Home / Romansa / Tesis Filantropis / Bab 3: Tidak bosan lagi.

Share

Bab 3: Tidak bosan lagi.

Author: snylees
last update Last Updated: 2022-01-05 00:31:08

Para hadirin berteriak panik dan histeris seperti Clare setiap menangkap basah ketika Henry hendak atau tengah melakukan percobaan bunuh diri tanpa alasan yang masuk akal. 

Henry satu-satunya yang mungkin paling tenang di sana. Ia mencoba menganalisis area sekitar sebelum akhirnya polisi berdatangan. Osvard Anderson adalah salah satu anggota polisi terbaik di Westminster. Osvard juga merupakan teman dekat Henry, usianya lima tahun di atasnya yang berarti 34 tahun. Tubuh jangkung nan tegap itu berjalan ke arahnya. Setelah kurang lebih sebulan lamanya tidak bertemu kumis dan janggutnya itu kelihatan semakin lebat saja, menurut Henry. Tapi tidak mungkin ia memilih topik tersebut sebagai pembicaraan di saat yang seperti ini.

"Osvard!" seru Henry.

"Kasus di awal tahun, huh?" balasnya disertai senyum segaris di wajah tegasnya.

Henry mendengus, "Padahal jatah cutiku masih satu minggu lagi."

"Kau berkata seakan kau begitu kesal, namun ekspresi wajahmu berkata lain. Aku yakin kau sangat senang dapat kembali bekerja," ungkap Osvard. Matanya melirik ke arah lain saat Henry menjawab, ia memastikan rekan-rekannya mengamankan TKP dan orang-orang dengan baik.

"Seratus persen benar. Cuti sangat membosankan, tapi sekarang aku sudah tidak bosan lagi." Henry berkata begitu entengnya.

"Aku berharap bisa menggantikanmu cuti," lontar Osvard. Keduanya terkekeh pelan sebelum sibuk mengumpulkan para tersangka sesuai pengamatan Henry saat pertama kali melihat TKP.

Tersangka: pertama, wanita yang berteriak ketika melihat korban yang bernama Rosetta, lalu seorang pelayan yang mengedarkan wine bernama Bill, yang ketiga tukang dekorasi bernama Matt, dan yang terakhir Josh, laki-laki yang seusia dengan Terry. Mereka semua memiliki alibi masing-masing, dan Henry akan mencoba mengupas mereka satu persatu dan menyatukan kembali dengan kasus agar menjadi valid.

"Mari selesaikan ini dengan baik, Littlejohn."

Mendengar penuturan temannya sekaligus partner lamanya dalam urusan detektif dan menyelesaikan teka-teki masalah itu Henry merasakan kembali semangatnya.

----

"Aku baru saja mendatangi meja itu dan lelaki itu sudah berlumuran darah di sana." Rosetta mencoba berbicara dengan normal akan tetapi mulutnya kaku dan tubuhnya terus bergetar hebat.

Henry melihat sorot ketakutan alami yang tersirat di mata wanita bernama Rosetta itu. Di dalam otaknya, Henry seolah-olah memiliki sebuah notasi yang berisikan nama-nama para tersangka, lalu ia mencoret nama Rosetta dari daftar tersebut.

Osvard membantunya mengintrogasi tersangka lainnya. Pendengarannya dengan teliti menangkap semua percakapan penting. Beginilah jika Henry sedang bekerja, sikap kekanakannya akan melebur sementara dan ia bertingkah laku bak orang yang berbeda.

"Apa kau membawa pisau dari area dapur kemari, Mr. Bill?" tanya Henry.

Bill, salah satu pelayan yang bekerja di acara pernikahan ini memiliki alibi: hanya melakukan tugas pelayanan yang semestinya, Bill juga bilang jika dirinya cuma mengedarkan minuman dari dapur untuk diberikan kepada para hadirin dan tidak menambahkan apa pun ke dalamnya apalagi sampai berencana membunuh orang, ia tidak menyentuh pisau atau peralatan dapur lainnya karena tugasnya hanya mengedarkan nampan berisi belasan gelas wine.

Henry menatap lamat-lamat pisau yang masih tertancap di punggung korban. "Osvard, suruh seseorang mengecek semua pisau yang dipakai pegawai di dapur," titah Henry.

Tanpa ba-bi-bu Osvard menyuruh beberapa rekannya untuk melakukan apa yang Henry katakan.

"Apa alibimu, Tuan muda?" tanya Osvard pada Josh dengan suara yang dibuat-buat.

Josh kelabakan dan menyebutkan alibinya dengan cepat. Sikapnya tentu mengundang curiga banyak orang.

"Aku sedang menelepon! Aku bersumpah tidak melihat sedikit pun kejadiannya! Aku menelepon membelakangi korban! Aku bersumpah tidak melihat atau melakukan apa pun!" katanya.

"Kenapa kau menelepon di area sini?" tanya Osvard lagi.

Henry cepat-cepat membalas, "Karena area ini yang paling sepi di antara yang lain," tebaknya.

Josh, lelaki itu mengangguk-angguk cepat. Membenarkan tebakan Henry.

Lalu Henry mengembuskan napasnya, mulai melangkah pada Matthew atau Matt, seorang tukang dekorasi pernikahan.

"Dan kau Mr. Matthew, sebutkan alibimu."

Dengan terbata-bata Matt berbicara, "Aku... aku sempat berbicara pada korban sebelum tragedi ini terjadi. Dia... dia terus berdiri di dekat pohon hias ini, karena kebetulan lampu di pohon hias yang satu ini mati jadi aku meminta orang itu untuk bergeser sedikit. Hanya itu!"

"Lalu?" ucap Henry, tahu kalau Matt belum selesai berbicara.

"L-lalu... aku pergi sebentar untuk mengambil tang yang tertinggal di kotak peralatanku. Dan saat aku kembali lelaki itu sudah mati. Percayalah aku tidak melakukan apa-apa, aku tidak tahu apa-apa!" Matt menyelesaikan ucapannya dengan suara tegas.

"Dia berbohong." Osvard berucap cukup lantang.

Semua arah pandang mata langsung terarah padanya. Kemudian Osvard berjalan dengan langkah berat dan membisikkan sesuatu pada Henry.

"Osvard...."

Related chapters

  • Tesis Filantropis   Bab 4: Datang dan pergi.

    "Osvard...."Lagi-lagi Henry mengembuskan napas kasar. "Maaf semuanya, rekanku sedang menjawab telepon tadi. Lupakan dia."Osvard menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa bersalah karena merusak suasana. Lantas ia mematikan daya ponselnya.Henry menggenggam pisau berlumuran darah korban yang telah dibungkus plastik bening oleh rekan Osvard, dan di sebelah tangannya lagi ia menggenggam plastik lainnya yang berisi sisa wine bekas korban. Indra penciumannya berusaha mengenali suatu zat lain yang mungkin tercampur di dalam wine tersebut—bisa jadi obat, racun, dan lainnya—tapi Henry kesulitan menganalisis tanpa alat bantu di lab-nya."Laki-laki ini meninggal sekitar pukul 12.46 yang artinya beberapa menit setelah dia menengg

    Last Updated : 2022-01-05
  • Tesis Filantropis   Bab 5: Tantangan detektif.

    "Tidak usah ikut campur, Dokter." Misa berucap dingin.Perkataan gadis itu membuat Henry baru menyadari kalau jas labnya belum dilepas setelah ia ke rumah sakit tadi. Sekarang ia tampak seperti seorang dokter sejati."Hey, Nyonya. Tuan Littlejohn ini juga seorang detektif. Kau tidak mengenalnya?" ujar Dale dengan nada malas.Misa berjengit, lantas ia membenarkan posisi berdirinya yang terlihat agak sombong dan tidak sopan. Misa berdeham kencang seraya melirik tajam Henry yang kikuk. Sebetulnya Misa mengetahui siapa itu Henry Littlejohn tetapi ia pikir Henry Littlejohn ini hanyalah seorang detektif baru yang ketenarannya langsung melejit tinggi setelah menuntaskan kasus pertamanya dua tahun silam. Dan sebetulnya juga, Misa amat membencinya karena banyak orang-orang yan

    Last Updated : 2022-01-16
  • Tesis Filantropis   Bab 6: Selamat malam.

