Beranda / Lainnya / Tetanggaku Luar Biasa / Satu Jari dan Empat Jari

Share

Satu Jari dan Empat Jari

Penulis: Dwi Mei Rahayu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-23 06:22:12

Tetanggaku Luar Biasa

Bab 13

"Sudah, bubar! Bubar! Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mohon, yang tidak berkepentingan, untuk meninggalkan tempat ini, terima kasih!" seru Pak RT pada orang-orang yang masih berkerumun di depan rumahku dan rumah Siska. 

Sungguh tak kusangka, keributan ini ternyata mengundang perhatian banyak orang. Setelah ini, mungkin, aku akan menjadi bahan gunjingan orang-orang sekompleks. Duh, dasar Siska. Ada-ada saja. 

"Mbak Siska, Mbak Ajeng, saya rasa, ini cuma masalah sepele, dan salah paham. Dan, saya sebagai ketua RT di sini, berharap, kita sudahi saja masalah ini. Jangan diperpanjang lagi. Namanya juga anak-anak. Wajar kalo mereka berantem. Ntar juga, akur lagi. Kita, sebagai orang tua, sebaiknya jangan terlalu ikut campur. Anak-anak, mah, berantem sekarang, nggak sampai satu jam j

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tetanggaku Luar Biasa    Amarah Reyhan

    Tetanggaku Luar BiasaBab 14"Aku, kan, udah bilang! Kalo bisnis kamu itu bikin kamu keteteran ngurus dan lalai mengawasi anak-anak, hentikan!"Aku sedikit terkejut mendengar bentakan Mas Reyhan. Selama aku mengenalnya, baru kali ini, aku melihatnya semarah itu."Mas, ini cuma masalah sepele, anak-anak berantem itu wajar. Kenapa jadi bawa-bawa bisnisku?"Wajah Mas Reyhan memerah, dia menatap tajam ke arahku. "Bikin anak orang babak belur, kamu bilang sepele, hah?"Lagi-lagi aku beristighfar. Alisha dan Andra mempererat pegangan mereka pada lenganku."Mas, istighfar! Minum dulu, biar tenang. Kita ngomong baik-baik, bisa?"Mas Reyhan memejamkan mata, ia terlihat me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Tetanggaku Luar Biasa    Arif

    Tetanggaku Luar BiasaBab 15"Selama ini, aku selalu berusaha menutupi semua kelakuan saudaramu yang luar biasa menyebalkan itu! Apa perlu aku beberkan satu persatu tingkah saudaramu itu? Hm? Nggak, kan? Tapi, dengan kejadian tadi, saudaramu itu membuka sendiri aibnya. Membuka sendiri kedoknya! Sekarang, semua orang di sini tahu, sifat dia yang sebenarnya! Aku tidak perlu repot-repot menambah dosa dengan menceritakan keburukan saudaramu itu! Semua udah terbongkar! Semua tahu bahwa selama ini, kita bertetangga dengan saudaramu yang super duper menyebalkan! Dan, kamu? Masih mau menyalahkan anak dan istrimu demi membela saudaramu itu? Oh, ya jelas! Saudara, kan, harus dibela? Ya, kan?" Mas Reyhan diam saja mendengar ocehanku. Suruh siapa menyulut api di bara yang belum sepenuhnya padam.Aku yang merasa pembicaraan kami sia-sia, segera meninggalkan ruangan ini. Pintu kamar kubanting keras, lalu dikunci dari dalam. Biar saja Mas Reyhan tidur di sofa atau kamar tamu. Aku tidak peduli.***

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Tetanggaku Luar Biasa    Hutang

    Tetanggaku Luar BiasaBab 16Sejak kejadian itu, Siska menjaga jarak denganku. Dia tidak meminta maaf atas sikapnya. Aku juga tidak. Akan tetapi, walaupun menjaga jarak, anak-anaknya, masih bermain di rumahku. Tak masalah, mereka hanya anak-anak. Tak adil kalau aku menolak kedatangan mereka hanya karena sakit hati pada ibunya. "Kalo saya mah, ogah, Mbak. Ibunya begitu ke Mbak Ajeng, tapi Mbak Ajeng masih mau ngawasin anak-anaknya. Mana berjam-jam lagi," gerutu Leni saat dia ke rumah untuk mengambil beberapa baju untuk dijual lagi."Ah, saya mana tega, Len.""Ish, Mbak Ajeng, mah. Terus soal dia mau jualin baju, jadi?" Aku mengangguk. Ya, Siska memang mengambil beberapa baju untuk dipakai sendiri dan dijual lagi. Sampai hari ini, dia belum menyetor uangnya. Juga saat berbelanja di swalayan beberapa waktu lalu, dia juga belum mengganti uang itu. "Mbak, kok, ngelamun?" tegur Leni."Oh, iya, Len, maaf. Gimana?" "Ini, hitung dulu totalnya. Yang kemarin kurang berapa, yang sekarang tot

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Tetanggaku Luar Biasa    Foto-Foto Siska

    Tetanggaku Luar Biasa Bab 17 Bu Dibyo sudah berpamitan dari dua jam yang lalu, tapi Siska belum juga pulang. Sementara Oliv sudah mulai merengek, mencari ibunya. Entah ke mana perginya Siska. Panggilan telepon tidak diangkat, pesanku juga tidak dibaca. Sedangkan hari sudah mulai sore. Ting!Sebuah pesan masuk, aku berharap itu pesan dari Siska. Ternyata bukan. Ternyata pesan dari Leni. Dia mengirim sebuah foto.[Maaf, Mbak. Itu Siska, bukan?]Aku mengamati foto yang dikirim Leni. Di dalam foto itu, tampak Siska tengah tertawa bahagia. Sementara di depannya tampak seorang pria. Posisinya yang duduk membelakangi kamera membuatku tak mengenali siapa pria itu.[Iya, Len. Ini di mana?][Di rumah makan samping swalayan, Mbak] Aku mengerutkan kening. Itu kan, cukup jauh dari sini. [Aku lagi janjian COD barang ama temen sekalian ngajak anak-anak makan, Mbak. Malah nggak sengaja lihat Siska. Tapi, Siska nggak lihat aku.][Len, kamu kenal siapa cowoknya?] Sebuah foto dikirim lagi oleh Le

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Tetanggaku Luar Biasa    Hutang-hutang Siska

    Tetanggaku Luar BiasaBab 18Hari ini, Andra libur sekolah, karena guru-gurunya mengadakan rapat. Jadi, aku memanfaatkan waktu untuk menata halaman agar terlihat lebih sedap dipandang. Siska yang sedang mengasuh kedua anaknya menghampiriku."Maksud Mbak Ajeng apa? Memata-matai aku?" tanyanya dengan wajah ditekuk.Aku melirik sekilas, lalu tersenyum palsu. "Saya? Mata-matain kamu? Ogah!""Itu, buktinya Mbak Ajeng punya foto-foto aku!"Aku tertawa. "Siska, Siska! Orang teraniaya seperti saya mah, ada aja yang nolong. Gimana rasanya? Enak? Seneng banget kayaknya, ketawa-ketawa sama cowok, makan enak. Sementara anak-anakmu, di rumah nangis nyari ibunya, lapar, nggak ada makanan."Wajah Siska bersemu merah, mungkin dia tersinggung dengan ucapanku. Oke, Siska! Kamu yang memulai, ayo! Elu jual, gue beli!"Uh, enak, ya? Makan-makan di restoran, menu mahal. Sementara di rumah, Bu Dibyo nungguin setoran yang belum kamu bayar!""Nggak usah ke mana-mana, deh, ngomongnya! Aku, kan, lagi bahas masa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Tetanggaku Luar Biasa    Perhiasan Imitasi

    Tetanggaku Luar BiasaBab 19"Mbak Ajeng, kita bareng yuk, ke acara syukurannya Bu RT," ajak Siska sambil berdiri di ambang pintu.Aku yang sedang membereskan barang dagangan mengiyakan ajakan Siska. "Tapi, saya mandi dulu.""Oke. Tungguin, ya, Mbak. Jangan ditinggal, loh.""Iya, ntar, saya tungguin di teras."Siska pun berlalu sambil membawa kedua anaknya. Aku juga segera bersiap. Sore ini, Bu RT mengundang para tetangga untuk menghadiri syukuran wisuda anak keduanya. Katanya ada pengajian juga. ***Siska muncul sambil menuntun Oliv. Sementara Fia dan Alif, mengikuti di belakangnya."Mbak, maaf, kalo nggak keberatan, Oliv sama Mbak Ajeng, ya. Biar Fia sama aku. Dia maksa minta ikut.""Ya udah, ayo." Tanpa menunggu lama, aku menggendong Oliv. Bocah itu tampak kegirangan. Dia mengusap-usap pipiku dengan tangannya yang montok.Kami pun segera berangkat, karena tadi kulihat beberapa tetangga sudah berangkat. Kulirik Siska yang memakai gamis berwarna hitam dengan hiasan bordir di beberap

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Tetanggaku Luar Biasa    Siska Malu

    Tetanggaku Luar BiasaBab 20Leni tertawa, "terserah kamu aja, Sis!" Aku tersenyum tipis. Aku pikir Leni akan terus mendebat Siska soal perhiasan, ternyata tidak. Dia berpamitan karena sudah sampai di rumahnya."Mbak, suami Mbak Leni itu, kerja di mana sih?" "Di bank milik pemerintah. Kenapa?""Nggak apa-apa. Mm, suaminya kerja di bank, kok, mau-maunya bantuin jualan baju punya Mbak Ajeng."Aku menghela napas kasar. "Leni itu, anak sulung. Ayahnya udah meninggal sejak Leni SMP. Jadi, sebelum menikah, dia tulang punggung keluarga. Suaminya juga sama. Jadi, mereka sama-sama membiayai adik yang masih kuliah. Aku malah salut sama Leni. Walaupun punya suami berpenghasilan lumayan, tapi nggak gengsi jualan baju. Jarang loh, ada orang kayak dia."Siska tidak menjawab perkataanku. Lagipula kami sudah sampai rumah. Siska langsung pamit pulang. Dan aku langsung masuk ke rumah.***Sudah beberapa hari, tukang sayur tidak berjualan. Istrinya melahirkan, dan keluarganya dari kampung datang. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Tetanggaku Luar Biasa    Siska Sama Siapa?

    Tetanggaku Luar BiasaBab 21"Saya nggak nelpon, Mbak."Aku menatap Mas Reyhan dan Arif bergantian. Kalau bukan Arif yang menghubungi Siska, terus siapa? Kenapa Siska buru-buru pergi setelah menerima telepon? Aku jadi bertanya-tanya sendiri."Mungkin, Siska mampir ke mana dulu, Rif. Nggak usah khawatir," ujar Mas Reyhan.Aku mengangguk, setuju dengan pendapat Mas Reyhan. Semoga, Siska hanya mampir ke suatu tempat untuk membeli sesuatu. "Ya udah, kita tunggu aja. Paling Siska mampir beli diapers atau apalah.""Iya, Mbak. Kalo gitu, kami permisi pulang. Mau nunggu Siska di rumah aja." Arif membawa anak-anaknya pulang. Suami dan anak-anak kuajak masuk, untuk menikmati mie kocok yang dibeli tadi.***Hari ini, ibu mertuaku datang. Katanya rindu dengan cucu-cucunya. Tentu saja aku merasa senang dengan kehadirannya. Karena, memang sudah lumayan lama, kami tidak pulang ke kampung Mas Reyhan. Terakhir kami pulang, saat Idul Adha. Sewaktu anak-anak libur sekolah, sebenarnya kami juga berencan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14

Bab terbaru

  • Tetanggaku Luar Biasa    End

    Tetanggaku Luar BiasaEND Enam bulan kemudian. “Mbak, ini kerupuknya digoreng nggak ngembang, jadi saya balikin, ya.” Aku dan Santi saling pandang. Masih bingung dengan maksud Bu Lisa, tetangga baru kami. “Baru diambil dikit, kok. Baru sekali ngegoreng. Nih,” Bu Lisa meletakkan bungkusan kerupuk mentah di meja yang berisi dagangan lain. “Maaf, Bu.maksudnya gimana?” tanyaku. “Mbak Ajeng, tadi saya beli kerupuk mentah, tapi pas saya goreng, nggak ngembang, jadi saya kembaliin aja ke sini, saya minta uang kerupuk saya dikembaliin, gitu.” “Loh, Bu. Ya, nggak bisa ....” Aku belum selesai membantah omongan Bu Lisa, tiba-tiba Santi menyentuh lenganku sambil menggeleng pelan, seolah memberi kode agar aku diam. “Iya, Bu. Nggak apa-apa. Ini uang kerupuknya saya kembaliin,” sahut Santi ambil menyodorkan selembar uang lima ribuan pada Bu Lisa. Bu Lisa menerima uang itu, lalu, tanpa mengucapkan terima kasih dia pergi dari warung milik Santi. “San, kok, kamu

  • Tetanggaku Luar Biasa    Bab 46

    Tetanggaku Luar BiasaPOV Ajeng Aku menatap tajam ke arah Siska yang terlihat salah tingkah karena tuduhan palsunya padaku dan Arif. “Selama ini, aku selalu belain kamu di depan Ajeng dan Arif karena aku udah anggap kamu seperti adik sendiri. Tapi rupanya, aku sudah salah karena membela orang yang tak pantas dibela,” ujar Mas Reyhan sambil menatap tajam Siska. Ada kekecewaan dari nada suara suamiku itu. Siska mengangkat wajahnya dan menatap kami semua. “Ya udah, aku minta maaf.” Enak saja dia minta maaf begitu saja. Apa dia nggak mikir efek tuduhannya padaku dan Arif? Bagaimana kalau tadi warga termakan omongan dia dan langsung menghakimi kami berdua? “Memaafkan itu mudah, Sis. Tapi, kayaknya, kami semua nggak akan mudah ngelupain kejadian ini,” sahut Arif ketus. Siska tak menyahut kalimat Arif. “Ya udah, Rif. Kami permisi pulang dulu. Mungkin, kamu perlu bicara sama Siska. Kita pulang yuk, Bu,” ajak Mas Reyhan padaku. Aku menuruti ajakan Mas Reyhan, dan me

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    ini bab terakhir pov siska, selanjutnya pov ajeng. terima kasih untuk semua pembaca setia. jTetanggaku Luar BiasaPOV Siska (terakhir) Hari-hari kulewati dengan perasaan tak menentu. Jika dulu, aku sangat bahagia setiap kali Satya datang berkunjung, sekarang tidak lagi. Rasa was-was dan takut kini lebih mendominasi setiap kali berada di dekat Satya. Memang, Sekarang, Satya juga berubah menjadi kasar. Tak jarang dia membentak dan mengancam akan membuangku ke jalanan jika tak menuruti semua perintahnya. Aku juga masih tidak diizinkan ke luar dari apartemen dengan alasan apapun. Ponselku yang rusak pun sudah dibuang entah ke mana oleh Satya. Aku seperti tahanan, hanya saja tempatku lebih nyaman. Hingga suatu hari, Satya datang membawa seorang perempuan cantik bernama Stella. Pada Stella, Satya mengatakan kalau aku hanyalah seorang asisten rumah tangga yang bertugas menjaga dan merawat apartemen ini. Sungguh sakit hatiku mendengar semua itu. Ternyata Satya tak sebaik yang kuki

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    Yang tidak suka POV Siska silakan skip ya. 😊Tetanggaku Luar BiasaPOV Siska “Kalo Bapak nggak percaya, silakan hubungi Satya sekarang. Bilang Siska nunggu dia di sini,” usulku sekali lagi. Pak satpam itu masih menatapku penuh selidik, sampai akhirnya sebuah mobil memasuki gerbang kantor ini. Kami serentak menoleh ke arah sedan warna hitam yang itu. “Nah, Bu Siska, itu Pak Satya datang,” ujar satpam itu padaku. Aku tersenyum, kemudian bergegas menghampiri mobil yang menurut satpam itu adalah mobil Satya. Benar saja. Satya ke luar dari mobil dengan logo kuda jingkrak itu. “Satya!”Satya menoleh, dia tampak terkejut.”Siska?”Aku tersenyum lebar, lalu menghampiri Satya yang terlihat menawan dalam balutan kemeja warna biru langit.“Iya, Sat, ini aku. Sengaja nyari kamu ke sini.”Satpam yang tadi menanyaiku pun menghampiri Satya. Dia meminta maaf karena tidak bisa mencegahku masuk ke halaman kantornya.“Nggak apa-apa, Pak. Siska ini emang temen saya, kok,” “Oh, ya

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    Buat pembaca setia yang tidak suka POV Siska, silakan skip aja, ya. Tetanggaku Luar Biasa Bertetangga dengan Mbak Ajeng sebenarnya menyenangkan. Dia sering membantu menjaga anak-anak saat aku repot mengerjakan pekerjaan rumah. Dia juga tidak mempermasalahkan saat aku lupa tidak memberi uang jajan pada Fia dan Oliv. Pantas saja, banyak yang menyukai ibu dua anak itu. Ternyata, Mbak Ajeng sudah tidak bekerja di pabrik lagi. Sekarang dia berjualan daster dan mukena serta baju-baju batik. Mbak Ajeng berjualan secara online dan offline. Bahkan, beberapa tetangga ikut memasarkan dagangan Mbak Ajeng. Enak banget hidup Mbak Ajeng, semua terlihat mudah. Awalnya semua baik-baik saja. Akan tetapi, lama-lama aku muak dengan semua kebaikan Mbak Ajeng. Semua orang bersikap baik padanya. Mereka tidak tahu bahwa Mbak Ajeng itu, dominan sekali dalam rumah tangganya. Sementara A Reyhan terlihat hanya menuruti saja apa yang jadi keputusan Mbak Ajeng. Menurutku, ini tidak adil. A Reyhan yang kerja ke

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    Tetanggaku Luar Biasa POV SiskaAkhirnya Bang Rudi bersedia meresmikan hubungan kami. Walaupun nikah siri, tak apalah. Daripada tanpa status yang jelas, ya, kan? Dan sekarang, aku bisa merasakan kehidupan seperti kehidupan Mbak Ajeng dan A Reyhan. Tinggal di kota dan pulang pergi memakai mobil pribadi. Akan tetapi, tetap saja hal ini tidak membuat semua anggota keluarga menyukaiku. Termasuk Bi Wati. Dia tetap memuji Mbak Ajeng di depanku. Menyebalkan memang. Bapak juga awalnya tidak menyetujui aku menikah dengan Bang Rudi. Akan tetapi, aku terus meyakinkannya sampai kemudian Bapak bersedia menikahkan kami. Walaupun hanya pernikahan sederhana, tak apa-apa. Awalnya, hubunganku dengan Bang Rudi baik-baik saja. Hampir setahun kami menjalani rumah tangga secara sembunyi-sembunyi. Sampai akhirnya Bu Ratu mengetahui semuanya. Entah dari siapa istri tua Bang Rudi itu tahu hubungan suaminya denganku. Dia datang ke apartemen, lalu melabrak dan memakiku. Aku tak bisa mengelak, karena Bu Ratu

