Home / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / 51. Formasi tanda teleportasi

Share

51. Formasi tanda teleportasi

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2024-08-12 20:14:17

"Meskipun kau menggeledah sampai ke pelosok perguruan ini, kau tidak akan menemukan Istrimu, Tuan Seo!" ucap Nie Lee datang dengan tergesa-gesa. Pria itu sedikit khawatir, orang gila ini akan memporak-porandakan seisi perguruannya.

"Aku, akan tetap memaksa masuk!" desak Seo Rang keras kepala. Tatapan tajamnya sangat mengerikan membuat para penjaga gerbang bergidik.

"Dengan satu syarat. Kau tidak boleh menyetuh murid-muridku ataupun orang-orang yang berada di bawah lindunganku! Jika kau melanggar, aku akan membuat perhitungan denganmu!" tegas Nie Lee. Dia bahkan tidak tahu seperti apa rupa dari istri Seo Rang.

Nie Lee meyakini bahwa, menghilangnya wanita itu bukanlah sebab Seo Rang menjadi gila. Akan tetapi sebaiknya, wanita itu telah menyadari ada sesuatu yang aneh pada pria ini. Sehingga, dia melarikan diri sebelum malapetaka menimpanya.

Seo Rang melenggang masuk tanpa memperdulikan peringatan Nie Lee. Pria itu benar-benar yakin bahwa istrinya berada di Perguruan Long Ji. Dia mencium
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   52. Di Penginapan

    "Perjalanan kita membutuhkan waktu satu hari satu malam. Dia akan membantu kita mencari penginapan saat perjalanan," ucap Jia Gong An. Padahal, Qu Cing bisa saja sampai lebih cepat ke Hutan Lembah Siluman Kera, hanya dalam waktu beberapa jam saja dengan terbang bersama sang tongkat sakti. Akan tetapi, dia tidak ingin lebih banyak orang mengetahui tentang dirinya. Tanpa bertanya lagi, mereka bertiga pun berangkat saat hari menjelang siang. Kaki mereka melangkah melewati kota Ni, menjelajah perkampungan Buluk, hingga akhirnya sampai di kota A sampai hari menjelang malam. "Ayahku membangun sebuah penginapan di dekat sebuah perkampungan bernama Koreng. Semua pegawainya mengenaliku. Aku akan memesan tiga kamar secara gratis untuk tempat kita bermalam," kata Du Bai. Kemudian, mereka mengikuti Du Bai hingga sampai ke sebuah bangunan yang cukup besar. Anak itu masuk ke dalam bangunan tersebut, sedangkan Qu Cing dan Jia Gong An menunggu di luar. Tak lama kemudian, Du Bai kembali dan berkat

    Last Updated : 2024-08-13
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   53. Teknik bayangan murni

    Teknik bayangan murni adalah sebuah teknik khusus yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan spiritual cahaya atau kegelapan. Ini merupakan teknik tingkat tinggi yang bisa dipelajari setelah seseorang mencapai ranah spiritual tingkat empat.Menyinkornkan kekuatan spiritual dengan tubuh, dan membentuk bayangan transparan dalam waktu tertentu. Kekuatan spiritual kegelapan, akan membentuk bayangan transparan hitam gelap. Sedangkan kekuatan spiritual cahaya, akan membentuk bayangan transparan putih terang.Belum sempat Qu Cing dan Du Bai bersembunyi, mereka dikejutkan oleh kehadiran pria botak berkulit hitam itu."Kami baru saja lewat hendak menuju ke kamar kami. Mengapa Anda begitu panik, Paman?" ucap Du Bai tampak tenang."Baru saja lewat? Benarkah?" Mata pria itu menyelidik."Tentu saja. Tidak ada alasan untuk kami terus berada di tengah jalan karidor seperti ini! Inu sudah malam, Paman. Kami sangat mengantuk." Anak itu menguap sambil salah satu tangannya memberi

    Last Updated : 2024-09-05
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   54. Mencari Jejak

