"Jev, cari makan, yuk. Kayaknya di depan sana ada yang jualan soto, deh. Aku suka beli soto di sana kalau malem.""Jevran, gimana kalau nanti kita beli baju dulu? Nanti sekalian aku beliin buat Tante Nilam juga.""Minggu depan aku mau ke luar kota buat pembukaan cabang kosmetik baru. Kamu bisa temenin aku, kan? Biar orang-orang tau kalau kamu calon suami aku."Kira-kira seperti itulah yang Aurel katakan saat berjalan di samping Jevran sejak tadi. Dia terus mengoceh ingin ini, ingin itu, dan sebagainya. Sebuah kesempatan setelah akhirnya mereka berdua jalan bersama. Tentunya ini atas dasar kemauan Aurel yang terus memaksa. Saat ini mereka sedang jalan-jalan sore di sekitar taman. Bahkan mereka bergandengan layaknya sepasang kekasih. Bagi Aurel itu bukan masalah karena mereka memang akan segera bertunangan dan menikah. Sedangkan Jevran, dia tak berpikir begitu. Menurutnya mereka bahkan tak memiliki hubungan apapun dan terikat status apapun. Perjodohan itu bukan sesuatu yang diinginkann
"Joko kenapa belum ada kabar, ya? Apa dia balik ke kampung?" gumam Naura sambil duduk di meja kerjanya. Bukan apa-apa, dia hanya heran dan ingin tau dengan kabar Joko. Naura memang sudah menganggap dia teman dan gadis itu juga cukup perhatian pada setiap teman-temannya. Mungkin Joko memang pulang ke kampungnya. Sayang sekali dia tak memiliki kontak Joko untuk bertanya kabar.Setelah terdiam beberapa saat, Naura kembali fokus dengan pekerjaannya. Dia langsung disuguhkan banyak pekerjaan hari ini karena dia yang menangani semuanya. Karena Jerry juga baru saja mengalami kecelakaan."Aduh, kayaknya ada berkas yang ketinggalan di ruangan Pak Jerry."Gadis itu merapikan tumpukan kertas di atas mejanya dan pergi ke luar ruangan. Sebenarnya sedikit merasa takut karena di lantai ini hanya ada tiga ruangan saja. Ruangan Naura sebagai sekertaris, ruangan Jerry sebagai asisten, dan ruangan atasan mereka yang bernama Jevran. Ya, dan saat ini hanya ada dirinya saja.Sebenarnya Naura ini memiliki k
Ajun tengah merapikan kamarnya saat ini. Dia meletakan sepatu pemberian dari Jevran siang tadi. Koleksi baru yang bisa dibilang ini paling mahal. Disusunnya sepatu-sepatu tersebut di lemari kaca khusus miliknya. Walaupun masih muda tapi selera Ajun tentang barang koleksi cukup oke.Dia memiliki koleksi sepatu tentunya, miniatur, dan beberapa video game. Karena itu di saat ulang tahunnya cukup mudah bagi Ayah dan kedua kakaknya mencari hadiah. Karena satu rumah bahkan tau tentang Ajun yang suka mengkoleksi. Sebenarnya hobi ini sama seperti Rival, abangnya. Rival juga sempat memiliki hobi mengoleksi barang yang berhubungan dengan bola. Hanya saja setelah masuk akademi militer, dia tak sesemangat dulu. Jadi bagi Rival, hobi Ajun ini cukup wajar untuk anak muda. Tok.. tok .. rok...Seketika terdengar ketukan pintu. Dan tak lama kemudian pintu kamarnya sedikit terbuka. Muncullah Naura yang baru saja pulang kerja. Karena tak melihat orang di rumah, gadis itu pergi ke kamar sang adik."La
"Arga gak masuk kerja?"Naura melirik jam tangan yang menunjukan pukul 7 pagi. Gadis itu dengan cepat mengambil tas miliknya dan bergegas ke luar rumah. Ia mengeluarkan ponsel untuk memesan ojek online, sementara di halaman rumah ada Ayahnya yang tengah berolahraga."Kenapa buru-buru gitu?" tanya Bahar merenggangkan ototnya."Arga ternyata gak masuk kerja, jadi aku harus berangkat ke kantor pake ojek."Pria itu sontak menghentikan kegiatannya. Ia mengusap keringat sesaat dan menatap putrinya. "udah pesan?""Lagi di jalan. Tapi kayaknya aku sambil jalan ke depan komplek aja, deh. Biar nanti orangnya gak bolak-balik.""Hati-hati, ya. Jangan lupa nanti liat plat nomor motornya."Naura terkekeh pelan dan mengangguk. Ia segera pergi dengan terburu-buru. Arga mengirim pesan baru saja jika dirinya tidak masuk kerja hari ini. Jika tidak tau begitu, Naura mungkin akan memilih berangkat lebih awal diantar oleh Rival. Masalahnya motor miliknya kembali dipakai oleh Abangnya ke bengkel melihat kon
Hari ini Naura dan Jevran menghadiri 3 meeting yang berbeda dan di tempat yang berbeda juga. Saat ini mereka berakhir di perusahaan rekan kerja Jevran, yang terakhir. Naura tidak menyangka jika menjadi sekertaris di beberapa hari pertama menjadi begitu sulit. Tidak ada masa untuk mempelajari semuanya. Dia langsung dihadapkan dengan presentasi di depan kolega.Jevran sesekali melirik Naura yang sedikit pucat. Apa gadis itu sakit? Tapi dia juga harus fokus dengan penjelasan yang menyangkut kerja sama mereka. "Oke, presentasi yang sangat bagus. Saya suka dengan proyek kita kali ini. Dan, sekertaris baru anda benar-benar berusaha dengan keras untuk penyampaiannya," ucap pria yang sedikit lebih tua dari Jevran."Jadi kita bisa kembali bekerja sama?""Tentu saja. Saya yakin anda tidak akan mengecewakan saya seperti proyek kita sebelumnya."Jevran tersenyum kecil dan mengangguk pasti. Setelah meeting tersebut selesai mereka masih sempat berbincang ringan di luar pembahasan pekerjaan. Sement
Jevran menghentikan mobilnya di depan rumah Naura. Setelah makan-makan tadi Jevran juga mengantarkan Naura dan Ajun sampai ke rumah. Untuk teman-teman Ajun tadi hanya diberi ongkos untuk pulang. Naura masih bertanya-tanya bagaimana sang adik bisa kenal dengan atasannya ini. Selama di perjalanan juga Ajun terus mengobrol dengan Jevran seolah mereka ini dekat. Namun Nuara justru merasa Jevran sedang menyombongkan dirinya. Ya, pria itu terdengar menjengkelkan dan sayangnya Ajun malah tertawa. Sejujurnya Jevran dan Ajun juga sudah sepakat jika mereka akan terlihat biasa saja di depan gadis ini. "Makasih udah diantar sampai depan rumah. Terus yang traktiran tadi...""Gak apa-apa. Santai aja, lagipula itu saya yang ajak kamu makan," kata Jevran memotong.Ajun yang baru saja keluar dari mobil, mengambil tas miliknya dan melewati dua orang dewasa yang tengah berbicara. "Aku gak mau ganggu jadi masuk duluan aja, deh."Jevran tersenyum kecil dan duduk di atas kap mobilnya dengan santai. Ia s
"Jevran, kamu bisa gak sih kalau Papa bicara itu gak menghindar? Semalem diajak bicara malah masuk kamar, terus sekarang malah buru-buru mau pergi.""Terus bisa gak Papa gak usah bahas masalah pertunangan terus? Udah aku bilang semuanya terserah kalian. Yang mau pertunangan ini kan kalian bukan aku. Waktu ada perjodohan memangnya aku diajak diskusi? Engga, kan?"Jevran mengambil kunci mobil yang tergantung dan hendak pergi, namun Nilam mencoba menahan putranya. "Jevran! Kamu yang sopan kalau Papa lagi bicara!""Mah, aku harus buru-buru ke kantor karena banyak kerjaan.""Ingat nanti sore kamu harus beli cincin pertunangan sama Aurel," ucap Haris kembali mengingatkan."Hari ini udah kelima kalinya Papa bilang begitu."Jevran pergi dari sana dengan raut wajah kesal. Sementara sepasang suami istri tersebut kini saling menyalahkan. "kamu bisa sabar dulu gak, sih? Kalau kamu terus tekan Jevran kayak gitu yang ada dia semakin keras kepala," kata Nilam menatap suaminya marah."Kamu jangan cum
Jevran dan Aurel memutuskan untuk pergi membeli cincin pertunangan mereka sekarang. Sebenarnya Jevran sudah kesekian kalinya menolak dan mengatakan jika dia sibuk, memiliki banyak perkerjaan. Namun karena Aurel tidak mau pulang sebelum mereka pergi bersama akhirnya Jevran mau tak mau harus mengalah.Lagipula hanya pergi ke toko perhiasan dan setelah itu selesai. Entahlah, orang-orang di luar sana semangat dengan pertunangan namun dirinya tidak. Ia harus segera mencari cara menghentikan semua ini."Pake mobil aku aja, ya," kata Aurel menggandeng Jevran."Kamu bisa turun duluan terus tunggu di parkiran, kan? Aku ada perlu sebentar.""Yaudah tapi jangan lama-lama."Aurel mengecup singkat pipi Jevran dan masuk ke dalam lift. Setelah memastikan gadis itu tak terlihat lagi, Jevran mengusap pipinya yang sempat dicium, dan pergi dari sana. Ia menuju ruang kerja Naura di samping ruangannya. Namun terlihat pintu yang terbuka lebar dan suara seorang pria di dalamnya.Saat masuk ke dalam Jevran m