Share

Pemain Bola

Author: Dianti W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Benar saja, keesokan harinya, Mbak Kiki kembali ke rumahku dengan dandanan rapi. Tangannya menggandeng Azriel dan menenteng sebuah bungkusan besar. Rengginang dan peyek barangkali. Aku sengaja menutup rapat semua pintu rumah setelah suamiku berangkat kerja. Tapi sialnya saking buru-burunya, aku malah lupa mengunci pagar. Hanya menutup rapat saja. Alamatlah, si Nyonya Meneer bisa masuk dan gedor-gedor pintu. Aku dan Davi sudah sepakat untuk bersembunyi di kamar depan, dan tak bersuara agar Mbak Kiki tak curiga.

“Riniii ….” Jelas saja aku tak akan menyahut.

“Kamu kemana Riiin?”

“Duuh, gak ada orang kali, ya?” Pasti sekarang dia lagi cari-cari celah buat ngintip. Hihihi.

“Pelgi kali, Nyak. Kita naik ojek aja la Nyak.” Terdengar suara anaknya menyahut.

“Oh, jangan! Lebih baik pinjem motor N-Cox nya Davi aja biar gaya, pan kite mau pamer,”

Asmirandah, kurang asem kamu ya! Pengen bergaya tapi gak mau keluar biaya!

“Olangnya gak ada Nyak. Ayok lah naik ojek aja,” rengek Azriel.

“Kaga muat, N
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Sukiyem ditinggal di pasar

    Sukiyem ditinggal di pasarHari ini aku menunggu Kang Sayur, tapi kok masih belum lewat-lewat juga ya? Ah, kayaknya harus ke pasar, nih. Aku keluarkan si N-Cox, pakai masker dan helm, kemudian pelan-pelan aku starter si N-Cox setelah Davi aman duduk di boncengan. Ketika sudah menyala, gas poll. Bener saja, ada suara tanpa wujud yang segera menyadari keterburuanku untuk menghindarinya.“Riiin ….”Mau tak mau aku mengerem motor, dan berpaling mencari wujudnya si Nyonya Meneer.“Apaan?”“Mau kemane, lu? Buru-buru amat?” ujarnya tergopoh-gopoh menghampiriku.“Ke pasar,”“Ikut, dong!”“Gak muat, Mbak.”“Muat!” tanpa tedeng aling-aling dia langsung saja naik ke boncengan motor. Membuat Davi sedikit terjepit karena posisinya di tengah.“Mah, kok gajah bisa naik motor, sih?” Davi meringis karena terjepit.“Hush! Anak kecil! Tante bukan gajah,”“Terus apa?” tanya Davi.“Induknya gajah, bwahahahaha. Jalan, Rin!”“Eh, Cempluk! Anakmu kau tinggal?” ujarku mengingatkan.“Tenang, ada Bapaknye. Udeh

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kriting Syebel

    Kriting SyebelHari ini Davi berulang tahun yang ke-4. Aku sudah menyiapkan acara keluarga. Hanya keluarga. Memasak makanan dan menyiapkan sebuah tart yang aku pesan dari toko kue yang terkenal enak. Rencananya aku juga akan mengundang beberapa teman Davi di lingkungan rumah untuk ikut makan bersama. Hanya makan bersama dan bagi-bagi kue saja, tidak ada acara tiup lilin apalagi pakai balon-balon. Ribet. Lagipula aku tak suka balon, seram.Keluarga dari suami dan keluargaku semuanya berkumpul. Kami bercengkrama dan bercanda. Jarang-jarang bisa berkumpul seperti ini, karena kesibukan masing-masing. Davi sangat senang mendapat kado dan hadiah dari Oma, Opa, Nenek, Kakek, Tante, dan Om nya. Namanya anak kecil, diberi hadiah sederhana saja pasti sudah sangat senang.Setelah selesai berdo’a dan makan bersama, beberapa saudara membantuku mencuci piring-piring kotor. Menjelang sore akhirnya semua keluarga kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Davi yang sedang asik membuka bungkusan kado-

