merasa hebat hanya karena Kepala Perguruan Lee selalu memperhatikanmu?" Ia menantang, menunjuk-nunjuk dada Qu Cing dengan telunjuknya.Qu Cing berpaling. "Kau lah yang lebih hebat. Aku hanya beruntung," jawabnya tegas, berusaha menahan rasa lelahnya."Ck ck. Tampaknya dia takut padamu, Tuan Muda Song," celetuk anak lelaki di samping Go Song.Saat Qu Cing berbalik he
Pagi itu, matahari mulai naik menerangi segalanya dengan sinarnya yang hangat. Di perguruan Long Ji, suasana tenang seolah menyelimuti area yang biasanya ramai. Nie Lee duduk di ruangannya merenungkan kepergian Qu Cing dan Bau Ba Chin yang menuju Kediaman Klan Hawa untuk berperang dengan Jendral Tao Cang. Kegelisahannya bertambah saat suara keras Gu Wang memecah keheningan. Dia berlari menghampiri Nie Lee dengan napas terengah-engah."Tuan Lee, celaka!"“Ada apa, Penjaga Gu?” tanya Nie Lee, merasa cemas melihat ekspresi panik di wajah sahabatnya.“Aku baru saja mendengar kabar buruk... tentang adik sepupu Anda!” jawab Gu Wang, suaranya bergetar.“Tera Phi? Apa yang terjadi?” tanya Nie Lee, hatinya berdegup kencang.“Seseorang menuduhnya telah melecehkan dan menghardik anak gadis dari Walikota Ni. Dan sekarang, Walikota Ni telah menetapkan hukuman penggal kepadanya!” seru Gu Wang, kesal dengan ketidakadilan yang menimpa adik sepupu Nie Lee yang masih muda.“Melecehkan? Itu tidak mungki
Di kediaman walikota, Roha Ni, yaitu si gadis yang menjadi korban berkata, "aku tidak yakin. Tapi, mereka benar-benar memiliki wajah yang sama persis. Jika memang bukan dia pria waktu itu, lalu siapa? Apakah dia memiliki saudara kembar?""Tidak, Nona. Saudara temanku tidak memiliki kembaran. Tapi, aku mengetahui bahwa ada suatu teknik yang bisa mengubah wajah seseorang," kata Gu Wang. Sebagai penjaga perpustakaan, Gu Wang memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang berbagai macam teknik."Teknik pengubah wajah? Jangan-jangan ..." Dahi gadis itu berkerut. Giginya menggertak merasa telah dipermainkan oleh seseorang."Ada apa, Nona? Apakah ada sesuatu lain yang mengganggu pikiran Anda?" tanya Gu Wang melihat gadis itu tampak gelisah.Roha Ni menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. "Tuan, ayahku adalah sosok yang bijaksana, selalu mendengarkan kedua belah pihak sebelum mengambil keputusan. Tapi sekarang, sikapnya sama sekali berbeda. Dia tidak mau mendeng
Dengan mata cahaya tembus pandang, Qu Cing dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Nie Lee berkata bahwa anak itu bahkan bisa memprediksi kelemahan lawan, jika ia terus melatih kekuatannya.Nie Lee menatap tajam ke arah Walikota Ni yang berdiri di tengah kerumunan, kesadaran menyelimuti dirinya. "Aku sudah menduga, ada sesuatu yang tidak beres," gumamnya pelan. "Sejak aku melihatnya hari ini, aku merasakan aura yang berbeda. Dia tidak memiliki karisma sebagai pemimpin yang bijaksana; sebaliknya, ada ketidakpastian dan niat buruk yang terpancar dari wajahnya."Tanpa ragu, Nie Lee melangkah maju. "Master Pengubah Wajah, kedokmu sudah terbongkar! Aku sangat mengenal Walikota Ni. Apa kau pikir penyamaranmu ini sudah sangat sempurna? Beraninya melibatkan adikku yang tidak bersalah!" Seraya mengeluarkan energi spiritual yang begitu sejuk, elemen air berputar mengitari Nie Lee dengan begitu menakjubkan.Pria itu mengendalikan sang air berniat untuk membongkar kedok Mast