    Drap! Drap! Drap!Qu Cing menyusul Jia Gong An dengan teknik gerakan cahaya kilat. Dia melihat jejak wanita itu mulai samar.Guru An tidak mungkin melewati Kota Tu, karena di sana telah di dominasi oleh kekuatan dari Klan Dhulam! Pikir Qu Cing.Anak itu berbelok ke arah tenggara, tepatnya ke sebuah kota bernama Al, sebelah timur kota Tu. Benar saja, Qu Cing melihat beberapa pengawal dari Klan Dhulam berjaga di perbatasan Kota Al dan Kota A. Dia berasumsi bahwa Jia Gong An telah melewati perbatasan."Mereka juga pasti telah mengepung Guru An dari perbatasan Lembah Siluman!" Qu Cing bergerak lebih cepat dari sebelumnya untuk mencari sang guru ke seluruh penjuru kota Tu hingga waktu pagi pun tiba."Aku harus menemukannya sebelum ia sampai ke perbatasan!" guman Qu Cing mulai lelah, haus, dan lapar. Ia terus berjalan ke arah selatan dengan wajah lesu. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. "Hei, Dik. Apa kau lapar?" tanya seorang lelaki muda, berambut perak, bermata biru dengan pakaian putih

    Last Updated : 2024-09-13
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   55. Belenggu penderitaan

    "Heh! Sangat mengganggu! Tangkap juga bocah itu!" perintah sang pemimpin klan kepada para bawahannya. Saat ketujuh pengikutnya bergerak, Jia Gong An menghadang mereka. "Langkahi dulu mayatku!" Matanya menyala membentangkan kedua tangan. Energi hijau keluar dari telapak tangan, terkumpul membentuk tumbuhan raflesia yang menyala. "The Power of Rafflesia!" Baaam! Tak disangka dirinya mampu memukul mundur ketujuh orang itu. 'Kesempatan bagus!' Jia Gong An melancarkan serangan lanjutan. Wanita itu merentangkan tangan. Lalu bergerak seperti seorang pemanah yang menarik busurnya. "Cactus thorns!" Syuuut syuuut syuuut! Lesatan cepat duri-duri kaktus yang tipis dan tajam mampu meremukan besi sekalipun dalam sekali hantaman. "Benar-benar merepotkan!" Sang pemimpin klan akhirnya turun tangan. Dia bergerak mengayunkan sebuah tinju bayangan. Energi hitam memutar spiral mengitari telapak tangannya. Dia melompat dan memblokir serangan Jia Gong An dengan mudah. Tidak berhenti di situ. Mata pr

    Last Updated : 2024-09-14
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   56. Shaka

    Sempat beberapa kali Qu Cing menahan dan menghantam rantai-rantai itu dengan tongkat saktinya. Namun itu sia-sia. Perbedaan kekuatan anak itu dan si botak bukanlah hal yang bisa digapai dalam sekejap."Sudah ku bilang, seharusnya kau pergi saja. Sekarang, semua malah menjadi semakin rumit. Jika kau pergi, kau tidak akan merasakan sakit seperti ini." Wajah Jia Gong An menengadah pasrah."Rasa sakit yang seperti ini, bukanlah apa apa bagiku, Guru. Aku bahkan, pernah merasakan rasanya berada di ujung kematian. Keadaan ini terjadi karena aku terlalu lemah. Aku sangat menyesali diri sendiri. Aku bahkan tidak bisa menahan satu serangan pun meski hanya sekejap saja." Qu Cing tertunduk sayu. "Maafkan aku, Guru!"Meskipun dalam keadaan tubuhnya yang kacau, Qu Cing masih tetap berusaha menyembuhkan diri agar tetap berada dalam kesadaran.Tiba-tiba ...PraaaaankFormasi pecah dan belenggu rantai pun hancur. Qu Cing dan Jia Gong An terbebas dan terjatuh.Di hadapan Qu Cing, muncul seorang pria mu

    Last Updated : 2024-09-17
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   57. Bocah tengik

    Beberapa saat sebelumnya, Du Bai melangkahkan kakinya di lembah siluman ular dengan tubuh gemetar. Pandangannya senantiasa waspada, campur sedikit kekhawatiran kalau-kalau ada sosok siluman ular yang menyerang.Dia sengaja melalui jalur yang berbeda melewati Kota Tu, agar Klan Dhulam tidak mencurigai pergerakannya.Meskipun rasa takut menghantui pikiran, dia tidak bisa mengabaikan masalah ini. "Huh! Di mana istana gua siluman ular?" keluh anak itu sembari menghembuskan napas lelah.Tiba-tiba, Du Bai mendengar suatu pertempuran di perbatasan. Dia mengecek sebentar dan melihat Qu Cing sedang meluncurkan tongkat saktinya ke arah si botak."Celaka! Kekuatan satu klan tidak bisa dianggap remeh! Aku harus segera bertindak!" Dengan langkah cahaya, Du Bai berkeliling menelusuri lembah siluman ular untuk mencari kediaman sang raja ular. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Teman," gumamnya.Pergerakan anak itu, tentu saja memicu perhatian para siluman ular yang melihatnya. "Apa yang sedang anak it