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kurang Sajen

    Kurang SajenPagi-pagi, setelah Mas Hadi berangkat bekerja, aku masih asyik di halaman membersihkan dedaunan kering bunga bougenville yang berguguran. Bunyi suara sapu lidi yang aku gunakan seperti sinyal yang memanggil-manggil bagi makhluk dari galaksi andromeda. Benar saja, nongol!“Hay, Rin!” Dia menyapa dengan gaya kemayu.“Pagi-pagi tumben udah mandi, udah dandan lagi?”“Iya, dong! Kan udah ikut kelas makeUp online. Kudu cepet bangunnya biar gak ketinggalan siaran langsung di grup.”“Ooh, langsung dipraktekin, gitu?”“Ya iya, lah! Nih, hasilnya. Bagus, kan?” ujarnya sambil memajukan wajahnya dan celingukan memamerkan hasil riasan wajahnya. Wajahnya diberi polesan yang terkesan menor. Warna bedak juga tak sesuai dengan warna kulit aslinya. Belum lagi contouring yang terlalu tebal. Wajahnya terlihat kelewat tirus.“Bagus. Lumayan, lah. Daripada dirimu ngelungker aja tiap pagi. Cuma, kasih saran dikit, ya. Itu contouring nya jangan terlalu tebal. Mukamu gak cocok kalau kelihatan tir

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Balada Ultah Azriel

    Balada Ultah AzrielHari ini suami si Mbak Kiki kayaknya ada di rumah. Tapi tumben, dia malah keluar rumah. Tak seperti biasanya. Dia menghampiriku yang sedang berjongkok mencabut rumput-rumput kecil dalam pot bunga di halaman.“Rin, nih!” ujarnya sambil memberikan secarik kertas undangan ulang tahun anak-anak.“Apaan, nih, Mbak? Anakmu ultah?” tanyaku heran. Setahuku, dari penuturannya dahulu, jarak umur Azriel dan Davi sekitar enam atau tujuh bulan. Mengapa dia mengadakan acara ultah beberapa hari setelah ultah Davi?“Iya, dong! Emangnya anakmu aja yang bisa ultah?” jawabnya jumawa.“Bukannya dulu kamu bilang anakmu lahirnya akhir tahun, ya?”“Emang, tapi lagi pengen ultah sekarang aja!”“Bwahahahaha … Ultahnya dimajuin?” Dia hanya mengangkat sebelah alisnya melihatku tertawa. Aneh banget nih emak-emak.“Emang kenapa?” tanyanya sewot.“Kasian anakmu, Mbak! Tua sebelum waktunya! Wakakakakak ….”“Kok elu malah ketawa-ketawa, sih?” ujarnya sebal.“Ya lucu aja, Mbak. Gara-gara anak tet

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Tukang Ngupil

    Telor GratisSetelah prahara ultah anaknya yang gagal total meraup kado, Mbak Kiki jadi semakin jutek kalau ketemu. Hahaha, aku maklumi saja, lah. Makhluk sejenis Mbak Kiki ini memang absurdnya udah akut, bukan tingkat kecamatan apalagi kabupaten, udah level luar angkasa. Hahahaha. Semoga saja tak ditabrak asteroid.Seperti hari ini, tak sengaja aku melihatnya duduk termenung di teras rumahnya sendiri. Kebetulan aku sedang ada perlu hendak ke rumah Mbak Devi, mau meminta daun salam yang tumbuh subur di tepi pagar rumahnya.“Ngapain menung-menung di situ sendirian, Mbak? Ntar kesambet, lho.”“Lagi cari ilham!” jawabnya ketus.“Cari ilham? Emang mau ngapain kok kudu dapet ilham?”“Mau tau aja, lu! Nah, tuh si Ilham! Ilham, ck ck ck ck ck ck.” Dia memanggil seekor kucing belang hitam putih yang kebetulan lewat dekat kakiku.“Owalah, ternyata Ilham nama kucing? Sejak kapan melihara kucing? Biasanya berantem mulu ama kucing?”“Biar jadi lawan berantemnya si Udin!” ujarnya sewot.“Hahaha, U

