Beranda / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / 55. Belenggu penderitaan

Share

55. Belenggu penderitaan

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-14 06:40:32
"Heh! Sangat mengganggu! Tangkap juga bocah itu!" perintah sang pemimpin klan kepada para bawahannya.

Saat ketujuh pengikutnya bergerak, Jia Gong An menghadang mereka. "Langkahi dulu mayatku!" Matanya menyala membentangkan kedua tangan. Energi hijau keluar dari telapak tangan, terkumpul membentuk tumbuhan raflesia yang menyala. "The Power of Rafflesia!"

Baaam!

Tak disangka dirinya mampu memukul mundur ketujuh orang itu. 'Kesempatan bagus!' Jia Gong An melancarkan serangan lanjutan.

Wanita itu merentangkan tangan. Lalu bergerak seperti seorang pemanah yang menarik busurnya.

"Cactus thorns!"

Syuuut syuuut syuuut!

Lesatan cepat duri-duri kaktus yang tipis dan tajam mampu meremukan besi sekalipun dalam sekali hantaman.

"Benar-benar merepotkan!" Sang pemimpin klan akhirnya turun tangan. Dia bergerak mengayunkan sebuah tinju bayangan. Energi hitam memutar spiral mengitari telapak tangannya. Dia melompat dan memblokir serangan Jia Gong An dengan mudah.

Tidak berhenti di situ. Mata pr
Donat Mblondo

lagi semangat nulis nih. ayo tinggalkan jejak biar Author tambah semangat. semoga dimudahkan dan selalu diberi kelancaran ide.

| 1
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Manggala Putra
nih tak kasih hadiah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   56. Shaka

    Sempat beberapa kali Qu Cing menahan dan menghantam rantai-rantai itu dengan tongkat saktinya. Namun itu sia-sia. Perbedaan kekuatan anak itu dan si botak bukanlah hal yang bisa digapai dalam sekejap."Sudah ku bilang, seharusnya kau pergi saja. Sekarang, semua malah menjadi semakin rumit. Jika kau pergi, kau tidak akan merasakan sakit seperti ini." Wajah Jia Gong An menengadah pasrah."Rasa sakit yang seperti ini, bukanlah apa apa bagiku, Guru. Aku bahkan, pernah merasakan rasanya berada di ujung kematian. Keadaan ini terjadi karena aku terlalu lemah. Aku sangat menyesali diri sendiri. Aku bahkan tidak bisa menahan satu serangan pun meski hanya sekejap saja." Qu Cing tertunduk sayu. "Maafkan aku, Guru!"Meskipun dalam keadaan tubuhnya yang kacau, Qu Cing masih tetap berusaha menyembuhkan diri agar tetap berada dalam kesadaran.Tiba-tiba ...PraaaaankFormasi pecah dan belenggu rantai pun hancur. Qu Cing dan Jia Gong An terbebas dan terjatuh.Di hadapan Qu Cing, muncul seorang pria mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   57. Bocah tengik

    Beberapa saat sebelumnya, Du Bai melangkahkan kakinya di lembah siluman ular dengan tubuh gemetar. Pandangannya senantiasa waspada, campur sedikit kekhawatiran kalau-kalau ada sosok siluman ular yang menyerang.Dia sengaja melalui jalur yang berbeda melewati Kota Tu, agar Klan Dhulam tidak mencurigai pergerakannya.Meskipun rasa takut menghantui pikiran, dia tidak bisa mengabaikan masalah ini. "Huh! Di mana istana gua siluman ular?" keluh anak itu sembari menghembuskan napas lelah.Tiba-tiba, Du Bai mendengar suatu pertempuran di perbatasan. Dia mengecek sebentar dan melihat Qu Cing sedang meluncurkan tongkat saktinya ke arah si botak."Celaka! Kekuatan satu klan tidak bisa dianggap remeh! Aku harus segera bertindak!" Dengan langkah cahaya, Du Bai berkeliling menelusuri lembah siluman ular untuk mencari kediaman sang raja ular. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Teman," gumamnya.Pergerakan anak itu, tentu saja memicu perhatian para siluman ular yang melihatnya. "Apa yang sedang anak it

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   58. Pertemuan yang tak terduga

    "Lima tahun? Ha ha ha! Bocah tengik sepertimu, apa yang kau tahu? Apa kau pikir menaklukan raja kegelapan adalah perkara yang mudah?" Nada bicaranya penuh dengan ejekan. Pemimpin Klan itu akhirnya berbalik berkacak pinggang berhadapan dengan Qu Cing. "Sepuluh tahun yang akan datang pun, belum tentu dia bisa menaklukannya. Bicaramu hanya omong kosong!"Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Qu Cing tersenyum tipis melihat punggung mereka yang semakin menjauh."Pak Tua bodoh! Cara berpikirnya begitu kolot dan sangat mudah dipengaruhi! Dia tidak sadar, bahwa dia telah dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri!" celetuk Raja Tham Fan berdiri di sisi Thai Qu Cing."Apa yang Anda maksud dengan dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri, Yang Mulia?" ujar Qu Cing mendongakkan kepala menatap pria tinggi di sisinya. Desiran angin menerpa rambut merah kecoklatan itu, membuat wajah tampannya semakin mempesona."Jika kau tertarik dengan Klan Dhulam, mungkin sesekal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   59. Generasi elit yang terdidik

    Jia Gong An adalah anak pertama dari walikota Al. Sosok gadis yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun. Menginjak usia 15 tahun, dia menuntut ilmu di Perguruan Long Lu, perguruan elit tingkat atas. Perguruan itu terletak di sebelah barat Kota Al dekat perbatasan Lembah Siluman.Saat gadis itu sedang serius berlatih menyendiri di hutan, tanpa sadar dia melewati perbatasan dan masuk ke Lembah Siluman Ular. "Sepertinya, aku sudah masuk terlalu jauh," gumamnya.Setelah sadar, Jia Gong An mencari jalan pulang dan bertemu dengan seorang gadis berambut putih seumurannya. Dia terlihat sedang duduk termenung menyembunyikan wajahnya diantara tumpukan tangan yang ia sandarkan di atas lutut.Gadis itu tampak menyadari keberadaan Jia Gong An. "Sudah ku bilang, kan. Aku tidak mau pulang sebelum Kakak mengizinkanku keluar dari perbatasan!" ujarnya masih dalam keadaan tertunduk tanpa melihat siapa yang hadir di sisinya.'Dia mengira bahwa aku adalah kakaknya?' Jia Gong An berjongkok di hadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   60. Iblis hitam

    Sementara itu, di perbatasan menuju lapisan kedua Lembah Siluman, Qu Cing diikuti oleh Du Bai bersembunyi di balik semak-semak. Sosok makhluk-makhluk bertanduk dengan sekujur tubuh berwarna hitam, secara membabi buta memporak porandakan Lembah Siluman Kera. "Ha ha ha! Menyerahlah kalian, dan tunduklah kepada kami! Aku akan menjadi pemimpin kalian yang baru!" seru Go Dong begitu percaya diri. "Ckck. Kematian Sun Ji Gong adalah kebangkitan kami. Ingin berkuasa di sini? Kau harus mampu membunuhku dulu, Pangeran Kecil!" balas Lu Tung. Mereka pun bertarung adu kekuatan. Pasukan siluman kera juga tak mau kalah. Mereka yang telah mendapat ajaran ilmu spiritual tentu saja sangat bersemangat. Mayoritas para siluman kera memiliki kekuatan spiritual angin, kecuali satu kera kecil yang ditugaskan untuk meminta bantuan. Kabarnya, si kecil itu baru saja memunculkan inti spiritual cahaya seperti milik Sun Ji Gong. Sesuatu hal yang sangat mengejutkan bagi Pangeran Go Dong. Makhluk itu hampir menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   61. Raja Iblis Hitam

    'Di-dia ...' Mata Ghen Dong menyipit tajam menatap seorang bocah yang berdiri gagah menangkis serangannya. Makhluk itu merasa tidak asing. 'Tongkat sakti itu ...' Sang iblis mengingat, bahwa ia pernah menjumpainya sebelum ini. Pikirannya terus menjelajah hingga menemukan suatu ingatan yang tak terlupakan. "Heh, dia adalah anak itu!" gumam Ghen Dong sedikit menyunggingkan senyum. "Anak yang pernah menggagalkan rencanaku saat hendak menguasai tubuh Kaktius Berdu Rhi sepenuhnya." Giginya menekan, tangannya menggerakkan jari secara perlahan mengepal. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi tawa, ketika mata Ghen Dong tertuju pada sebuah tongkat sakti milik Sun Ji Gong. "Pfffft! Ha ha ha ha! Benar-benar lucu, mereka menggangkat anak kecil sepertimu menjadi raja mereka, hanya karena kau memegang tongkat Sun Ji Gong?" ejeknya. Qu Cing hanya tersenyum simpul menanggapi ejekannya. Dia juga mendapat informasi dari sang tongkat sakti bahwa iblis yang di hadapannya saat ini adalah soso

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   62. Kekuatan sang puteri ular

    Tubuh Du Bai mulai kaku, mati rasa seperti mayat. Sementara itu, di alam bawah sadarnya, jiwanya tergantung melayang, tertusuk beberapa jarum hitam raksasa yang mengeluarkan asap hitam menggumpal. Anak itu sangat memahami kondisinya saat ini. Serpihan jiwanya tertunduk dengan wajah lesu tak berdaya. dia benar-benar sudah merasakan berada di ambang kematian.Namun, tiba-tiba suara seseorang yang ia kenal menggema dalam ruang kosong yang penuh kehampaan itu. "Bertahanlah, Du Bai! Aku akan menyelamatkanmu!"Mendengar suara tersebut, Du Bai menyunggingkan bibirnya. "Kalaupun aku mati saat ini juga, aku tidak akan pernah menyesali perbuatanku!"Beberapa saat kemudian datanglah sekumpulan cahaya hijau menghampiri jiwa Du Bai. Cahaya tersebut seperti menarik jarum-jarum yang menancap pada dirinya, sehingga jiwa anak itu akhirnya terbebas dari penderitaan.Lalu, secara ajaib cahaya tersebut bahkan memberi kekuatan pada jiwa Du Bai, memulihkan jiwanya dan menghempaskan jarum-jarum itu keluar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   63. Kekalahan Raja Tham Fan

    Sebenarnya, kekuatan Raja Tham Fan dan Raja Gran Dong cukup seimbang. Namun, muslihat sang raja iblis, terasa begitu nyata sehingga membuat Tham Fan berada dalam kebimbangan. Pikirannya, dikacaukan oleh ilusi. Saat Raja Tham Fan menyerang Gran Dong dengan kekuatan penuh, tiba-tiba di hadapannya muncul sosok yang mirip dengan adiknya. Sehingga serangannya seolah-olah mengenai sang adik sampai terjatuh berlumur darah. Tham Fan terperangah, pandangannya terpaku pada sosok mirip Harha Fan yang berlumur darah. Rasa bersalah dan kebimbangan menghimpitnya. "Kenapa, Rhara? Mengapa kau ada di sini?" Tham Fan berbicara dengan suara terputus. Sosok itu menatapnya dengan mata penuh kesedihan. "Kakak, aku tidak mengerti. Apakah aku salah? Apakah aku tidak cukup baik bagi Kakak?" Tham Fan merasa hatinya tercabik. Ia mencoba mendekati sosok itu, namun kaki-kakinya terasa berat seperti terikat. "Tidak, Rhara! Aku tidak bermaksud melukaimu!" teriak Tham Fan. Raja Gran Dong tertawa, suaranya mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   81. Ikatan angin

    Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   80. Keadaan Klan Hawa

    “Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-may

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   79. Kabar serangan Tao Cang

    Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   78. Teknik Shi Lau

    Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   77. Tongkat raksasa

    Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   76. Tumbal

    Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   75. Bersatu dengan raja kegelapan

    'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   74. Menundukkan raja kegelapan

    Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   73. Kelemahan ksatria bayangan

    Kedua ksatria bayangan itu, maju sekaligus menyerang Qu Cing. “Ternyata kau, cukup berkemampuan juga. Tapi, tetap saja kau hanyalah seorang anak bau tengik yang baru beranjak dewasa. Rasakan ini!” ucap salah satu dari mereka.Si ksatria yang pertama itu melangkah dengan gerakan seribu bayangan, melangkah cepat ke arah Qu Cing sembari kedua tangannya menciptakan dua belati dalam genggamannya. Sorot matanya, seperti elang yang sedang menerjang ingin menerkam mangsa.Ksatria bayangan yang lain, mengekor temannya dengan gerakan yang sama. Dia menerbangkan belati bayangan mengiringi mereka.“Berhati-hatilah, Tuanku. Ini adalah teknik tikaman bayangan,” kata sang tongkat sakti.“Bergerak dengan seribu bayangan untuk mengacaukan musuh, lalu menikam dengan pasti? Kalian berhadapan dengan orang yang salah!” Mata Qu Cing yang telah meningkat ketajamannya mengetahui bahwa kelemahan para ksatria bayangan adalah pada kakinya.Anak itu melihat setiap gerakan demi gerakan secara detail dan sangat li

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status