    Last Updated : 2024-09-18
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   58. Pertemuan yang tak terduga

    "Lima tahun? Ha ha ha! Bocah tengik sepertimu, apa yang kau tahu? Apa kau pikir menaklukan raja kegelapan adalah perkara yang mudah?" Nada bicaranya penuh dengan ejekan. Pemimpin Klan itu akhirnya berbalik berkacak pinggang berhadapan dengan Qu Cing. "Sepuluh tahun yang akan datang pun, belum tentu dia bisa menaklukannya. Bicaramu hanya omong kosong!"Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Qu Cing tersenyum tipis melihat punggung mereka yang semakin menjauh."Pak Tua bodoh! Cara berpikirnya begitu kolot dan sangat mudah dipengaruhi! Dia tidak sadar, bahwa dia telah dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri!" celetuk Raja Tham Fan berdiri di sisi Thai Qu Cing."Apa yang Anda maksud dengan dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri, Yang Mulia?" ujar Qu Cing mendongakkan kepala menatap pria tinggi di sisinya. Desiran angin menerpa rambut merah kecoklatan itu, membuat wajah tampannya semakin mempesona."Jika kau tertarik dengan Klan Dhulam, mungkin sesekal

    Last Updated : 2024-09-20
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   59. Generasi elit yang terdidik

    Jia Gong An adalah anak pertama dari walikota Al. Sosok gadis yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun. Menginjak usia 15 tahun, dia menuntut ilmu di Perguruan Long Lu, perguruan elit tingkat atas. Perguruan itu terletak di sebelah barat Kota Al dekat perbatasan Lembah Siluman.Saat gadis itu sedang serius berlatih menyendiri di hutan, tanpa sadar dia melewati perbatasan dan masuk ke Lembah Siluman Ular. "Sepertinya, aku sudah masuk terlalu jauh," gumamnya.Setelah sadar, Jia Gong An mencari jalan pulang dan bertemu dengan seorang gadis berambut putih seumurannya. Dia terlihat sedang duduk termenung menyembunyikan wajahnya diantara tumpukan tangan yang ia sandarkan di atas lutut.Gadis itu tampak menyadari keberadaan Jia Gong An. "Sudah ku bilang, kan. Aku tidak mau pulang sebelum Kakak mengizinkanku keluar dari perbatasan!" ujarnya masih dalam keadaan tertunduk tanpa melihat siapa yang hadir di sisinya.'Dia mengira bahwa aku adalah kakaknya?' Jia Gong An berjongkok di hadapannya

    Last Updated : 2024-10-01

Latest chapter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   105. Pernyataan yang mengejutkan

    Pou Cong tidak memberi Qu Cing kesempatan untuk bernapas. Begitu melihat bocah itu bangkit dengan tongkat bercahaya di tangannya, ia langsung mengayunkan tangannya ke depan.Wooosh!Semburan api melesat dari telapak tangannya, membentuk naga raksasa yang mengaum dan menerjang ke arah Qu Cing.Boom!Ledakan besar mengguncang arena, membuat para murid Klan Naar menjerit dan mundur lebih jauh. Asap hitam mengepul, menutupi seluruh area tempat Qu Cing berdiri.Pou Cong tersenyum dingin. "Kau boleh cepat, tapi kau bukan tandinganku, Bocah!"Namun, senyum itu seketika menghilang ketika sebuah bayangan tiba-tiba melesat dari dalam asap.Swish!Pou Cong nyaris tak sempat bereaksi saat cahaya oranye berkelebat di sisinya. Instingnya menendang masuk, dan ia segera berbalik, mengayunkan pukulan berapi ke arah bayangan itu.Boom!Udara di sekitarnya meledak akibat panas dari pukulannya. Namun, serangannya hanya mengenai udara kosong."Mustahil…" Pou Cong menyipitkan mata, mencoba mencari keberada

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   104. Melawan Pou Cong

    Angin berhembus pelan, membawa ketegangan yang semakin memuncak di halaman pelatihan Klan Naar. Para anggota klan yang menyaksikan pertarungan ini menahan napas mereka, mata mereka terpaku pada sosok kecil yang berdiri di hadapan pemimpin klan mereka.Pou Cong, seorang pria yang dikenal sebagai salah satu pengendali api terkuat, menatap Qu Cing dengan tajam. Ia sama sekali tidak menganggap serius bocah ini. Namun, saat Qu Cing berdiri dengan penuh percaya diri, sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa anak ini bukan lawan biasa."Jika kau benar-benar ingin menantangku, maka buat aku jatuh ke tanah hingga mengalami luka yang cukup serius."Kata-kata itu masih terngiang di udara ketika Qu Cing mulai bergerak.Wuussh!Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari pandangan!Pou Cong mengerutkan kening. Cepat!Tiba-tiba—Slash!Sebuah luka tipis muncul di bahu kanan Pou Cong, darah segar menetes ke tanah. Semua orang yang menyaksikan tersentak kaget.Pou Cong menggerakkan kepalanya dengan cepat,

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   103. Menghadapi Pou Cong

    Di halaman pelatihan kediaman Klan Naar, seorang gadis muda berlutut di tanah, tubuhnya gemetar penuh luka. Kulitnya penuh bekas cambukan, beberapa di antaranya masih berdarah. Setiap kali ia gagal dalam pelatihan, hukumannya tetap sama—seratus kali cambukan.Chin Cong tidak lagi terlihat seperti jenius yang dulu dibanggakan klannya. Matanya yang dulu bersinar penuh percaya diri kini suram dan hampa. Setiap hari adalah penderitaan, dan ayahnya, Pou Cong, tidak pernah menunjukkan belas kasihan.Pou Cong berdiri di atas panggung pelatihan, memegang cambuk panjang yang berlumuran darah. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. "Berdiri!" perintahnya. "Kau harus kuat. Seorang anak dari Klan Naar tidak boleh menunjukkan kelemahan!"Chin Cong berusaha berdiri, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Kakinya gemetar, dan ia terjatuh lagi.Pou Cong menghela napas, lalu mengangkat cambuknya. Namun, tepat sebelum cambuk itu menghantam tubuh Chin Cong—Whuuuuuus!Sebuah bayangan melesat dengan kecepatan luar bias

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   102. Jeritan

    Bau Ba Chin menatap Miao Meng dengan penuh rasa ingin tahu. “Bibi, apakah Anda orang tua Qu Cing?” tanyanya dengan nada hati-hati. Miao Meng tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Bau Ba Chin dalam-dalam, lalu menghela napas pelan. “Apa yang membuatmu berpikir begitu?” tanyanya balik. Bau Ba Chin melirik Qu Cing, lalu kembali menatap Miao Meng. “Energi penyembuhan itu… sangat mirip dengan miliknya. Dan cara Bibi memandangnya bukan sekadar seperti seorang kenalan.” Qu Cing diam saja. Dalam hatinya, ia juga merasakan hal yang sama. Entah kenapa, sejak pertama kali melihat Miao Meng, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa dekat dengan wanita itu. Miao Meng tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya ke langit. “Belum saatnya kalian tahu kebenarannya,” katanya dengan suara lembut. “Tapi aku berjanji, jika kau berhasil mencapai ranah spiritual tingkat sembilan, aku akan memberitahumu segalanya.” Qu Cing mengepalkan tangannya. Tingkat sembilan? Itu bukan hal yang mudah dicap

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   101. Apakah Anda orang tua Qu Cing?

    Suara Seo Rang terdengar serak, tetapi masih penuh dengan kesombongan. Ketika debu mulai mereda, sosoknya kembali terlihat.Tubuhnya penuh luka bakar akibat cahaya suci, kulitnya tampak hangus di beberapa bagian, dan tanduk kecil di kepalanya retak. Namun, matanya masih bersinar dengan keganasan yang tak surut."Menarik… sangat menarik…" Seo Rang menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, suara retakan tulang terdengar jelas. "Aku tidak mengira ada seseorang yang bisa menyerangku dengan cara seperti ini."Ia mengangkat tangan, jari-jarinya bergetar karena efek serangan sebelumnya. Namun, dalam hitungan detik, kegelapan kembali menyelimuti tubuhnya, menutupi luka-luka yang menganga.Kemudian, ia melirik sekeliling, mencoba mencari sosok Miao Meng, tetapi yang ia temukan hanyalah keheningan yang aneh.Alisnya berkerut. Ia yakin wanita itu ada di hadapannya beberapa saat lalu, dalam kondisi lemah dan nyaris tak bisa berdiri. Tidak mungkin ia bisa kabur begitu saja.‘Apa yang sebenarnya ter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   100. Sang Raja Tongkat

    Namun, Miao Meng sudah siap. Ia melompat ke samping, lalu dengan cepat menciptakan lapisan es tebal di sekelilingnya. Tombak itu menghantam es dengan keras, tetapi tidak langsung menembus.Miao Meng mendarat ringan di atas salah satu pilar es, lalu mengangkat satu tangan ke udara. Udara di sekitar mereka menjadi semakin dingin. Salju turun lebih deras, dan napas Seo Rang mulai mengembun.“Jangan meremehkanku,” ucapnya pelan.Dalam sekejap, badai salju menerjang. Angin es berputar liar, menutupi pandangan Seo Rang.Pria itu menyipitkan mata, lalu menyebarkan kegelapan dari tubuhnya, mencoba menyingkirkan salju itu. Namun, Miao Meng sudah berada di belakangnya, menciptakan bilah es yang lebih besar dan lebih tajam.“Serangan yang bagus,” Seo Rang berkata tanpa menoleh. “Tapi masih belum cukup.”Ia berbalik dengan cepat, menangkap bilah es itu dengan tangannya yang berselimut cahaya. Dalam sekejap, bilah es itu retak dan hancur berkeping-keping.Miao Meng terkejut, tetapi ia tidak menunj

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   99. Seo Rang vs Miao Meng

    "Pria itu hanya akan mengejar satu orang dalam satu waktu! Jika kita tetap bersama, ini hanya mempermudahnya menangkap kita semua sekaligus!" jelas Qu Cing.Miao Meng menggertakkan giginya. Ia tahu pernyataan itu memang ada benarnya. Namun, meninggalkan Qu Cing sendirian dengan pria seperti Seo Rang bukanlah pilihan yang baik.Qu Cing akhirnya membuat keputusan. "Aku akan menjadi umpan!" ujarnya tiba-tiba.Miao Meng tersentak. "Apa? Tidak, kau tidak bisa—""Sepertinya, dia lebih menginginkan kematianku dari pada menangkap Anda kembali, Bibi! Jika aku pergi ke arah lain, dia pasti akan mengejarku! Gunakan kesempatan itu untuk kabur!"Miao Meng tampak ragu. Matanya menatap anak itu dengan kebimbangan yang dalam."Percayalah padaku, Bibi!" Qu Cing menegaskan.Wajah Bau Ba Chin berkerut. "Tapi, ini akan sangat beresiko untukmu."Miao Meng menghentikan langkahnya. Napasnya memburu, bukan karena kelelahan, tetapi karena gejolak dalam hatinya yang tak bisa ia abaikan. Sementara itu, Qu Cing

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   98. Kejar-kejaran

    Bau Ba Chin membuka matanya kembali. Kali ini, warna bola matanya berubah menjadi hitam pekat, memancarkan aura kelam yang begitu menakutkan.Dengan satu gerakan tangannya, kabut hitam mulai membubung dari tanah, merayap ke setiap celah di hutan. Kegelapan itu bukan sekadar bayangan, melainkan energi yang mampu menghisap cahaya, menipu mata, dan membingungkan panca indera.Para pengawal yang mengejar Qu Cing dan Miao Meng langsung tersendat. Kabut hitam itu seperti makhluk hidup, menjerat kaki mereka, membelit tubuh mereka, dan menarik mereka ke dalam kekosongan."A-Apa ini?!" salah satu pengawal berteriak, mencoba menebas kegelapan dengan pedangnya, namun usahanya sia-sia. Semakin ia berusaha, semakin dalam ia terjebak.Di kejauhan, Qu Cing menoleh ke belakang dan melihat pemandangan itu. Ia tahu bahwa ini adalah ulah Bau Ba Chin."Terima kasih, Bau Ba Chin..." gumamnya dalam hati.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sebuah cahaya keemasan tiba-tiba bersinar dari dalam kabut. S

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   97. Si pria gila misterius

    Qu Cing mengeraskan rahangnya. Jari-jarinya mengepal, matanya menatap lurus ke arah sangkar cahaya yang menahan Miao Meng. Ia tahu, satu-satunya cara untuk membebaskan wanita itu adalah dengan menggunakan kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya—kekuatan yang belum pernah ia gunakan dalam pertempuran besar. Tanda Matahari.Sebuah lambang berbentuk matahari terukir di telapak tangan kanannya sejak ia kecil. Ia tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ia selalu merasakan energi aneh yang mengalir dalam simbol itu. Sang tongkat sakti pernah berkata bahwa tanda ini mampu melahap cahaya, panas, dan melenyapkan kegelapan.Hingga kini, ia belum pernah menggunakannya dalam skala besar. Namun, tidak ada waktu untuk ragu.Qu Cing melompat turun dari pohon dengan gesit, mendarat di tanah dengan ringan. Ia segera membentangkan telapak tangan kanannya ke arah sangkar cahaya yang mengurung Miao Meng."Lahap!"Begitu kata itu terucap, tanda matahari di telapak tangannya mulai berpendar. Dalam sekejap, se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status