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    Tetanggaku Luar BiasaPermintaan dan tawaran Pak Rudi terus terngiang di telinga. Aku memang sengaja tidak langsung menjawabnya dan berpura-pura meminta waktu untuk memikirkan semuanya. Padahal, aku memang tergiur dengan tawaran itu. Kapan lagi, ada orang yang dengan suka rela membiayai perceraianku, ya, kan? Dan, aku juga berpikir, bahwa inilah saatnya, aku menunjukkan pada keluarga di kampung bahwa aku pun bisa menjadi orang kaya. "Sis, kamu ngelamun terus, ada apa?" tegur Mia saat kami berjalan menuju kamar seusai bekerja.Aku dan Mia menempati kamar yang sama, di belakang restoran. Pak Rudi memang memberikan fasilitas mess untuk karyawan, terutama yang perempuan. "Tuh, kan, ngelamun lagi. Ada apa sih?" tanya Mia sambil membuka kunci kamar kami. Kemudian, kami berdua masuk. "Mm, nggak apa-apa Mia," jawabku sambil tiduran di atas kasur lipat yang cukup untuk empat orang. Kata Mia, dulu, kamar ini ditempati empat orang sebelum dua orang yang lain dipindahkan ke restoran yang baru.

  • Tetanggaku Luar Biasa    POV Siska

    Tetanggaku Luar Biasa"Saya akan membiayai perceraian kamu, asal…."Pak Rudi tidak melanjutkan kalimatnya. "Asal apa, Pak?" Pak Rudi tersenyum. Tangan halusnya mengusap kedua pipiku. Perlahan wajah Pak Rudi mendekat membuat hati berdebar tak karuan. Hembusan napasnya menyapa lembut wajahku. Tanpa sadar, mata pun terpejam untuk menghindari tatapan Pak Rudi. "Asal, kamu selalu ada buat saya," bisiknya di telingaku, membuat bulu kuduk meremang. Sebelum ini, aku memang sering menghabiskan waktu dengan beberapa cowok. Dari yang biasa saja sampai yang luar biasa dan melewati batas yang seharusnya kujaga. Tapi, rasanya biasa saja dan tidak mendebarkan seperti ini. Sungguh, bersama Pak Rudi, membuatku tak berdaya. "Sis, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Rudi, cepat aku membuka mata, tampak pria berkumis tipis itu menjauhkan wajahnya sambil tersenyum jahil."Sa-saya baik-baik saja," jawabku sambil menghirup udara sebanyak mungkin. Duh, malunya. Aku pikir tadi Pak Rudi akan melakukan sesuatu

  • Tetanggaku Luar Biasa    Rayuan Siska

    Tetanggaku Luar BiasaKeputusanku sudah bulat. Aku bosan terkungkung di dalam rumah yang menurutku melelahkan. Keadaan ekonomi yang tetap sulit, keluarga mertua yang selalu mengabaikanku bahkan saat butuh bantuan. Suami juga susah disuruh pulang. Hah! Menyedihkan sekali hidupku. Dengan alasan menyusul A Sandi ke Jakarta, aku meninggalkan Alif bersama mertuaku di Sumedang. Aku bilang ke mereka, ada lowongan pekerjaan sebagai penjaga toko di dekat tempat kerja A Sandi. Mereka percaya begitu saja, bahkan memberikan tambahan ongkos.Apa kubilang? Orang tua A Sandi itu sebenarnya mata duitan, mereka ingin punya menantu yang memiliki penghasilan sendiri. Namun, mereka memutar balikkan fakta, seolah akulah yang boros dan mata duitan. Lihatlah, mereka memasang wajah sumringah saat aku berpamitan. Mereka memintaku bekerja dengan tekun agar bisa mengumpulkan uang untuk renovasi rumah seperti keinginanku. Menyebalkan bukan? Bahkan Bapakku saja tidak pernah menyuruhku bekerja mencari uang. ***

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status