Setelah seminggu liburan, hari ini adalah kepulangan mereka kembali ke rumah. Selama di pantai sudah banyak yang mereka lakukan dan itu menyenangkan. Mereka benar-benar menikamti liburan yang sesungguhnya. Apalagi Deon dan Adel yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih. Begitu juga dengan Deon yang sudah puas menghabiskan waktu bersama gadis pantai.Oliv dan Belina juga senang. Mereka sama-sama lebih banyak di rumah daripada keluyuran, anggap saja anak rumahan. Lalu bagaimana dengan Kalea dan Elkan? Mereka menikmati liburan dengan banyak drama. "Sebelum pulang ke rumah gimana kalau kita cari makan dulu pinggir jalan?" usul Kalea sambil menoleh ke "Terus yang lain gimana, Kak?""Udah aku chat tadi. Mereka mau langsung pulang ke Jakarta, jadi kita cari makan dulu, ya. Aku laper banget."Belina mengangguk setuju. "Kak Elkan denger gak?" "Iya denger. Apa, sih, yang enggak buat dua princess ini."Kalea dan Belina terkikik di belakang sana. Elkan mendengus sebal, karena saat ini
Hari ini Kalea pergi ke butik seperti biasanya. Akhir-akhir ini dia mendapat banyak tawaran kerja sama bahkan dari orang-orang ternama. Kalea sendiri yang menangani semuanya menggantikan sang Ibu. Vita sendiri sudah sangat percaya pada anaknya. "Gimana liburannya, Kal?" tanya Mia yang datang dengan beberapa lembar kertas di tangannya."Seru. Mungkin lain kali Mbak Mia hatus ikut. Jadi gak mumet terus liat kerjaan numpuk," balas Kalea tertawa."Gak bisa aku. Sebenernya aku mau ambil cuti nanti untuk acara pernikahan aku."Kalea mengentikan gerak tangannya yang menulis di kertas. "Loh, Mbak mau menikah? Kapan?""Dekat-dekat ini. Tapi kalau tanggalnya bekum pasti."Kalea mengangguk paham. Pasti akan repot jika Mia tidak masuk kerja untuk sekarang. Bahkan Mamanya cerita selama dia liburan, butik agak kerepotan. Hanya ada Vita dan Mia yang menjaga dan harus mendisain secepat dan sebagus mungkin. Karena tentunya selera orang berbeda-beda. "Kamu sendiri kapan menikah? Pak Elkan kelihatanny
"Beb, aku sama Belina mau pulang ke rumah orang tua. Aku bisa titip Molly sama kamu? Mungkin kita pulang besok, jadi kalau Molly kita bawa pasti repot diperjalanan."Kalea menggaruk kepalanya yang tak gatal. Menatap anjing di depannya yang duduk dengan kalung mengikat di leher. Ayolah kenapa dia harus sebenci ini pada hewan itu? Tidak semua anjing akan berakhir mengigitnya, kan?"Kakak tenang aja. Molly ini gak akan ganggu kak Kalea. Cukup dikasih makan pasti anteng," kata Belina."Tapi bener, kan, besok udah balik lagi?""Iya, lah. Aku juga gak mau lama jauh-jauh dari kamu, Beb."Kalea mencibik pelan dan memandang Elkan yang tersenyum menggoda ke arahnya. Tidak bisakah pria itu berhenti merayunya? Dia terlihat seperti remaja puber yang baru jatuh cinta. Sungguh, Elkan tidak terlihat seperti pria dewasa saat di depannya."Eh, malah gombal. Ayo, Kak, kita pergi sekarang," kata Belina menarik-narik baju Elkan."Sebentar." Elkan menutup kedua mata samg adik dan mencuri sebuah kecupan bib
Kalea berdiri di balik pintu kamar sambil menyandarkan tubuhnya, setelah mematikan musik radio0. Detak jantungnya terasa begitu cepat. Kenapa orang itu datang saat Kalea benar-benar sendiri di rumah. Seolah dia mengetahui segalanya. Siapa mereka, dan apa maunya? Yang jelas mereka tidak satupun mengambil barang di rumah.Cuaca di luar yang hujan membuat kesan horor. Kalea takut orang-orang itu berencana membunuhnya. Susana memang mendukung Kakea berpikir negatif. Entah bagaimana Tuhan membuat malam ini dibuat tyrun hujan dengan suara gemuruh langit.Dari balik pintu Kalea menempelkan kupingnya untuk mendengar orang di luar sana. Terdengar suara langkah kaki menaiki tangga. Karena kamarnya tidak kedap suara jadi Kalea bisa mendengar suara di luar kamar."Yang mana kamarnya?" terdengar suara seseorang seperti pria tua, namun suara berbisik."Waktu itu kamarnya yang ini. Tapi kenapa sepi sekali ya?""Bodoh! Mungkin dia gau kita ada di sini. Sekarang kita harus ceoat bawa dia pergi."Kalea
"Jadi begitu ceritanya, Tan, Om," jelas Adel pada kedua orang tua Kalea.Saat mereka datang pintu rumah tidak terkunci, dan pas bunga di depan rumah juga jatuh. Seolah baru saja terjadi sesuatu. Namun saat mereka masuk yang dilihat justru Adel. Sedangkan Kalea sudah tertidur di kamar karena kelelahan."Ya Tuhan, ini gara-gara aku tinggal Kalea sendiri di rumah, Mas. Harusnya aku gak pergi. Padahal aku tau sebelumnya ada yang pernah berniat buruk sama anak kita," ucap Vita pada sang suami."Gak ada yang perlu di salahkan. Adek, terima kasih kamu sudah menolong Kalea. Jadi dia sedang tidur sekarang?"Adel mengangguk kecil. "Iya, Om. Kalea sempat kehujanan mungkin dia cape.""Kalau begitu kita mau lihat kondisi Kalea dulu. Kamu bisa menginap malam ini.""Kayaknya Adel pulang aja, Tan. Sebentar lagi pulang, sekalian nunggu Deon yang ngejar penjahat itu. Nanti kalau ada info aku kabarin. Besok aku ke sini lagi sama Oliv."Mereka berdua mengiyakan dan kembali berterima kasih. "Yasudah, kamu
"Siapa yang telepon?" tanya Kalea setelah Elkan mematikan ponselnya. Pria itu berbalik dengan rshang yang mengeras. Terlihat bahwa Elkan sedang marah sekarang. "Aku harus pergi sebentar, nanti balik lagi ke sini." "Siapa yang telepon? Lo udah tau pelakunya?"Elkan menghela nafas sesaat. "Jonan udah tau, jadi sekarang aku mau ketemu sama orangnya. Kamu tunggu di sini, oke?""Gue mau ikut," jawab Kalea cepat.Ini menyangkut dirinya juga. Kalea ingin tau siapa yang melakukan seperti ini padanya. Dia harus melihatnya sendiri untuk menanyakan apa masalah mereka? Kalea tidak mau Elkan atau bahkan orang tuanya yang menyekesaikan masalah ini sendiri. Melihat Kalea yang hendak turun dari ranjang membuat Elkan cepat menahannya. "Kamu lagi sakit. Biar aku yang urus semuanya.""Gak mau. Gue mau liat sendiri, El. Gue pengen liat pelakunya.""Jangan keras kepala, Kalea! Saya gak mau kamu kenapa-napa." Elkan mulai merubah intonasi menjadi tegas. Dia tak mau terjadi hal buruk pada Kalea. Namun sep
Kalea masih menunggu jawaban dari wanita di depannya. Sekarang dia bisa menebak kenapa Airin melakukan semua ini padanya. Dia pasti masih tidak terima Kalea menggantikan posisinya. Lagipula, siapa yang terima jika kekasihnya direbut? Walaupun secara pandangan Kalea tidak merebutnya langsung."Aku mau kamu tau, kalau Elkan cuma punyaku," kata Airin menatap Kalea. "Jadi akhiri hubungan kalian, karena aku yang pantas bersanding sama Elkan. Bukan kamu!"Kalea bersedekap dada, tak mau kalah. "Lebih baik tanya Elkan. Dia pilih siapa? Aku gak akan paksa dia suka sama aku.""Beb, aku pilih kamu lah," kata Elkan tanpa ragu. See? Tidak perlu repot-repot berdebat.Airin berdecih. "El, aku tau hubungan kalian pura-pura. Ada orang yang ngasih aku rekaman kalau cewek ini bilang hubungan kalian palsu. Jujur aja. Atau aku bisa bilang sama semua orang kalau kalian penipu!"Tunggu sebentar. Airin bilang kalau dia tau hubungan Kalea dan Elkan palsu dari seseorang. Kalea sendiri tak menceritakan masalah
Pagi ini Kalea bangun dengan tubuh yang terasa lebih segar. Setelah kemarin minum obat dan istirahat seharian. Namun kali ini rasanya dia benar-benar sudah sembuh. Mungkin hanya tinggal menyisakan sedikit pusing, tapi itu masih bisa di tangani.Kalea berjalan menuju dapur dimana Ibunya sedang memasak. Ia berjalan menghampirinya dan memeluk dari belakang. Vita yang terkejut langsung menoleh. Wanita itu menghela nafas saat melihat sang anak yang bergelayut manja. "Kamu udah sembuh?""Udah. Makasih, ya, Mama udah jagain aku semalaman. Papa juga sampai tidur di sofa. Padahal aku udah besar," kata Kalea meletakan dagu di pundak sang Ibu."Bagi Mama sama Papa, kamu ini tetap putri kecil untuk kita. Bahkan disaat kamu sudah menikah nanti, punya anak, kamu tetap anak Mama sama Papa."Kalea tersenyum dan kembali memeluknya sesaat. Dia bersyukur terlahir sebagai anak dari kedua orang tuanya. "Kalau aku punya anak nanti, aku mau jadi orang tua seperti Mama. Pasti anak aku seneng banget punya Ib