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Telur Gratis

    Telor Gratis.Setelah kejadian Mbak Kiki kecemplung parit, sudah hampir satu minggu dia tak muncul ke rumahku. Mungkin memang harus kecemplung parit dulu baru dia insyaf. Kalau tahu begitu, mengapa tak sejak dulu saja kau diceburin ke got, Mbak? Hahaha jahat banget ya aku?Semoga saja hari ini pun dia tak muncul. Karena aku sedang sibuk di kebun mini untuk menyemai beberapa tanaman. Rasanya mataku sepet melihat kebun hanya ditumbuhi rumput. Meskipun ada beberapa batang singkong yang masih hidup. Lumayan pucuknya bisa buat rebusan. Walaupun akhirnya umbinya jadi pahit karena daunnya sering-sering dipetik.Akhirnya cangkul kecil pun beraksi membuat galangan tanah. Aku berencana membersihkan rumput liar terlebih dahulu, sambil menimbun tanah membentuk gundukan, supaya besok lebih mudah untuk ditanami.Akhirnya panas matahari yang menyengat membuatku menyudahi pekerjaan ini. Udin yang sejak tadi ikut menemani pun akhirnya masuk ke dalam rumah karena tak tahan kepanasan.“Mamah, mau minum?

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kocaknya Azriel

    “Riiin ….” Pagi-pagi sekali dia sudah bertandang ke rumahku. Menggedor-gedor kan gembok besar yang mengunci pagar.“Mah, solmet Mamah, tuh,” ujar Mas Hadi yang sedang asyik sarapan.“Ganggu orang sarapan aja.”“Udah janjian kali sama Mamah, siapa tau Mamah lupa.”“Janjian apa, ya? Ooh, iya. Dia utang telor dua papan sama Mamah, hihihi.”“Kok bisa? Pasti Mamah ngerjain dia lagi, ya?”“Hmm, abisnya nonton tv di rumah kita sampe gak inget waktu. Mamah matiin deh listriknya.”“Udah, datengin dulu, gih. Sekalian pager dibuka gemboknya!”“Oke, deh, Pah.” Aku pun segera menuju ke halaman untuk membukakan pagar. Kasihan si Asmirandah. Eh, maksudnya kasihan kuping tetangga.“Apaan, Mbak?” tanyaku sambil membuka gembok.“Lama amat bukain gerbang pagernya!”“Mau bayar utang telor?”“Hehehe, kapan-kapan aja deh, ye! Soalnya aku lagi gak pegang duit kes!”“Hmm, sudah kuduga! Ga usah aja, Mbak. Lagian aku gak ngarep kok. Becanda aja.”“Iya, aku tau kok. Kamu emang suka becanda. Hihihi ….”“Terus se

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Trik Ampuh

    Hari ini aku kembali menyibukkan diri dengan aktivitas di kebun belakang rumah. Menanam cabai yang sebelumnya telah disemai di polybag kecil. Pokoknya kalau pohon cabai mati, aku bakalan kelabakan sendiri. Karena suka lupa beli cabai di pasar. Kebiasaan, selalu memetik hasil tanamanku sendiri.Udin dan Davi juga tak mau ketinggalan untuk ikut membantu, walaupun cuma bantu dengan do’a.“Davi bantuin, ya, Mah!”“Gak usah, Nak. Di sini panas.”“Makanya itu, Mah. Davi bantu dengan do’a aja, biar Mamah semangat kerjanya.”“Ooh, anak pinter. Makasih ya sayang!”“Hahaha, sama-sama, Maah!”Aku hanya tertawa sambil berjongkok memasukkan tanaman cabai ke dalam tanah. Semoga cuaca hari ini mendukung, supaya si cabe gak layu.“Mah, kita udah lama ya, gak jalan-jalan ke mol?”“Iya, Nak. Kemarin-kemarin kan masih wabah.”“Sekarang udah pada buka, loh, mol nya.”“Iya, tapi tetap harus jaga jarak aman dan ikuti protokol standar keamanan covid.”“Berarti udah boleh jalan-jalan ya, Mah?”“Boleh. Emang

Latest chapter

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Buka Warteg

    Mbak Kiki Buka Warteg“Kenape, sih, Rin? Jadi elu yang histeris begitu?”“Aneh kamu, Mbak! Aku suruh tulis apa yang ada di kepala itu bukan kutu! Tapi ide yang muncul dari pemikiranmu sendiri!”“Lah jadi apa, dong? Elu ngomongnya begitu, ya gue ikutin, lah.”“Bahkan kamu lupa kalau di kepalamu juga ada otak, kan?”“Oh, iye, lupa gue, Rin!” ujarnya sambil garuk-garuk kepala. Emang lah dasar!“Hadeuuuh … punya otak pun bisa sampe lupa!”“Jadi yang bener pegimane?”“Searching, dong, Mbak! Di internet banyak contoh karya tulis. Belajar dulu sebelum menulis!”“Gue kan cuma ngikut ape yang elu bilang! Kenapa gue yang disalahin?”“Bukan nyalahin, hadeuuuh entahlah Tuhaaan ….”“Sedih gue, Rin, gak jadi dapet lima juta.”“Lebih sedih mereka kalau kamu yang menang, Mbak!”“Kamu, mah, sirik aja jadi orang!”“Bukan sirik, ngapain sirik sama ban kontainer?”“Ngomong ape, lu, barusan?”“Gak!”“Elu ajarin gue, kek!”“Terlambat sudah! Sono balik! Aku mau mandi.”“Gak, ah. Gue di sini aja. Laki gue la

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Isi Kepala

    Isi Kepala“Rin!” Lagi-lagi terdengar panggilan dari alam ghoib.“Apa? pagi-pagi udah nongol ke rumah tetangga. Kebiasaan!”“Apaan, sih? Sewot aje, lu? Gue kesel tauk?”“Hadduuuh … kapan dirimu itu gak kesel?”“Serius, Rin! Mas Wowo maksa nyuruh gue jual emas.”“Ya udin, jual aja napa? Mumpung harga emas lagi bagus!”“Gara-gara elu, sih, kaga mau minjemin duit! Susah kan jadinye gue?”“Laaah … enak aja nyalahin orang! Lebih baik jual apa yang ada daripada berhutang, Mbak! Lagian disuruh dateng ketemu papahnya Davi kamu gak mau!”“Bukan gue yang gak mau, tapi Mas Wowo, noh! Katanya gue malu-maluin aja mau minjem-minjem duit ama tetangga!”“Nah, waras tuh suamimu, Mbak! Pertahankan, jangan sampai lepassss!”“Ah elu, mah, sama aja! Bukannye kasih solusi, malah nyalahin gue!”“Mbak, kamu kan punya banyak perhiasan, ngapain disimpen-simpen? Ini lah saatnya perhiasan itu digunakan untuk keperluan usaha baru suamimu! Nanti, kalau usahanya maju, sukses, pasti bakalan dapet gantinya lebih, Mba

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Pinjem Duit

    Pinjem duit buat apa lagi?Aneh-aneh aja kelakuan Mbak Kiki. Sudah selesai minta kerokin, pake curhat panjang lebar. Aku jadi telat sarapan, deh.“Saaayuuurr ….” Terdengar suara Kang sayur membahana seperti biasanya. Kali ini gak absen dulu, lah. Aku masih punya sayur dan bahan makanan yang lain. Kulanjutkan saja aktivitasku mengurus rumah.Kebun di belakang rumah juga sudah cukup lama dibiarkan. Rumput dan tanaman sudah saling berlomba unjuk gigi, eh, unjuk daun.Sejak hari itu, aku memang sering melihat suaminya Mbak Kiki lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Tapi hikmahnya, Mbak Kiki jadi jarang mampir ke rumahku.“Kenapa, Mah? Dari tadi Papah lihat Mamah nengok ke arah rumah Mbak Kiki terus,” ujar Mas Hadi mengejutkanku.“Dih, Papah. Kaget, tauk? Itu, Mbak Kiki kemarin bilang kalau suaminya resign.”“Lho, kenapa?”“Gak tau pastinya, Pah.”“Ya udah, do’ain aja semoga Mas Bowo lekas dapat kerjaan yang baru.”“Iya, Pah. Aamiinn ….”“Ya udah, Papah berangkat kerja dulu, ya.”“i

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Curhatan gak Penting

    Curhat gak penting“Aduh, Rin … makasih banget, ye. Enakan, nih, badan gue. Eeerrgghhh ….” Mbak Kiki sendawa panjang setelah selesai dikerokin. Sebenarnya aku malas, tapi ya kasihan juga. Gak apa lah, sesekali baik-baikin dia. Kali aja besok dia sudah tiada, eh, Astaghfirullah.“Nih, bawa pulang dakimu, Mbak. Mayan bisa dibikin jadi dodol!” ujarku sambil menyerahkan tisu bekas lap kerokan.“Hehehe … bise aje, lu, Rin!”“Udeh, sono pulang!”“Entar nape, Rin. Gue masih pen curhat same elu.”“Curhat apa lagi?”“Gini, lho, Rin. Mas Wowo mau berenti kerja jadi sales rokok, Rin!”“Lah, kenapa? Korupsi?”“Et, dah! Sembarangan aje, lu!” Bugh! Mbak Kiki menampol lenganku dengan cukup keras. Gak nyadar amat ni orang, tangan udah kaya godam palugada gedenya.“Sakit, Mbak! Kira-kira, dong, kalo nampol!”“Hehehe … iye sory! Abisnye elu juga ngasal aje ngomongnye. Bukan karena korupsi kalee.”“Trus kenapa? Bukannya selama ini juga kerja di sana enak? Gajinya lumayan, bonusannya juga banyak!”“Kata

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Sukiyem Beli AC

    Sukiyem Beli AC“Pagi, Mbak Kik!” sapaku pagi itu, disaat Mbak Kiki lewat di depan rumah.“Mbak Kik, Mbak Kik! Yang bener, dong, elu kalau manggil nama gue!” ucapnya sewot.“Ya udah … pagi, Yem!”“Hish! Elu, ye, sengaja amat bikin gue kesel.”“Lah, emang namamu Sukiyem, kan?”“Nama gueh prinses Kiki Asmirandah! Ngerti, lo?”“Kikikikikk … princes konon. Mau kemane? Udah gak sakit gigi lagi?”“Masih, dikit. Gue lagi cari si Ilham. Elu ade nampak die kagak?”“Enggak. Paling juga cari kucing betina ke tetangga.”“Lah, si Ilham, kan, kucing betina!”“Hah? Gak salah? Kucing betina dikasih nama Ilham?”“Kagak! Nama penjangnye Siti Ilhamiah!”“Yak ampun! Islami banget nama kucingmu, Mbak!”“Iya, dong! Emang elu aje yang bisa kasih nama bagus buat kucing? Kalo kucing elu Zainudin, nama kucing gue Siti Ilhamiah.”“Ya elah, ngasih nama kucing aja pake saingan segala, Mbak! Kenapa gak dipanggil Siti aja? biar orang tau kalau itu kucing betina.”“Gue emang gitu orangnye, kaga suka disaingin. Elu g

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Sakit Gigi

    Sukiyem Sakit GigiSetelah Mbak Kiki pergi, cepat-cepat aku mengganti pakaianku. Aku dan Davi bersiap untuk pergi belanja bulanan ke Supermarket. Setelah celingukan kanan kiri dan terlihat aman, aku pun langsung gas pol ke Supermarket, mumpung banyak diskonan juga.Sampai di Supermarket, kami langsung mengambil troli dan mengambil barang-barang sesuai daftar belanjaan. Gaya aja, sih, padahal yang mau dibeli gak banyak-banyak amat. Cuman pengen nyenengin Davi aja, naik ke troli dan didorong kesana-sini. Hihihi …Beres belanja, kami pun singgah sebentar di café dekat supermarket. Davi pengen makan steak katanya. Davi suka iri kalau lihat Udin makan wetfood, katanya mirip steak yang dipotong kecil-kecil. Ada-ada si Davi.Setelah puas belanja dan jalan-jalan, kami pun pulang. Lumayan repot juga bawa barang belanjaan, tapi akhirnya sampai juga di rumah.“Riniii … dari mane, lu? Shopping, ye? Kok gak ngajakin gue?” Begitulah teriakan Mbak Kiki saat aku lewat di depan rumahnya.“Iya, doong!

