Share

Bab 42

Penulis: Pena_yuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 42

Kusingkirkan cobek yang ada di depanku. Takutnya aku khilaf dan melemparkan benda itu ke arah Teh Rani.

"Tanggung jawab apa, Ran? Abah sudah melakukan semua yang Abah bisa lakukan untuk Almarhum Bapakmu," ujar Abah dengan memandang wanita itu.

"Itu belum cukup, Bah. Masih kurang dan sangat kurang. Gara-gara naik perahu Abah, Bapak jadi meninggalkan aku dan Emak." 

Kini air mata Teh Rani mulai terjun dan berucuran. 

Meninggalnya Mang Asep memang pukulan terberat bagi Teh Rani. Kini, ia menjadi seorang yatim piatu. Yang hanya tinggal dengan neneknya yang mengalami setroke.

Apa karena tidak ada lagi sosok tulang punggung di keluarga mereka, hingga Teh Rani datang dan minta tanggung jawab dari Abah? 

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 43

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 43"Tidak bisa! Abah akan pikirkan bagaimana agar Rani dan Emakmu, masih tetap bisa makan. Sekarang, pulanglah. Nanti Abah akan ke rumahmu."Awalnya Teh Rani menolak untuk pulang, tapi setelah Abah membujuknya, ia pun akhirnya pergi juga."Tidak nyangka, si Rani sampai nekad ingin nikah sama Abah, gegara sudah tak ada lagi yang memenuhi kebutuhan dia. Ck ck ck, anak jaman sekarang, tidak mau hidup susah," ujar Mang Karim.Semua orang mengangguk setuju.Satu persatu orang-orang mulai pergi meninggalkan rumah Abah. Tinggallah aku dan Abah yang duduk menyandarkan punggung pada tembok."Bah.""Hmm.""Abah jangan nikah sama Teh Rani."Hening. Abah tidak menjawab ucapanku. Apa jangan-j

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 44

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 44"Luar biasa, kamu Rin. Luar biasa malu! Hahaha ...!!"Santi kembali tergelak saat setelah aku menceritakan kejadian memalukan yang tadi aku alami."Kamu ketemu dia di mana, sih?" tanyanya lagi seraya memungut kacang dan memakannya."Di toko Bu Haji, pas beli ini." Aku menunjuk cemilan di tanganku."Udah kegeeran aja, dikira mau nyulik. Eh, padahal kamu yang nyulik sepatu dia."Santi kembali menertawakan kemalanganku.Aku membiarkan dia tertawa sepuas hatinya. Anggap saja aku pelawak yang sedang menghibur penonton.Tidak apa-apa, bikin orang tertawa itu berpahala, bukan? Walaupun jika diingat kejadiannya jadi nyesek juga. Malu."Mungkin, ini azab bua

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 45

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 45Abah mengembuskan napas kasar.Aku mematikan kompor dan menuangkan sayur bening yang telah selesai aku masak ke dalam mangkuk. Selanjutnya, aku duduk di kursi meja makan untuk mendengarkan Abah bicara."Tidak apa-apa, hanya untuk menghindari hal yang sama. Abah tidak mau ada korban selanjutnya jika perahu itu tetap Abah pakai.""Sayang banget, Bah kalau dijual. Lagipula, kesalahan ada pada nelayannya, yang lupa mengisi bahan bakar. Bukan karena perahunya. Perahu mahal, lho, Bah."Abah mengembuskan napas kasar untuk kesekian kalinya.Aku tahu, harga jual perahu, tidak sebanding dengan harga belinya. Dan pasti, jauh lebih murah dari perahu baru."Abah tahu. Tapi, perahu kita itu rusak, setelah terombang-ambing selama dua hari dua malam di te

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 46

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 46Aku dan Santi saling pandang. Kemudian, kembali melihat wajah Ira yang menunduk dalam."Kamu nggak salah ngomong?" tanyaku untuk memastikan jika telingaku tak salah dengar."Tidak. Aku ingin bertemu Mbak Arin, memang untuk pinjam uang."Aku tahu jika mereka akan kesulitan keuangan, tapi aku tidak menyangka jika Ira akan datang dan berani meminjam uang padaku.Setelah apa yang mereka perbuat padaku, setelah bersekongkol mencurangi aku, kini dia datang dan dengan percaya diri ingin meminjam uangku? Apa dia tidak punya pikiran?"Mbak, aku tahu, Mbak Arin pasti benci banget sama aku, sama Ibu, dan Mas Andri juga Mas Ari. Tapi ... untuk kali ini saja, tolongin aku, Mbak. Aku sangat membutuhkan

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 47

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 47Sampai di rumah, aku langsung memasak untuk sarapan kita hari ini. Kemudian, mandi dan beristirahat sebentar sebelum berangkat ke pengadilan.Alhamdulilah, sidang perceraianku dipermudah. Karena tidak ada perlawanan dari Mas Andri, sidang pun jadi bisa selesai lebih cepat. Dia menyerahkan semuanya padaku, dan hanya pasrah dengan keputusan sidang. Tidak ada drama rebutan harta gono-gini, dan tidak ada drama berebut hak asuh anak, karena kita tidak memiliki keturunan dari pernikahan itu.Aku dan Mas Andri sama-sama memilih berpisah secara baik-baik di depan hukum, tapi saling menyimpan dendam di luar pengadilan.Pukul delapan, aku dan Abah pergi ke kantor pengadilan agama. Hanya beberapa jam di sana, kita pun pulang dengan hasil yang kita inginkan. Hari ini, aku resmi berpisah secara hukum

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 48

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 48"Aduh, Rin, kamu itu anak nelayan, seumur hidup tinggal di pinggir pantai, tapi naik perahu malah mabok." Abah menggerutu seraya memijit tengkuk leherku.Aku masih menunduk seraya mengeluarkan isi dalam perutku."Nih, kasih air hangat." Suara Kang Diki terdengar mendekat. Satu gelas air hangat ia berikan pada Abah."Minum dulu, Rin."Aku mengambil segelas air hangat dari Abah dan meminumnya."Arin itu, mendingan dibawa ngebut naik motor, Bah. Daripada harus naik perahu. Oleng!" tuturku. Aku berdiri dan berjalan meninggalkan muntahan yang bercecer di pasir.Aku menjatuhkan bokong di bangku panjang di bawah pohon pandan. Membaringkan tubuh yang baru saja mengalami guncangan.

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 49

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 49"Kok, bengong. Hey!"Aku tersadar saat Yusuf mengibaskan tangannya di depanku."Eh, gak papa," ujarku gugup.Mas Andri menoleh padaku yang berdiri di depan kasir. Sedangkan ia, baru saja keluar dari dapur restoran."Kamu ngapain di sini, Rin?" tanya Mas Andri saat akan keluar."Aku, mau nganterin ini untuk A Yusuf dan karyawannya." Aku mengangkat besek, lalu menyimpannya di meja kasir.Mas Andri hanya ber 'oh' saja. Kemudian, ia kembali berjalan seraya melewatiku."Eh, Mas!" Aku berteriak membuat mantan suamiku itu membalikkan badan."Ada apa?""Em ... cepat pulang ke rumah."Dia menautkan alis dengan mata yang menyipit.

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 50

    TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 50Mereka terlalu terbuai oleh nafsu dan dosa yang sedang mereka nikmati, hingga tidak sadar, jika dengan ranting kecil di tanganku, aku mengambil satu persatu pakaian mereka.Sulit memang, mengambil helaian demi helaian kain yang menumpuk di atas pasir. Tapi, aku tidak ingin menyerah untuk memberikan pelajaran kepada mereka.Aku bernapas lega, saat kini semua pakaian Hena dan Ari sudah di tanganku. Aku menggulung kain-kain itu, dan membawanya menjauh dari tempat mereka sekarang. Aku menyimpan pakian mereka di perahu yang tadi aku jadikan tempat bersembunyi.Kita lihat, apa yang akan mereka lakukan jika sadar, bahwa pakaian mereka tidak ada di tempatnya."Huh!" Aku membuang napas kasar seraya menepuk-nepuk telapak tanganku.

Bab terbaru

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Extra part 2

    Pukul setengah lima sore, aku sudah berdiri di depan pagar. Menanti kepulangan gadisku dari menuntut ilmu."Huhu .... Hu hu ...!" Seorang anak laki-laki menangis berjalan melewatiku."Dek, kenapa?" tanyaku menghentikan anak itu."Dijahatin, Bi.""Dijahatin sama siapa?" tanyaku lagi.Anak yang berusia sebaya dengan Aish itu mengusap matanya yang sudah merah karena air mata."Sama Aisha. Huhu ...." Dia kembali menangis seraya menunduk. Kemudian, berjalan meninggalkanku.Ya Allah, apa yang dilakukan Aisha?Aku melihat ke arah mesjid, tidak ada tanda-tanda Aisha berjalan dari sana. Hatiku mulai cemas, mungkin dia tidak mau pulang karena takut aku marahi. Aku pun berniat untuk ke sana, menjemput Aisha ke tempat dia mengaji.Namun, baru satu langkah ka

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Extra part 1

    ENAM TAHUN KEMUDIAN"Aisha!"Aku keluar dari dalam rumah dengan piring di tangan. Sepagi ini, anak itu sudah tidak ada di dalam rumah.Yusuf pun sama. Pasti mereka sekarang sedang bersama saat ini. Tapi, di mana?Di restoran? Atau di kolam?Aku berjalan menyusuri jalanan setapak menuju kawasan kolam renang. Setelah barusan ke restoran, ternyata mereka tidak ada di sana, kini kakiku melangkah masuk ke wisata kolam renang yang kami buat tiga tahun yang lalu.Rame? Alhamdulilah. Banyak sekali pengunjung yang datang setiap harinya.Bukan hanya ada kolam renang saja, ada juga tempat bersua foto yang cocok sekali bagi anak muda yang suka berselfi ria.Kehadiran Aisha laksana magnet rezeki bagi kami. Dari mulai dia di dalam perut sampai dia lahir, rezekinya tak hent

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   ENDING

    "Bertepatan dengan tujuh bulan kehamilan istri saya, khusus hari ini, saya akan menggratiskan seluruh pelanggan yang makan di restoran kami ini. Silahkan nikmati hidangan kami, dengan suka cita."Tepuk tangan dan suara orang-orang yang mengucapkan terima kasih, begitu riuh terdengar oleh kami. Aku yang berdiri tepat di samping suamiku ikut merasakan senang dengan apa yang disampaikan Yusuf barusan.Kita sedang berbahagia, apa salahnya kita juga memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Contohnya kepada pelanggan setia yang selalu datang dan makan di restoran kami."Kita lihat yang di rumah, yuk!"Yusuf mengangguk. Dengan hati-hati, ia menuntunku untuk keluar dari restoran. Perutku yang semakin besar, membuatku tidak bisa berjalan dengan cepat seperti sebelum hamil. Dan Yusuf, dia semakin protektif dengan melarangku mel

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 95

    "Masya Allah, Abah ...," ucap Yusuf menggelengkan kepala."Besarkan suaranya, A!"Yusuf pun menekan tombol di samping ponsel untuk menambah volume suara."PENGUMUMAN! Dengarkan semuanya!" Dengan melambaikan tangan ke atas, Abah berkata dengan begitu lantang.Aku masih fokus untuk mendengarkan apa yang Abah sampaikan."Dikarenakan hari ini saya sedang berbahagia atas kepulangan menantu saya, juga atas adanya kabar jika sebentar lagi saya akan menjadi seorang kakek, jadi ... khusus malam ini semua nelayan yang memakai perahu saya, saya bebaskan dari setoran harian! Semua ikan yang kalian dapatkan dari hasil melaut malam ini, semuanya untuk kalian! Tidak perlu kalian menyetorkan hasil tangkapan pada saya! Aku bersedekah pada kalian!"Aku menutup mulut dengan rasa haru. Sebahagia itu Abah saat mengetahui kehamilanku. Bahkan ia sampai mensedekahkan penghasilan yang selama ini jadi sumber keuangannya. 

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 94

    Tidak berapa lama, mereka pun pergi menuju rumah Aki Sanip. Dasar mereka, dengan alasan tidak ingin mengganggu bulan madu kedua kami, mereka sampai pergi ke rumah orang tuanya. Padahal hari sudah mulai gelap, adzan maghrib pun sudah terdengar diserukan dari mesjid."Kita salat dulu, ya? Nanti setelahnya, kita makan."Aku mengangguk mengiyakan ajakan Yusuf.Makan malam kali ini begitu sempurna menurutku. Yang biasanya aku sendiri, kini sudah ada temannya lagi.Pria itu, selalu bisa membuatku beruntung bisa menjadi istrinya. Bagaimana tidak, dari awal makan, dia terus menyuapiku sampai ke suapan terakhir.Alhamdulilah, aku diperlakukan seperti ratu olehnya."Aku akan menembus hari-harimu tanpa aku. Melakukan apa yang telah aku lewatkan sebagai suami," ucapnya kala aku

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 93

    "Yusuf, kenapa pertanyaannya seperti itu?" ujar Mama Salma."Mama bayangin aja, sebulan lebih Yusuf pergi, dan sekarang ada berita kalau Arini, hamil. Ya, jelas aku bertanya-tanya lah."Aku menggelengkan kepala seraya menutup mulut. Aku tidak percaya, jika suamiku telah mencurigaiku."Ini anak kamu, A. Aku tidak mungkin berkhianat," kataku sembari tersedu."Anakku? Benar itu anakku? Bukan .... anak Aki Sanip?"Aku membulatkan mata mendengarkan ucapan dari Yusuf. Wajah Yusuf semakin memerah dengan kedua pipi mengembang menahan tawa."Hahaha! Wajahmu lucu sekali, Rin!" Tawa Yusuf pecah. Dia tergelak sembari memegangi perutnya.Aku mengusap mata yang tadi sempat mengeluarkan air dari sana.Plak!Ak

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 92

    Aku membuka mata perlahan. Melihat ke samping, di mana ada seorang pria yang tengah terlelap dalam tidurnya.Rasanya begitu damai dan tenang. Seperti hatiku yang kini sudah kembali merasa senang, karena kekasih hatiku telah kembali pulang.Melihat jam yang menempel di dinding, aku memilih turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Sudah pukul satu siang, dan aku belum menunaikan salat dzuhur."Assalamualaikum!""Waalaikumsalam!"Dengan masih berbalut mukena, aku keluar dari kamar untuk membuka pintu. Entah siapa yang datang, tapi sepertinya ... Mama!Ya, pasti orang tua Yusuf sudah sampai.Aku mempercepat langkahku agar bisa dengan segera membukakan pintu untuk mereka."Mama, Ayah?""Mana Yusuf, Rin?" tanya Mama dengan m

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 91

    Tuhan itu tahu apa yang terbaik untuk kita. Saat aku mulai belajar untuk iklhas atas kepergian suamiku, menerima yang telah jadi garis takdir hidupku, ternyata Tuhan mengembalikan suamiku dengan cara yang tidak pernah aku sangka.Dia datang sendiri memberikan kejutan di waktu yang tidak pernah aku duga.Bahagia?Dusta, jika aku mengatakan tidak.Hatiku ibarat taman bunga yang dipenuhi dengan bunga yang sedang bermekaran.Begitu indah, sangat indah dan berseri.Kini, tangan ini digenggamnya kembali. Sedari tadi, bibirku tak hentinya terus menebar senyum manis.[Neng, bawakan air mineral ke sini.] Aku menuliskan pesan kepada Neneng.Tidak lama, Neneng datang dengan dibantu temannya. Menyimpan d

  • Teruntuk Mantan Istri Suamiku   Bab 90

    "Sepuluh, ya? Sekarang ... coba kamu hitung jari tanganku." Yusuf menyimpan kedua telapak tangannya di pangkuanku.Beberapa saat diam dan tidak paham dengan apa yang dimaksud Yusuf, kini aku menyadari sesuatu."S–sembilan? Jari kelingkingmu?"Aku menghitung berulang kali jari tangan suamiku, tapi jumlahnya tetap sama. Yusuf, kehilangan jari kelingkingnya."Ya, sekarang aku cacat, tidak sempurna. Entah jenis ikan apa yang memakan jariku. Aku tidak menyadarinya."Ada gurat kecewa yang aku lihat dari matanya. Namun, tidak bagiku. Bukankah aku pernah berkata, kalau aku akan tetap menerima dia dalam keadaan apa pun juga? Meskipun cacat sekalipun.Aku tersenyum tulus padanya, mengambil kedua tangan itu dan menciumnya satu persatu."Jangan risau, Aku memiliki sep

DMCA.com Protection Status