"Aaaaa! Ada mayat!"Kejadian itu membuat semua orang terkejut. Jeritan si wanita menggema di udara, dan orang-orang yang berkerumun segera berlarian menuju asal suara. Rasa penasaran dan ketakutan menyelimuti mereka.Terdengar asal suara itu dari seorang wanita yang keluar dari sebuah kandang kuda di dekat pelataran. Di sudut yang remang-remang, sosok yang tergeletak tak berdaya, tubuh pucat tak bernyawa.Itu adalah mayat Walikota Ni yang asli, mengenakan pakaian resmi yang kini telah ternodai oleh darah, karena beberapa tusukan dan sayatan pedang.Suasana menegangkan membuat Nie Lee, Qu Cing, Gu Wang, dan Roha Ni berdiri terpaku, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka lihat."Ayah!" Air mata Roha Ni mulai menggenang di matanya mendekati sosok yang tergeletak itu."Ini… benar-benar tidak terduga!" kata Gu Wang, mulutnya terbuka lebar.Qu Cing menelan ludah, pikirannya berputar cepat. Roha Ni berlutut di samping jasad ayahnya, tangannya gemetar saat menyentuh pakaian yang dulu begi
Di dalam aula besar perguruan, para murid berkumpul dengan penuh semangat sekaligus ketegangan. Di tengah ruangan berdiri Lou Tong, sang master ilusi. Matanya tajam, dan wajahnya selalu datar tanpa ekspresi. "Ujian ini akan menguji sejauh mana kalian mampu membedakan kenyataan dan ilusi," katanya. "Kalian akan menghadapi berbagai skenario, dari yang paling sederhana hingga yang paling berbahaya. Hanya mereka yang memiliki kekuatan mental luar biasa yang bisa bertahan hingga akhir." Satu per satu, para murid mulai diuji. Ilusi tahap awal cukup sederhana—melihat harta karun palsu, mendengar suara-suara aneh, atau merasa dikejar makhluk tak kasat mata. Namun, semakin tinggi tingkatnya, semakin nyata ilusi yang diberikan. Suasana semakin menegang. Para murid yang telah gagal terduduk lemas di sisi ruangan, sementara mereka yang masih bertahan mulai merasakan tekanan yang semakin kuat. Lou Tong, sang master ilusi, tetap berdiri dengan ekspresi datarnya, matanya meneliti setiap peserta ya
"Jika aku terus bertarung, ini tidak akan ada habisnya," pikirnya.Alih-alih melawan, ia berdiri tegak dan menenangkan pikirannya. Ia memahami bahwa inti dari ujian ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengendalian diri.Saat pikirannya mencapai ketenangan sempurna, tiruannya berhenti menyerang. Sosok itu mulai memudar, berubah menjadi kabut tipis yang menghilang bersama hembusan angin.Qu Cing berdiri tegap, napasnya masih teratur meski pikirannya berputar cepat. Ia baru saja melewati tiga ilusi yang nyaris merenggut kewarasannya, tetapi kini justru menghadapi ujian yang lebih sulit—prasangka dan ejekan."Anak kotoran itu pasti curang!" Salah satu murid dari kelas 3A berbisik, cukup keras agar semua bisa mendengarnya."Tidak mungkin seseorang seperti dia bisa lolos sejauh ini. Han Thu saja hampir tumbang di ilusi ketiga!"Han Thu, yang baru saja kembali dari ilusi tingkat tinggi, menyipitkan matanya ke arah Qu Cing. Ia tak percaya anak yang selama ini diremehkan mampu berdir
Qu Cing menatap Go Song dengan tenang. Tidak ada amarah, tidak ada ketakutan. Sebenarnya, dia bisa saja mengabaikan tantangan ini, tapi dia tahu—sebagai murid khusus Kepala Perguruan, sekali-kali ia juga harus menunjukkan taringnya."Aku tidak tertarik bertarung tanpa alasan," kata Qu Cing akhirnya, suaranya tetap datar. "Kalau kau hanya ingin membuktikan sesuatu pada orang lain, itu urusanmu, bukan urusanku."Tapi Go Song tidak berniat mundur. Angin berputar di sekeliling tubuhnya, membentuk pusaran yang mengguncang lantai aula. Dia mengangkat tangannya, dan angin mulai berdesir lebih kencang, menandakan bahwa dia siap menyerang."Jangan pikir kau bisa lolos dengan menghindar," seru Go Song. Dalam sekejap, dia melesat dengan kecepatan angin, tinjunya menebas udara dan mengarah langsung ke wajah Qu Cing.Namun, sebelum pukulan itu mencapai sasaran, tubuh Qu Cing menghilang dalam seberkas cahaya. Dalam sekejap mata, dia sudah berada beberapa langkah di belakang Go Song. Para murid yang
Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya kembali ke Perguruan Long Ji. Qu Cing dan Bau Ba Chin melapor langsung kepada sang guru. Nie Lee duduk tenang di atas kursi meditasi batu yang dibalut akar pohon spiritual tua. Jubah panjangnya berkibar pelan karena angin pegunungan, tapi sorot matanya tajam penuh rasa puas saat melihat dua muridnya kembali dengan selamat.“Kerja yang sangat baik,” ucapnya pelan. “Bukan hanya kalian berhasil menghancurkan Master Pengubah Wajah, tapi kalian juga membawa bukti utuh dari pengkhianatan Ben Cong. Perguruan ini… berutang banyak pada kalian.”Bau Ba Chin hanya mengangguk ringan, sementara Qu Cing membungkuk penuh hormat.Nie Lee menepuk bahu keduanya. “Kalian telah melewati ujian yang bahkan para tetua pun belum tentu sanggup jalani di usia kalian. Mulai hari ini, kalian dibebaskan dari pelatihan hingga liburan selesai. Gunakan waktu ini untuk menenangkan jiwa kalian. Kalian pantas mendapatkannya.”Tak lama kemudian, seorang penjaga gerbang perguru
Qu Cing berdiri diam, matanya menatap sangkar cahaya yang berputar di hadapannya. Energinya masih mengalir pelan dari telapak tangan, menghubungkan dirinya dengan jaring-jaring bercahaya itu. Ia tidak menyangka—teknik sangkar cahaya yang ia serap dari lawan, kini tumbuh menjadi bagian dari kekuatannya.Cahaya dari sangkar terus berdenyut. Setiap denyutnya menyedot energi dari tubuh Master Pengubah Wajah yang terkurung di dalam. Pria itu tak lagi bisa melawan. Tubuhnya berlutut, wajahnya pias, tak ada lagi kekuatan tersisa."Pantas saja Bibi Miao tidak berdaya berada dalam sangkar ini," gumam Qu Cing mengepalkan tangan.Angin yang tadinya berputar liar kini mulaimeredaa. Debu yang berterbangan perlahan turun.Arena pelatihan Klan Naar menjadi sunyi. Tempat itu porak-poranda. Pilar-pilar batu runtuh. Permukaan tanah penuh retakan. Pohon-pohon di sekelilingnya hangus. Namun di tengah kehancuran itu, berdiri satu titik terang—Qu Cing, bocah dengan tongkat pusaka yang ia tenggerkan di atas
Dalam sekejap, ratusan klon tanah meledak bagaikan pecahan kaca rapuh tersentuh cahaya suci. Debu dan pecahan batu beterbangan, mengguratkan lengkung kehancuran di angkasa, seolah langit dan bumi bersaksi atas kekuatan yang bangkit dari tubuh seorang bocah.Master Pengubah Wajah terpental ke belakang. Tubuhnya terguling di tanah yang retak, wajahnya yang tertutup debu menampakkan raut ngeri—seperti melihat takdirnya sendiri mulai runtuh.“Tidak mungkin… bagaimana bocah ini bisa mencapai titik ini?!”Dengan susah payah, ia menegakkan tubuhnya. Jemarinya menggenggam tanah, bergetar karena campuran marah dan takut yang menyesakkan dada.“Anak sialan… kau kira, ini sudah berakhir?” ucap sang master dengan satu hentakan kedua telapak tangan ke bumi.DUUM!Sebuah gemuruh dalam tanah menjalar ke seluruh tempat pelatihan. Retakan terbuka lebar, dan dari kedalamannya, puluhan pilar batu mencuat ke atas, menjulang laksana tombak surgawi yang hendak menembus cakrawala.Namun Qu Cing berdiri tena
"Itu… sumber kekuatannya!”Inti itu tiba-tiba meledakkan energi. Fragmen-fragmen batu di sekitarnya langsung menyusun kembali bentuk tubuh baru yang jauh lebih cepat, lebih padat, dan lebih tajam dari sebelumnya. Tubuh monster itu tidak sebesar yang tadi, tapi lebih ramping dan agresif, dengan lengan-lengan panjang yang tajam seperti tombak batu.“Versi kedua?” Bau Ba Chin mendecak. “Sekarang kau jadi lebih menyebalkan.”Monster tanah melemparkan tubuhnya ke depan, menebas udara dengan dua bilah tangannya yang tajam!CLANG!Bau Ba Chin menahan serangan itu dengan tongkat besinya, namun kekuatannya luar biasa—kedua kakinya sampai menyeret tanah, menciptakan dua alur panjang di permukaan arena.WUSH!Monster itu langsung menghilang masuk ke dalam tanah, lalu muncul di belakang Bau Ba Chin!WHAAAM!Sebuah tebasan horizontal nyaris menyayat punggung Bau Ba Chin, namun bocah itu menghilang dalam kabut hitam detik terakhir!Sosoknya muncul di sisi kanan monster."Terlalu lambat."Tongkatnya
Dengan kecepatan kilat, Qu Cing bergerak mengejar sosok itu. "Bertanding kecepatan? Kau akan menyesal!" Dalam beberapa kejapan mata, Qu Cing berhasil menghadang pria itu. "Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi, Tuan!" Bocah itu tersenyum meringis.Sementara Bau Ba Chin memblokir akses belakang sang Master Pengubah Wajah.Lawan mereka kali ini adalah, sesosok pria dengan wajah samar. Dia menyamarkan wajah aslinya dan membentuk wajah lain dengan tekstur elemen tanah. Umumnya, membentuk wajah membutuhkan konsentrsi dan ketelitian, sehingga memakan waktu hingga tiga sampai lima menit untuk meniru wajah seseorang. Namun, pria ini mampu merubah wajahnya dalam sekali pandangan mata, hanya dalam waktu setengah menit.Menurut informasi yang diberikan oleh Penjaga Perpustakaan Gu, Master Pengubah Wajah adalah seorang pria impoten. Dia senang bermain wanita, namun tidak sampai kehubungan yang lebih intens."Cih! Bocah sialan!" decak pria itu menggertakkan gigi. Ia menggerakkan tangannya seperti
"Tidak bisa membiarkan serangan itu terjadi! Kita harus segera mencegahnya!" seru Qu Cing.Bau Ba Chin langsung paham. Mereka harus menyerang sebelum teknik itu selesai!WUSSH!Kedua bocah itu melesat dalam waktu yang bersamaan!Ben Cong mengerahkan seluruh kekuatannya, tapi di saat yang sama, tubuhnya mulai menunjukkan efek samping dari pembakaran darah. Urat-uratnya terlihat semakin menonjol, dan wajahnya mulai menua dengan cepat.Namun, itu tidak menghalangi niatnya untuk membunuh mereka!"MATI!"Ben Cong mengayunkan tangannya, melepaskan semburan api hitam raksasa ke arah mereka!BOOOOM!Ledakan dahsyat terjadi!Namun, ketika asap mulai menghilang…Swish!Qu Cing muncul tepat di belakang Ben Cong!Matanya berkilat dingin."Ini akhirnya."Dengan secepat kilat, ia menghantam ulu hati Ben Cong dengan tongkatnya!CRACK!Ben Cong terbatuk darah. Matanya melebar tak percaya.Namun, sebelum tubuhnya jatuh, Bau Ba Chin muncul dari bayangan di bawahnya."Giliranmu!" seru Qu Cing.Bau Ba Ch
Mata Qu Cing menyipit. Ia segera mengenali sosok itu. "Kau selalu bergerak seperti seorang pengecut. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Mungkin, orang lain tidak melihat gerakanmu, tapi langkah itu sangat jelas di mataku, Tuan Ben Cong!" Dengan tubuh Pou Cong yang masih terluka parah dan dalam keadaan lemah, ini adalah saat yang sempurna bagi Ben Cong untuk menyingkirkannya. Jika ia berhasil membunuh kakaknya, maka secara otomatis ia akan menjadi pemimpin baru Klan Naar! Namun— CLANG! Sebuah tongkat besi melesat, menghentikan serangan Ben Cong tepat sebelum menyentuh tubuh Pou Cong! Ben Cong tersentak mundur, matanya melebar melihat sosok anak lelaki berkulit hitam yang kini berdiri di hadapannya. "Kau?!" Bau Ba Chin menatapnya dingin. "Guru akan senang jika kami pulang membawa mayatmu, Tuan Ben Cong." Semua orang di arena mulai berbisik, menyadari bahwa ini bukan sekadar pengkhianatan biasa. Semua tahu bahwa Ben Cong adalah wakil kepala Perguruan Long Ji. Pou Cong yang
Pou Cong tidak memberi Qu Cing kesempatan untuk bernapas. Begitu melihat bocah itu bangkit dengan tongkat bercahaya di tangannya, ia langsung mengayunkan tangannya ke depan. Wooosh! Semburan api melesat dari telapak tangannya, membentuk naga raksasa yang mengaum dan menerjang ke arah Qu Cing. Boom! Ledakan besar mengguncang arena, membuat para murid Klan Naar menjerit dan mundur lebih jauh. Asap hitam mengepul, menutupi seluruh area tempat Qu Cing berdiri. Pou Cong tersenyum dingin. "Kau boleh cepat, tapi kau bukan tandinganku, Bocah!" Namun, senyum itu seketika menghilang ketika sebuah bayangan tiba-tiba melesat dari dalam asap. Swish! Pou Cong nyaris tak sempat bereaksi saat cahaya oranye berkelebat di sisinya. Instingnya menendang masuk, dan ia segera berbalik, mengayunkan pukulan berapi ke arah bayangan itu. Boom! Udara di sekitarnya meledak akibat panas dari pukulannya. Namun, serangannya hanya mengenai udara kosong. "Mustahil…" Pou Cong menyipitkan mata, mencoba mencar
Angin berhembus pelan, membawa ketegangan yang semakin memuncak di halaman pelatihan Klan Naar. Para anggota klan yang menyaksikan pertarungan ini menahan napas mereka, mata mereka terpaku pada sosok kecil yang berdiri di hadapan pemimpin klan mereka.Pou Cong, seorang pria yang dikenal sebagai salah satu pengendali api terkuat, menatap Qu Cing dengan tajam. Ia sama sekali tidak menganggap serius bocah ini. Namun, saat Qu Cing berdiri dengan penuh percaya diri, sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa anak ini bukan lawan biasa."Jika kau benar-benar ingin menantangku, maka buat aku jatuh ke tanah hingga mengalami luka yang cukup serius."Kata-kata itu masih terngiang di udara ketika Qu Cing mulai bergerak.Wuussh!Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari pandangan!Pou Cong mengerutkan kening. Cepat!Tiba-tiba—Slash!Sebuah luka tipis muncul di bahu kanan Pou Cong, darah segar menetes ke tanah. Semua orang yang menyaksikan tersentak kaget.Pou Cong menggerakkan kepalanya dengan cepat, m