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kuda dan Kijang

    Bahasa MinangHari ini, aku lagi duduk santai di teras sambil nungguin Kang sayur lewat. Niat hati mau belanja bulanan ternyata kemarin hujan turun seharian jadi belum sempat pergi.Seperti biasa, kalau aku keluar rumah, pasti bau-baunya langsung sampai di hidung tetangga absurd. Kayak hafal banget sama aroma parfumku, dia langsung senyum-senyum berusaha nyelip hendak masuk lewat gerbang pagar yang terbuka sedikit.“Doroong! Kaga bakalan muat kamu nyelip lewat situ, Mbak!”“Hehehe … iye, ternyata kaga muat, Rin!” ujarnya sambil mendorong pintu pagar agar terbuka lebih lebar.“Ngapain? Mau konsultasi perbaikan keturunan lagi?” tanyaku iseng.“Diih, elu, Rin! Ya nungguin Kang sayur, lah!”“Ooh … kalau gitu aku gak belanja ah!” jawabku.“Kenape?”“Pen minta aja sama kamu, Mbak!”“Enak aje, lu! Beli sendiri, lah! Itu duit dari lakimu jangan disimpen-simpen mulu! Entar habis dimakan rayap.”“Kagak bakalan kuat si rayap ngabisin duit aku, Mbak!”“Kenape? Saking banyaknya duit elu, gitu? Swo

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Beri-beri

    Beri-beri“Riniii ….”Duh, pagi-pagi udah terdengar auman harimau sumatera dari depan rumah. Mau ngapain lagi, tuh, emak-emak? Gak tau orang lagi sarapan apa, ya?“Solmet Mamah udah manggil-manggil, tuh!” canda Mas Hadi.“Diih … solmet? Mendingan ngurus panggilan alam dulu, deh, Mas! nih, perut Mamah udah manggil-manggil minta diisi.”“Bwahahaha … lagian masih pagi begini, mau ngapain dia manggil-manggil tetangga?”“Biasa, Mas! kalau sehari dia gak ngabsen di pager, mungkin dia langsung meriang!”“Hahahaha … Udin aja sono, suruh bukain gerbang!”“Udin masih molor.”“Ya udah, biarin aja dulu, palingan juga dia balik lagi kalau gak dibukain.”“Iya, Mas! Mas sarapan yang banyak, biar kuat menghadapi kenyataan hidup!”“Kenyataan apa?”“Kenyataan kalau ternyata Mamah ini istri yang baik hati, tidak sombong, pinter masak, dan juga rajin menabung. Hihihihi ….”“Hmm … ada maunya, nih!”“Hahaha … Papah tau aja! Minta duit!”“Entar Papah transfer.”“Asyiik, makasih, ya, Pah!”“Mau beli apa?”“B

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kejutan Ultah Mas Bowo

    Kejutan Ultah MAs Bowo“Riin ….”Baru satu jam yang lalu, Mbak Kiki berusaha mengerjaiku di depan orang-orang, sekarang malah udah teriak-teriak lagi di depan rumah. Haddeeeuuh! Males banget rasanya bukain pintu buat dia. Entah mau apa lagi dia.Tok tok tok …“Riiin ….”“Bentaaaaar ….”Akhirnya terpaksa aku sahuti juga, budeg kupingku lama-lama. Pintu depan rumah pun aku buka.“Apaan sih, Mbak? Gak bosen apa berurusan sama aku?”“Diih, kamu ini!”“Iya, jam segini udah gedor-gedor aja. Mau ngapain?”“Ya digedor, lah! Orang pintumu ketutup, kalo kebuka apanya yang mau gue gedor cobak?”“Angin!”“Bwahahaha ….”“Mau apa lagi?”“Hehehe … sabar nape lu, Rin!”“Iya aku masih banyak kerjaan!”“Entar aku bantuin, asalkan kamu bantuin aku dulu!”“Bantu apaan?”“Kan besok laki gue ultah, gue mau kasih supris!”“Surpraaaaaaiiisss! Supris, supris! Sok Inggit banget!”“Iye lah itu, ah! Ribet amat! Kalo menurutmu laki-laki itu sukanya dikasih kado apa ye, Rin?”“Ya elaaah. Kupikir tadi urusan yang p

DMCA.com Protection Status