    Misa berteriak ketika mendapati Henry muncul; menempel pada kaca mobilnya secara gaib."Kau!"Henry melambaikan tangannya dari luar kaca mobil. Memberikan isyarat pada Misa untuk menurunkan kaca mobilnya. Dan dengan amat sangat terpaksa Misa menurunkannya."Bicaralah cepat! Aku tidak tahan melihat wajah busukmu itu lebih lama lagi.""Astaga, kau memang pandai memuji. Tolong turunkan sedikit lagi agar suaraku dapat terdengar jelas," Henry meminta tapi tak langsung dikabulkan. Gadis Asia itu malah menggertaknya."Aku tidak tuli, bodoh."Henry tertawa. "Buka dulu sedikit...."Dengan enggan Misa menurunkan lagi kacanya, hanya sedikit. Sedetik kemudian, tangan kurus Henry masuk dan bergerak lihai mencoba untuk membuka kunci pintu mobil dari dalam. Sebelum Misa memaki, Henry telah berhasil membuka pintu mobil Misa dan duduk di kursi penumpang."Gila! Aku bisa gila!""Tenanglah, kau tidak akan terlalu gila selama aku ada di dek

    Last Updated : 2022-01-16
  • Tesis Filantropis   Bab 7: Destinasi selanjutnya.

    Henry mengajak Arlo untuk membantunya di kasus ini. Pada awalnya Arlo menolak mentah-mentah setelah mengetahui kalau misi yang diberikan hanyalah tantangan dari seseorang yang baru ditemuinya dalam kurun satu hari atau bahkan belum genap sehari. Akan tetapi, Arlo lebih tidak tahan berdebat dan berurusan dengan Henry mode manja seperti bayi besar. Dan berakhirlah mereka berdua di sini, di Tothill Street, salah satu kantor polisi pusat di Westminster. Nama Arlo Martinez cukup terkenal karena telah beberapa kali menyelesaikan suatu kasus bersama Henry. Pekerjaan tetap Arlo adalah sebagai wartawan, karena itulah Henry sangat membutuhkan Arlo untuk bekerja bersamanya sebagai partner detektif."Ke mana kau saat hari pernikahan?" Henry menyela percakapan Arlo dan Osvard.Arlo yang merasa ditanya lantas menjawab. "Aku terserang flu waktu itu. Tapi aku sudah mengirim hadiah pernikahannya, tenang saja.""Ada kasus saat acara pernikahan—""Ak

    Last Updated : 2022-01-16
  • Tesis Filantropis   Bab 8: Sandiwara mobil lawas.

    Destinasi selanjutnya versi terbaru adalah Belgrave Road, tempat apartemen Wood berada. Misa dan Henry sepakat untuk menelusuri dalam dan luar tempat tersebut, dan mengubah Millbank di opsi terakhir.Setelah berunding selama satu jam, mereka berhasil membagi-bagi tugas: Arlo, Henry, dan Misa bertugas untuk memata-matai secara langsung dan berakting, Osvard bagian pengawasan jarak dekat, Edith ditugaskan untuk mengawas secara tidak langsung dengan kemampuan meretasnya. Dale, dia tetap berjaga di kantor polisi, bagaimanapun juga Dale adalah pengurus penting yang memiliki banyak klien di kantor polisi, mereka tidak bisa memaksa."Apa yang biasanya orang-orang kaya itu lakukan di waktu seperti ini? Bersiap untuk berpesta?" celoteh Henry. Ia menengadahkan wajahnya ketika melihat bangunan tinggi itu."Aku pernah beberapa kali kemari untuk kepentingan kerja. Dalamnya bagaikan negeri dongeng," sambung Arlo yang duduk bersebelahan dengan Henry.M

    Last Updated : 2022-01-16
  • Tesis Filantropis   Bab 9: Bukan keluarga Arthur!

    Gemercik air yang keluar dari keran wastafel mematahkan keheningan. Umum diketahui bahwa suara air itu merelaksasikan. Henry mengerutkan kening, mencoba untuk lebih tenang. Selain agar tidak dicurigai, alasan Henry menyalakan keran adalah untuk meredakan rasa gelisahnya.Akan tetapi, sumber dari kegelisahannya tak kunjung muncul."Ayolah, Misa....""Aku baik-baik saja."Batu besar yang menimpanya seolah-olah berubah wujud menjadi dedaunan kering yang begitu ringannya tersapu embusan angin. Dalam hati Henry mengucapkan syukur."Apa kau baik-baik saja?" Henry memastikan."Sudah kubilang aku baik-baik saja."Henry mengembuskan napasnya berat. "Katakan, siapa orang itu?" tanya Henry."Orang itu ternyata—tunggu, di mana rekan sandiwaramu?"Bak tersambar petir Henry terdiam sambil mengutuk dalam hati. "Kau terlihat peduli sek

    Last Updated : 2022-01-18
  • Tesis Filantropis   Bab 10: Peribahasa seru.

    "Mengapa kau tidak menjawab panggilanku tadi?" Misa bertanya pada Osvard dengan nada kesal."Benda milikku ini tiba-tiba saja tidak dapat berfungsi, bahkan sampai sekarang. Aku sudah mencoba memperbaikinya, coba lihatlah sendiri," ucap Osvard sambil melempar in-ear-nya pada Misa.Saat Misa memeriksanya, ia tidak menemukan kerusakan apa pun, jadi ia coba untuk menggunakannya. Ajaibnya benda itu langsung berfungsi kembali dengan baik. Misa melemparkannya lagi pada Osvard, "Bilang saja kau tidak bisa menggunakannya, Kakek.""Hey?!" jengkelnya.Petang itu juga mereka melanjutkan misi menuju tempat yang mereka jadikan opsi terakhir: Millbank.Arlo sedikit tenang selam

    Last Updated : 2022-01-26
  • Tesis Filantropis   Bab 11: Opsi terakhir.

    Hanya Henry yang dapat terbebas dari jerat benang kusut. Meskipun rencana kali ini terbilang cukup tergesa-gesa tanpa adanya musyawarah bersama anggota lainnya, namun Henry sangat yakin dengan apa yang diputuskannya saat ini. Dan yang harus ia lakukan selanjutnya adalah: bagaimana ia membuktikan premisnya kepada yang lain. Akan tetapi, tidak ada bukti yang dapat meyakinkan mereka selain teorinya sendiri.Dari ujung matanya Henry melihat Misa dengan ekspresi wajahnya seperti seekor landak yang siap menyerang musuh dengan durinya. Gadis itu pasti semakin membencinya sekarang."Mobil itu memiliki satu tujuan dengan kita. Jangan khawatir." Henry membuka suara.Misa merajut alis, tangannya ia silangkan di dada."Apa yang

    Last Updated : 2022-02-07

Latest chapter

  • Tesis Filantropis   Bab 35: 9 tahun lalu.

    "Sembilan tahun yang lalu, saat itu Whitelaw masihlah dokter magang, bukan seperti yang sekarang. Whitelaw adalah nama yang digunakannya selama bekerja di sini, dan mungkin dia mengubah panggilannya setelah keluar dari rumah sakit ini. Whitelaw adalah seorang yang pekerja keras dan penggila kesempurnaan. Lalu, mengapa saya tahu itu semua? Karena saya adalah teman satu universitasnya dulu. Saya dan Whitelaw dulu adalah teman baik..."Henry terus mendengarkan tanpa berniat bertanya.Dr. Norman melanjutkan, "Tetapi semenjak Whitelaw gagal lulus sesuai rencananya, dia mulai agak sedikit berubah. Kala itu, memang sesuatu yang tak dapat diduga. Dia harus mengulang. Saya terus memberinya dukungan sebagai seorang teman. Awalnya, Whitelaw menanggapi tapi lama-kelamaan—semenjak saya lulus lebih dulu—dia mengubah kami menjad

  • Tesis Filantropis   Bab 34: Mengetahui siapa itu Whitelaw.

    "Sally! Sally!" Henry melesat masuk begitu saja ke dalam ruang kearsipan, di depan Sally dia langsung menghentikan langkah dan menatapnya heran sebab wanita umur tiga puluhan itu tidak membentaknya seperti yang biasa wanita itu lakukan.Sally menoleh padanya, di sebelah kiri pipinya terlihat membengkak, Henry menyimpulkan bahwa alasan di balik Sally yang pendiam hari ini adalah karena sakit gigi. Ia tidak mengerti apa yang hendak wanita itu isyaratkan padanya melalui sorot matanya yang tajam, tapi jika ditebak-tebak pasti tak jauh dari 'jangan berisik' atau 'pergilah' yang ingin dikatakannya. Lantas Henry hanya mengangguk-angguk meski tidak paham apa yang dikatakan Sally, karena wanita itu kini tengah berusaha berbicara tetapi kesulitan akibat giginya yang sakit.'Ya, ya. Aku tahu gigimu sedang sakit, maaf karena telah membuat keributan tiba-tiba...," ucap Henry.Sally bergumam tidak jelas lagi."Sudahkah kau pergi ke dokter gigi d

  • Tesis Filantropis   Bab 33: Bantuan Mr. Robert.

    Singkat cerita mengenai Henry dan Misa yang membantu Kent berbenah toko peralatan kantor milik pamannya sejak matahari baru memunculkan diri. Karena rencana mereka agar toko milik paman Kent ini akan selesai pada jam bukanya atau jam 11 pagi. Tapi Henry buru-buru menolak hal tersebut dan menambahkan syarat pada perjanjian: bahwa mereka takkan bersedia membantu Kent membereskan toko jika Kent tidak ikut bersama mereka menjenguk pamannya. Bagaimanapun juga Kent masih tetap tahanannya, dan Kent bisa melakukan apa pun untuk mengelabuinya. Kent yang sudah terlalu lengah pada akhirnya menuruti kemauan Henry. Dia bingung harus melakukan apa agar dirinya dapat terlepas dari prasangka sang Detektif. Pun si teman Detektif yang merupakan seorang detektif juga tidak berniat mempercayainya. Maka dari itu, Kent lebih memilih bergerak gesit agar semuanya dapat kembali normal. Tanpa ada detektif, kasus, polisi, bukti, atau apa pun yang berhubungan dengan itu. Setelah melalui b

  • Tesis Filantropis   Bab 32: Betapa mengejutkannya.

    Mereka menunggu sampai Kent selesai melayani pelanggannya. Sembari menunggu mereka berkeliling mencari keberadaan benda yang dicari. Walaupun Toko Peralatan Kantor ini memang tidak kelihatan seperti Toko Peralatan Kantor pada biasanya dari luar, di dalamnya tak dapat diragukan lagi kalau ini adalah sebuah Toko Peralatan Kantor. Banyak sekali buku nota, binder, map, dan sejenisnya, bahkan hingga printer tua yang namun masih terlihat berfungsi, kursi kantor, hingga loker-loker kecil dan sedang dengan harga terjangkau pun ada. Kekurangannya adalah... banyak sekali. Tampaknya pegawai di toko ini sedikit, sehingga pasti kesulitan untuk membenah barang-barang yang ada tertata rapi. Dan pasti juga ada campur tangan dari pelanggan yang seenaknya melihat-lihat ataupun mengacak-ngacak ketika mencari sesuatu tanpa dibereskan kembali setelahnya. Tapi Henry sendiri kemari bukan untuk menjadi seorang kritikus, melainkan sebagai seorang detektif.Akhirnya, 2 pelanggan terakhir yang be

  • Tesis Filantropis   Bab 31: Toko Peralatan Kantor.

    Hari ini Misa dan Violet sudah bertemu dua kali, Sebuah kebetulan yang aneh; Misa sendiri tidak menyangka kalau orang yang ditemuinya merupakan salah satu dari teman Henry, dunia seolah menyempit. Apa pun yang dia jumpai semuanya memiliki hubungan dengan Henry, entah apa pun itu."Kau mengenal Violet?" tanya Henry penasaran."Tidak. Kita baru bertemu tadi siang... tak sengaja bertemu lebih tepatnya."Henry mengangguk paham."Tampaknya pacarmu itu merajuk." Misa memperhatikan raut wajah Violet sebelum wanita itu beranjak pergi tadi."Hey? Apa maksudnya pacar? Aku tidak tertarik padanya," tangkis Henry cekatan."Perkataanmu itu akan menyakiti hatinya jika dia mendengar, benar-benar berhati dingin." Misa menyinggung Henry tanpa ragu.Mendengarnya Henry ingin sekali membelikannya sebuah kaca yang sangat besar agar gadis itu dapat melihat dirinya sendiri tak jauh seperti apa yang dia ungkapkan. Karena tidak ingin me

  • Tesis Filantropis   Bab 30: Pertemuan penting.

    "Bagaimana bis—tunggu sebentar... mengapa kau malah meneleponku? Sudahkah kaucari?"Misa merasa ada yang aneh pada Henry, ia jadi berpikir orang itu tengah membohonginya."Aku meneleponmu tanpa alasan," jawab Henry dari seberang sana.Apa yang ada di dalam kepala lelaki itu Misa selalu tidak memahaminya. "Jernihkan dulu pikiranmu. Di mana kau sekarang?" Misa bermaksud untuk mendatangi Henry saat itu juga.Henry menjawab, "Itu dia, aku masih ada jam kerja setelah ini. Temui aku di rumah sakit di ruanganku dua jam lagi.""Dua jam lagi? Yang benar saja...," gerutu Misa. "Baiklah, karena aku memiliki beberapa pertanyaan juga untukmu. Sampai jumpa dua jam lagi."Terdengar suara helaan napas dari sana, "Asal kau tahu, kau menyelamatkan otakku. Sampai jumpa dua jam lagi."Bip! Misa mematikan panggilannya lebih dulu, trolinya didorong ke kasir, butuh waktu 15-20 menit untuk Misa mengantre. Siang ini cukup ramai khalaya

  • Tesis Filantropis   Bab 29: Terluput.

    Kejadian sehari sebelumnya. Di malam hari di rumah sakit tempatnya bekerja, selepas Henry mengantarkan Misa ke apartemennya. "Tunggu sebentar, Kinsey," panggil Henry sambil menepuk bahunya.Kinsey menoleh dan mengangkat alisnya, "Ada apa, Mr. Littlejohn?""Kau bisa lebih dulu langsung ke ruang operasi, aku punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan Dr. Theodore," ucap Henry, wajahnya menampilkan senyum dibuat-buat.Kinsey yang memang tidak ingin ikut campur lebih jauh lagi pun mengangguk lalu melanjutkan langkah sambil melambaikan tangannya pada Henry tanpa membalikkan badan.Henry pun berjalan cepat ke arah ruangan Dr. Theodore; sesekali memastikan kalau barang-barang buktinya masih dia bawa. Di depan ruangan Dr. Theodore seperti biasanya dia akan mengetuk dan meminta izin masuk sebelum orangnya mengizinkan."Masuk."Pintu ruangan Dr. Theodore lantas dibuka oleh Henry secara perlahan; ketika Henry masuk Dr. Theodore

  • Tesis Filantropis   Bab 28: 155 tujuan maskapai.

    Sebelum matahari semakin memunculkan dirinya, Edith bangkit dari kasur dan langsung membuka kulkas mereka. Tidak banyak bahan makanan karena di awal bulan ini mereka berdua belum sempat untuk berbelanja kebutuhan sandang. Karena itu, Edith terpaksa hanya memasak roti isi telur omelette dengan saur cabai dan saus mustard yang tinggal tersisa sedikit. Sebenarnya, hampir tiga hari ini Edith dan Misa hanya sarapan dengan menu yang sama, agak bosan namun harus bagaimana lagi.Misa keluar dari kamar masih memakai piyama cokelat motif kuda kesukaannya, berjalan ke arah kamar mandi sembari mengusap wajahnya berkali-kali."Roti omelette lagi tidak apa-apa, kan?" tanya Edith pada Misa.Misa mengangguk cepat. "Itu sudah lebih dari cukup," kata Misa, sebelum setelahnya ia kembali melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi.Beberapa menit sesudah Edith menyiapkan sarapan, Misa keluar dari kamar mandi dengan rambut hitam sepunggungnya yang basah; pakaiann

  • Tesis Filantropis   Bab 27: Flying without wings.

    Telepon Henry berdering ketika ia hendak menyuapkan steiknya ke mulut, lantas ia mengeluarkan ponsel pintar itu dari saku mantelnya sambil merengut malas. "Halo," ucap Henry dengan mulutnya yang masih mengunyah daging. "Halo, Henry. Maaf sebelumnya aku tidak sempat mengangkat panggilanmu tadi, aku sedang berbincang dengan temanku." Arlo menyahut dari seberang sana. Misa dan Osvard sama-sama terdiam sembari menikmati hidangan mereka dan membiarkan Henry menelepon dengan tenang. "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa kau sedang sibuk?" tanya Henry. Tangannya yang menggenggam sebuah garpu menusuk satu potong daging lalu melahapnya lagi.

DMCA.com Protection Status