Yuliani segera berlari untuk melihat keadaan suami tercintanya. "Apa yang terjadi, Mas? Kenapa kamu babak belur begini?" tanya Yuliani meraba wajah Anton yang memar."Kamu tidak usah khawatir, Yul. Aku cuma jadi korban fitnah saja, tapi masalahnya juga sudah selesai kok," jelas Anton meringis kesakitan."Aku obati dulu ya," ucap Yuliani lirih.Anton menganggukkan kepala serta memberikan senyuman. "Terima kasih, Sayang. Sudah peduli dan mengkhawatirkan ku." Pria itu memberikan senyuman terindahnya. "Biar Ibu saja yang ambil obat dan handuk serta air es untuk mengompres bagian memar pada wajah Anton," kata Dina berdiri untuk pergi. "Terima kasih, Bu." Yuliani memberikan senyuman pada ibunya yang paling pengertian. Sedangkan Mark juga mengikuti Dina dari belakang, bagaimanapun juga, pria itu tidak nyaman jika harus berada di tengah-tengah putri dan menantunya. "Ibu jadi penasaran sama masalah Anton, Ayah. Aku takutnya nanti Yuliani kena imbasnya juga." Dina mengatakan kekhawatirannya
Anton terus tersenyum dan berkata, "Ayah meminta kita untuk tinggal di rumah ini, tapi aku menolak. Aku beruntung memiliki ayah mertua sebaik dan sayang padaku." Anton berdusta demi mendapatkan simpati dari Mark. Jelas saja Yuliani terharu dengan perkataan Anton, bagaimanapun juga wanita itu senang mendengar sang Ayah begitu peduli setelah apa yang terjadi. Yuliani memeluk tubuh sang Ayah seraya mengucapkan banyak terima kasih karena masih mencintainya setulus hati."Maaf, Ayah. Kali ini kebaikan Ayah harus aku tolak, tapi tenang saja. Ayah dan Ibu bisa bermain ke rumah kalau ada waktu senggang. Mas Anton bilang, dia sudah menemukan rumah kontrakan tidak jauh dari rumah ini." Yuliani memberikan senyuman setelah melepas pelukan kepada sang Ayah yang singkat."Wah, Ayah sedih karena ditolak. Tapi gapapa, Ayah dan Ibu pasti akan menjenguk mu. Kalau bisa setiap hari," ucap Mark sembari melirik ke arah Anton."Dengan senang hati Yuliani akan menerima kedatangan Ayah, itu pun kalau Ayah d
[Nanti malam aku akan ke sana, kamu tenang saja. Saat ini aku masih ada urusan, kamu mau aku bawa uang yang banyak 'kan?] Anton berbicara tegas di balik telepon.[Baik, aku tunggu kedatanganmu.] Berlian langsung menutup panggilan telepon. "Kenapa lama sekali, Mas?" tanya Yuliani menyusul suaminya ke teras depan. "Iya, tadi bos telepon." Anton berdusta lagi. Memang pria itu sudah ketagihan untuk terus berbohong pada wanita yang sah menjadi istrinya."Tapi sekarang sudah selesai kok, kita masuk yuk sekarang! Gak baik juga untuk kesehatanmu kalau terlalu lama di luar, apalagi sekarang anginnya kencang," kata Anton sebelum Yuliani bertanya hal yang banyak tentang bos khayalan pria tampan itu. Yuliani menurut saja apa yang dikatakan suaminya, tanpa mencurigai gerak-gerik pria yang memiliki hobi untuk membohonginya."Malam ini aku lembur di kantor, apakah kamu tidak keberatan aku tinggal sendirian di rumah kontrakan ini?" tanya Anton sembari menyeret koper istrinya.Yuliani mulai memasan
Dina merasa malu mendengar hal tersebut, jadi wanita itu langsung melangkahkan kaki untuk menemui Yuliani. "Ada apa, Bu?" tanya Yuliani saat melihat wajah Dina terlihat kebingungan. "Gak ada apa-apa, cuma ada yang aneh saja di kamar mandi," kata Dina merasa tidak nyaman jika berbicara terus terang. Yuliani mengernyitkan dahi, lalu mengingat sesuatu. "Oh, biasanya mas Anton kalau lagi pup memang seperti itu, Bu. Suka mengeluarkan suara kayak gitu, jadi Ibu gak perlu merasa malu atau berprasangka buruk padanya." Yuliani berusaha untuk menjelaskan.Dina merasa malu karena Yuliani peka dengan apa yang ada dalam benaknya. "Selain kamar mandi di sana, gak ada kamar mandi yang lain?" tanya Dina mengalihkan pembicaraan. "Gak ada, Bu. Maklum, rumah kontrakannya 'kan memang kecil." Yuliani memberikan senyuman. "Ya sudah, Ibu bantu kamu dulu membersihkan rumah ini. Setelah itu aku ke kamar mandi kalau Anton sudah pergi," ucap Dina berusaha untuk menahan kebelet."Gak usah repot-repot, Bu. I
Yuliani berteriak saat menemukan sepuluh tikus mati yang mulai membusuk di lantai, dia mulai ketakutan hingga bersembunyi di balik tubuh ibunya."Tenang, Yul. Jangan panik," kata Dina berusaha menenangkan Yuliani. "Lebih baik kamu masuk lagi ke dalam, semua kekacauan ini biar Ibu yang ngurus," ujar Dina sembari menuntun Yuliani untuk berjalan masuk ke rumah."Ibu gak keberatan membereskan semuanya?" tanya Yuliani tidak nyaman jika harus sang Ibu membereskan seorang diri. "Iya, kamu tinggal duduk manis saja di ruang tamu. Biar Ibu hidupkan dulu listriknya, sepertinya memang ada yang sengaja listriknya di jepret," kata Dina menjelaskan. Meskipun wanita setengah paru baya itu tidak tahu pasti, tapi dia terus melangkahkan kaki untuk mengecek. Benar saja, listriknya ada yang jebret. Setelah itu Dina menghidupkan kembali listrik sehingga lampu menyala kembali. Dia buru-buru masuk ke ruang tamu untuk memastikan kalau Yuliani baik-baik saja. "Kamu gapapa 'kan, Yul? Selama Ibu pergi tadi gak
"Bangun, Yul!" teriak Dina sembari menggoyangkan tubuh Yuliani yang masih tertidur. Hingga tiga kali wanita itu berteriak agar putrinya bangun, tapi tetap saja Yuliani menjerit ketakutan. "Sadar, Yul! Istighfar, kamu cuma mimpi!" cetus Dina berusaha untuk membangunkan putrinya. Kali ini usahanya tidak sia-sia. Wanita yang tengah hamil itu pun terbangun dari tidurnya. Dia langsung memeluk erat tubuh ibunya."Aku mimpi buruk, Bu. Sosok misterius itu datang dan ingin menerkam ku," curhat Yuliani dengan wajah ketakutan. "Kamu minum dulu," kata Dina mengambil air putih yang memang sengaja disediakan di samping tempat tidur. Yuliani langsung meneguk air mineral itu hingga tandas. "Tarik nafas dalam-dalam, lalu keluarkan secara perlahan. Jangan lupa untuk beristighfar," ujar Dina memberikan nasihat. Putrinya melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Ibunda tercinta. "Setelah kamu tenang, kamu ceritakan mengenai mimpi buruk itu. Ibu akan mendengarkannya, mungkin dengan begitu membuat hati
Yuliani menahan diri untuk tidak bertanya dan memancing emosi suaminya. Dia terus memberikan senyuman terbaik pada Anton agar tidak membuat sang Suami berpikir negatif padanya. "Kamu lihat apa?" tanya Anton menatap tajam ke arah istrinya. Tanpa wanita itu bertanya, pria itu sudah paham dengan tatapan mata yang diberikan oleh Yuliani. "Kamu pasti memikirkan rambut ini 'kan?" tanya Anton mengambil sehelai rambut yang ada di bahunya. Sang Istri menggelengkan kepala, sebab tidak mungkin dia jujur. "Kamu tenang saja, Sayang. Rambut ini adalah rambutmu, jadi kenapa kamu menatap curiga begitu? Bagaimanapun kamu usaha untuk menyembunyikan kecurigaan mu, aku masih bisa mengetahuinya. Kamu gak usah cemas, aku tidak lagi berbuat macam-macam. Aku sudah janji untuk setia padamu," kata Anton menebak apa yang ada dalam pikiran Yuliani. "Apa benar ini rambutku?" tanya Yuliani tidak percaya. "Kamu lihat saja, bentuk dan warnanya sama 'kan? Kalau dilihat dari panjangnya rambut juga sama dengan ra
"Biar aku saja yang membuka pintunya, Ayah." Anton mencegah Mark untuk membuka pintu."Gapapa, biar Ayah saja." Mark tidak akan membiarkan menantunya membuka pintu karena pasti ada yang tidak beres. Keberuntungan masih berpihak pada Anton, sebab ayah mertuanya tiba-tiba dipanggil oleh Dina."Ya sudah, kamu saja yang buka pintunya." Mark akhirnya pasrah karena harus menghampiri Dina yang sudah memanggil untuk yang ketiga kalinya. Anton bisa bernafas lega saat itu juga karena mertuanya tidak jadi membuka pintu. Pria tampan itu bergegas pergi untuk menemui seseorang yang sebelumnya sudah diketahui itu siapa. "Sudah kubilang gak usah ganggu hidupku lagi," kata Anton sebelum melihat siapa yang datang."Maaf, Mas. Tapi saya ke sini karena mau mengirim pesanan dari Bak Yuliani. Apakah ini benar rumahnya?" tanya pria yang ternyata kurir. "Oh, jadi kamu tukang antar makanan?" tanya Anton. "Maaf ya, aku kira kamu siapa tadi. Salahku juga tidak melihat wajahmu terlebih dulu." Anton mengakui k
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton