Yuliani memperhatikan layar ponsel, ternyata yang menghubungi nomor baru. Wanita itu pun menerima panggilan dan menyapa si penelpon. "Tut ... tut ...." Panggilan telepon berakhir saat Yuliani menyapa."Gak jelas banget sih!" cetus Yuliani mengembalikan ponsel ke tangan Anton. Pria tampan langsung mengelus dada saat itu juga. Keberuntungan masih berpihak padanya, jadi pria itu tidak perlu khawatir. "Sayang, tunggu!" teriak Anton menghampiri wanita yang menjadi istrinya."Ada apa, Sayang?" tanya Yuliani menghentikan langkah kakinya. "Gapapa, aku cuma rindu." Anton menyahut pelan sembari melingkarkan kedua tangannya ke pinggang istrinya. Pria itu mulai bermanja mesra, tapi sang istri enggan untuk meladeni. "Aku pingin jalan-jalan, Mas." Yuliani mulai merengek. Dia merasa bosan di rumah terus dan tidak diajak jalan-jalan oleh suaminya selama mereka kembali bersama."Kamu mau jalan-jalan ke mana, Sayang?" tanya Anton sembari mengelus rambut Yuliani. "Kemana saja, Mas. Yang penting gak
"Wah gak nyangka, setelah lepas dari mas Anton sekarang malah punya gaetan baru. Cepat amat yak cari penggantinya," ledek Yuliani menghampiri wanita seksi. Berlian tidak menghiraukan perkataan Yuliani, justru memilih pergi menjauh dari wanita yang tengah hamil tersebut. Dia juga membawa pria yang saat ini sedang bersamanya. "Kamu kenal sama dia?" tanya pria yang saat ini sedang merangkul tubuh Berlian."Orang gak jelas, biarkan saja." Gak mungkin juga Berlian mengakui kalau suaminya adalah suami dari Yuliani juga.Mereka terus melangkahkan kaki ke arah toko aksesoris, tapi Berlian berhati-hati karena takut bertemu dengan Anton juga di sana. 'Ngapain juga aku khawatir ya? Bukankah Yuliani sudah ditinggalkan oleh mas Anton. Lantas kenapa aku takut mas Anton ada di sini juga?' pikirnya. Pria yang sedang bersamanya membuyarkan lamunan Berlian. "Kamu kenapa?" tanyanya. Lalu menggandeng tangan Berlian dengan erat. "Gapapa, Mas. Aku mau ke kamar mandi dulu, kebelet." Berlian izin ke kam
"Penghianat kamu, Mas!" pekik Yuliani tidak terima dengan perlakuan Anton."Bukan begitu, Sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya," kata Anton memelas. "Sudah, Mas. Gak ada yang perlu dijelaskan lagi. Kamu memang pria serakah dan egois. Bahkan, aku saja kamu kelabui hanya untuk mempertahankan wanita yang satu ini!" Berlian berbicara sembari menunjuk ke wajah Yuliani."Apa maksudmu! Aku yang tidak habis pikir, kenapa mas Anton masih mau sama kamu." Yuliani tidak terima dirinya dihina. Kemudian kedua wanita itu justru saling bertengkar satu sama lain. Sama-sama menarik rambut serta berbicara ngelantur saling menghina. Pria tampan tersebut mengerang prustasi. "Stop! Hentikan! Jangan seperti anak kecil kalian berdua! Malu dilihat orang!" hardik Anton tegas."Sekarang kamu pilih salah satu diantara kita, Mas." Yuliani memohon. Namun, Anton justru tetap pada pendiriannya. Dia ingin memilih keduanya, karena alasan anak. Jelas saja hati wanita yang sedang hamil itulah dongkol, Yuliani segera
Pria bernama Mike adalah ayah kandung dari Ayra. Berlian sengaja menjebak Anton waktu itu untuk bertanggung jawab. Semua itu dia lakukan karena ingin mengambil harta dari pria tampan itu."Kalau saja aku tahu kamu ternyata kere begini, mana mungkin aku mau menjebakmu mas Anton. Makanya aku fine fine aja meskipun kamu menikahi ku secara sirri." Berlian mengungkapkan semuanya, hingga membuat Anton meradang. Kalau saja pria itu tidak sadar sedang berada di tempat umum, sudah pasti dia akan melakukan kekerasan pada wanita yang berhasil membohonginya. Tangannya hampir saja melayang ke pipi Berlian, tapi diurungkan oleh pria tampan tersebut."Kenapa, Mas? Mau menampar? Tampar saja, Mas! Aku tidak keberatan dan biar semua orang yang melihat kita bisa membuatmu babak belur. Syukur-syukur dibawa ke penjara," ujar Berlian menantang. Hatinya merasa lega karena akhirnya dia tidak perlu diam-diam lagi bertemu dengan Mike. Lagi pula, pria itu sudah mendapatkan banyak uang dari Anton. "Oya, Mas. Te
Anton langsung main bogem tanpa memulai obrolan terlebih dulu. Dia seakan-akan kerasukan setan hingga membuat Reza tidak bisa melakukan perlawanan. "Stop!" teriak Yuliani tidak ingin Reza terus-terusan dipukuli. Bagaimanapun, pria itu tidak bersalah. Mendengar teriakan Yuliani, pria tampan berhenti untuk terus memukuli Reza. "Kamu apa-apaan sih, Mas! Kenapa kamu bersikap kasar padanya?" tanya Yuliani sembari menolong Reza. Wajah pria itu sudah penuh luka, serta darah segar mengalir dari mulutnya."Aku tidak ingin kamu dekat dengan pria lain, selain aku!" Anton menyahut tegas."Oh! Jadi begitu maunya kamu? Kamu sendiri bisa bersama wanita lain, kenapa aku tidak boleh? Dia itu cuma temanku, Mas. Tidak lebih!" jelas Yuliani dengan tatapan mata yang membulat sempurna."Mana ada mantan pacar dijadikan teman, kalau dari awal memang ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku! Apa mungkin kamu sama saja dengan Berlian, hah! Mengatakan bayi dalam kandunganmu itu anakku. Padahal dari hasil h
Anton memang tidak paham si peneror yang dimaksud sang Istri, sebab Yuliani tidak mengatakan apa pun sejak dia pulang ke rumah kontrakan itu. Mereka berdua pun melangkahkan kaki bersama-sama untuk mengecek siapa yang telah datang. "Ayah, Ibu!" panggil Yuliani ketika pintu rumah dibuka."Kalian kenapa gak kunci pintu pagar rumah? Nanti kalau ada orang jahat bagaimana?" Dina langsung melemparkan pertanyaan tanpa memberitahu kedatangan mereka untuk apa."Aku dan mas Anton lupa, Bu. Oya, silakan masuk!" Yuliani mempersilakan kedua orang tuanya untuk masuk."Gak usah, Ayah dan Ibu cuma sebentar kok ke sini. Cuma ingin memberikanmu ini," ujar Mark sembari memberikan buah kelapa muda yang ada digenggaman tangan. "Terima kasih, Ayah. Harusnya tidak usah repot-repot," kata Anton sembari mengambil buah kelapa muda itu karena Mark menyuguhkannya. "Gak repot kok, kebetulan juga kita lewat daerah sini. Jadi, sekalian saja kita mampir," ucap Mark sembari tersenyum. Dina mengajak Mark untuk perg
Yuliani menghubungi nomor yang sudah mengirimkan pesan. Namun, nomor tersebut tidak aktif. "Aneh, padahal jelas-jelas tadi nomor ini mengirimkan pesan. Apa dia langsung mematikan ponselnya setelah pesan itu dibaca olehku?" pikir Yuliani heran. Nomor tersebut juga tidak ada foto profilnya di aplikasi. "Aku harus ngecek nomor ini di ponsel mas Anton. Siapa tahu saja nomor ini tersimpan di sana." Yuliani mulai merencanakan sesuatu. Dia sebenarnya tidak ingin curiga, sebab sudah beberapa bulan pernikahan mereka baik-baik saja. Dia juga tidak melihat gelagat aneh atau mencurigakan dari sang Suami. Bahkan wanita yang tengah hamil besar itu sudah sepenuhnya percaya pada Anton kalau pria itu sudah berubah total. "Aku harus cari tahu siapa pengirim nomor ini, bisa saja dia cuma orang iseng atau iri pada kehidupan rumah tanggaku yang semakin membaik." Yuliani bermonolog. Lalu menekan keningnya secara perlahan, dia harus bisa berpikir jernih. Jangan sampai bersedih atau berpikir negatif secar
Yuliani mengecek pesan, tapi ternyata sudah dihapus oleh suaminya. "Aku harus menyelidikinya, sebab aku yakin pasti ada yang tidak beres. Kalau aku langsung bertanya pada mas Anton, aku yakin dia tidak akan memberitahuku langsung." Yuliani bergumam. Setelah mengetahui nomor itu ada di ponsel sang Suami, dia pun menaruhnya di atas nakas seperti yang diperintahkan oleh Anton. Yuliani kembali merebahkan tubuhnya, lalu memikirkan semuanya. "Kamu gak bisa istirahat, Sayang?" tanya Anton ketika melihat Yuliani masih membuka mata sembari melihat langit-langit kamar."Belum, Mas." Yuliani menjawab singkat."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Anton duduk di samping sang Istri yang lagi rebahan."Aku cuma cemas di waktu lahiran nanti. Apakah aku bisa? Soalnya aku dengar rasanya pasti sakit," kata Yuliani tidak berdusta. Dalam pikirannya memang random sekarang, banyak hal yang mengganggunya."Kamu gak usah cemas, 'kan ada aku yang akan menemanimu. Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja. Perca
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton