Rintihan Yuliani didengar oleh Anton, jadi pria itu segera menutup telepon dan menghampiri istrinya."Gak usah pedulikan aku, Mas. Aku tidak menyangka kamu akan mengulangi kesalahan yang sama. Menyimpan wanita lain," ujar Yuliani menepis tangan Anton yang hendak membantunya."Apa yang kamu katakan, Sayang? Wanita lain siapa? Aku tidak pernah menduakan mu." Anton berusaha untuk menjelaskan.Yuliani enggan mendengarkan, lagi pula sakit perutnya sudah tidak terasa. Soalnya dia telah terbiasa merasakan kontraksi palsu atau Braxton Hicks. Wanita hamil itu pun pergi dengan melangkahkan kaki secara perlahan. "Sayang, kamu gapapa?" tanya Anton mengikuti dari belakang. Jelas saja pria itu khawatir karena jarang di rumah membuatnya tidak begitu detail mengetahui kalau kontraksi palsu akhir-akhir ini sering dialami."Kamu urus saja dirimu sendiri." Yuliani kesal karena Anton masih tetap sama, mengingkari janji. "Jangan salah paham dulu, Sayang. Lagian apa yang membuatmu jadi berpikir kalau aku
Pria tampan membawa kue ulang tahun, bucket bunga dan juga hadiah. Dia ditemani oleh seorang pria yang asing bagi Yuliani."Surprise!" seru Anton. Kemudian pria itu menyanyikan lagu ulang tahun untuk istri tercintanya.Jelas saja Yuliani bingung karena hari ulang tahunnya sudah lewat satu bulan. Namun, wanita itu tetap saja bahagia dengan kejutan yang diberikan sang suami."Maaf, Sayang. Sudah membuatmu kesal, aku sengaja melakukan ini semua untuk memberikan kejutan ini. Perihal nomor telepon yang namanya kamu itu adalah nomornya, dia temanku yang membantuku untuk merayakan hari ulang tahunmu. Maaf kalau terlambat, aku memang bukan pria romantis yang peka," papar Anton memberikan senyuman manis. Yuliani tidak bisa berkata-kata, sebab dirinya masih tidak percaya kalau kejutan yang diberikan Anton sukses hingga membuatnya ingin pergi dari rumah suaminya. Wanita hamil menyeka air mata, bibirnya mendadak kelu tidak bisa berkata apa-apa."Gak usah nangis, Sayang. Aku tidak suka melihatmu
Berlian datang dengan wajah penuh memar serta air mata yang mengalir ke pipinya. Wanita itu langsung bertekuk lutut di hadapan Yuliani."Maaf, Non. Aku sudah berusaha untuk mencegahnya masuk, tapi dia malah mendorongku dan tetap memaksa untuk masuk. Mbok juga gak tahu dari mana dia masuk, sebab pintu gerbang depan masih tertutup," papar Surti menundukkan kepala."Terima kasih, Mbok. Gapapa kalau memang dia mau ke sini. Untukmu, bangunlah sekarang. Jangan pernah melakukan ini," ucap Yuliani meminta Berlian untuk berdiri. Wanita seksi menggelengkan kepala, enggan melakukan apa yang diperintahkan Yuliani. "Aku menyesal, Yul. Aku sudah berbuat jahat padamu dan juga mas Anton. Aku minta maaf atas semuanya." Berlian masih dengan posisi bertekuk lutut tanpa menengadahkan kepala.Yuliani mulai menarik tangan Berlian agar mau berdiri, perlahan tapi pasti wanita yang pernah menjadi madunya pun berdiri."Aku dan mas Anton sudah memaafkan kamu, jauh sebelum kamu meminta maaf padaku," ucap Yulai
Pria tampan menyadari kedatangan Berlian lewat suara langkah kakinya, jadi secepatnya meminta Yuliani untuk pergi dari sana. Dengan cepat wanita seksi itu dikalahkan oleh Anton, hingga diseret sampai ke depan pintu gerbang."Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" hardik Anton. Tubuh Berlian semakin remuk tidak berdaya. "Tidak seharusnya aku melakukan hal tadi, dengan begitu aku tidak akan mendapatkan tempat untuk berteduh lagi." Berlian bermonolog. Kesal dengan dirinya sendiri yang masih bersikap tak tahu diri.Sudah tidak ada lagi orang yang akan menolongnya, wanita itu pun putus asa dan hendak menabrakkan diri. Namun, Mike justru datang membantunya. Pria itu memeluk erat, lalu membawanya pulang.***"Dia sudah pergi, Sayang. Kamu tidak perlu takut karena dia tidak akan kembali ke sini," ucap Anton berusaha untuk menenangkan Yuliani yang sedang merebahkan tubuhnya di kamar.Wanita hamil itu terlihat ketakutan, tapi berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia memeluk erat sang Suami.
Masih ada rahasia yang Anton sengaja sembunyikan dari istrinya. Pria tampan itu sudah bisa bermain lihai tanpa diketahui oleh sang Istri. Semua yang dilakukan berjalan dengan lancar, termasuk bisnis yang saat ini digeluti. "Semua kesuksesan ini berkat do'amu, Sayang. Jelas saja aku akan membuat hidupmu selalu bahagia," kata Anton memeluk erat tubuh Yuliani."Sama-sama, Mas." Yuliani membalas pelukan suaminya.Tidak terasa dua bulan telah berlalu, kandungan Yuliani sudah memasuki trimester ketiga dan juga hari perkiraan lahir. Mereka berdua sudah tidak sabar ingin melihat bayi mereka lahir ke dunia. Bayi yang berjenis kelamin laki-laki ketika di usg. "Mas, perutku mulai sakit. Apakah aku akan lahiran?" tanya Yuliani meremas perutnya yang terasa mulas."Kita ke bidan saja, Sayang. Mengingat kandunganmu sudah masuk hari perkiraan lahir," sahut Anton pelan.Tidak banyak lagi obrolan dari mereka berdua, pria tampan langsung membawa sang Istri ke bidan langganan. Dengan mengendarai mobil,
Selesai Yuliani meluapkan isi hatinya, Dina berusaha untuk menenangkan hati putrinya."Jangan terlalu dipikirkan, Yul. Kamu fokus sama dirimu dan bayimu saja. Pikirkan yang baik-baik tentang suamimu, dia tidak mungkin macam-macam." Dina berusaha untuk memberikan pengertian."Bagaimana aku tidak berpikir, Bu. Aku baru saja melahirkan, sudah pasti aku butuh sosok suami yang selalu ada untukku," protes Yuliani. Dina tidak ingin berdebat dengan putrinya, jadi dia pun memberikan usulan agar membicarakannya dengan Anton. "Ternyata ada Ibu di sini tetap saja, tidak bisa memberikan solusi apa pun." Yuliani tampak kesal.Jelas saja Dina tidak menghiraukannya lagi, membiarkan Yuliani merebahkan tubuhnya untuk istirahat. Sedangkan dia akan berjaga untuk sesekali melihat cucunya. Selain minum asi, Kevan juga dibantu dengan susu formula.***Semakin hari, Anton tidak pernah betah di rumah. Dia sering kelayapan dengan alasan urusan pekerjaan yang belum selesai. Yuliani tampak kesal, tapi tidak bi
Dina dan Surti kaget saat mendengar bantingan pintu yang keras. Dina pun segera menemui Yuliani di kamar untuk memastikan putrinya baik-baik saja."Kamu gapapa 'kan, Yul?" tanya Dina khawatir.Yuliani tidak menjawab, langsung memeluk tubuh ibunya. Dia menangis terisak karena sakit hati pada suaminya."Mas Anton, Bu. Dia benar-benar berubah, biasanya tidak pernah kasar. Sekarang dia sudah berani berbuat kasar padaku, apa semua ini karena kehadiran bayi itu?" cetus Yuliani tidak bisa berpikir jernih. "Kamu gak seharusnya berbicara begitu, Yul. Anak itu anugerah, kamu tidak boleh berbicara sembarangan juga. Mengingat kamu adalah orang tuanya," kata Dina menasihati."Tapi memang benar, Bu. Mas Anton berubah saat bayi itu lahir," sanggah Yuliani. Dina menasihati putrinya agar tidak menyalahkan bayi yang tidak berdosa. Sang Ibu juga menyarankan agar Yuliani mau merawat Kevan. "Kamu harus menerima kehadirannya, Yul. Jangan egois, Kevan butuh kasih sayang darimu. Dari pada kamu memikirkan
'Apa mungkin mas Anton selingkuh dengan wanita itu?' pikirnya. Wanita itu tidak berani menunjukkan diri karena takut memacu keributan. Dia berinisiatif untuk mengikuti wanita itu nanti kalau mereka pulang. Akan menjadi perjalanan yang panjang bagi Yuliani jika ceritanya seperti ini."Tidak akan kubiarkan kamu mempermainkan aku lagi, Mas. Lihat saja nanti, bagaimana caraku membalas." Yuliani bermonolog.Wanita cantik tidak lupa mengambil gambar mereka berdua untuk dijadikan bukti jika Anton mengelak nanti. Entah apa yang dibicarakan antara Anton dengan wanita asing bagi Yuliani. Wanita yang sedang menyelidiki tidak dapat mendengar ucapan mereka masing-masing. "Sial! Coba saja aku bisa mendengarkan percakapan mereka, sudah pasti aku tahu semuanya." Yuliani bermonolog. Terlihat wanita itu memberikan sebuah amplop coklat pada Anton, hingga membuat pria tampan tersenyum lebar. "Amplop apa itu?" pikir Yuliani penasaran. Selanjutnya Anton dan wanita itu makan bersama, bahkan saling meny
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton