"Kamu salah paham, Mas Anton. Aku tidak memiliki hubungan sama dia." Yuliani berusaha menjelaskan. Akan tetapi, Anton tetap pada prasangkanya. Tetap menyalahkan istrinya serta memarahi wanita yang tengah lemah tersebut.Reza merasa kasihan pada Yuliani, jadi pria itu menjelaskan siapa dia sebenarnya. "Yang dikatakan Yuliani memang benar, aku tidak memiliki hubungan serius dengannya. Aku cuma temannya saja. Aku ingin membantu karena wajahnya terlihat pucat sekali." Reza menjelaskan panjang lebar."Sudah, lebih baik kamu diam! Aku tidak butuh penjelasan darimu!" hardik Anton dengan mata melotot."Mending kamu pergi, Reza! Jangan pernah ikut campur atau hadir dalam kehidupanku lagi!" usir Yuliani tidak ingin memperkeruh suasana.Kali ini Reza menurut, sebab sudah ada Anton yang mungkin akan mengantarkan Yuliani sampai ke rumah. Jadi dia tidak perlu lagi khawatir akan keselamatan manta pacarnya tersebut. "Aku titip Yuliani, tolong jaga baik-baik." Reza pamit sembari menepuk pundak Anton
Hati wanita yang tengah hamil mulai luluh kembali. Amarah yang tadinya menyelimuti karena ditinggal pergi di pinggir jalan mereda begitu saja saat mendengar pengakuan Anton yang katanya cemburu pada Reza. Dia tidak pernah menyangka kalau pria yang sudah menjadi suaminya akan mencintainya seindah itu."Aku sudah memaafkan kamu, Mas. Sebagaimana aku yang ingin dimaafkan karena diriku bukan wanita yang sempurna. Masih banyak kekuranganku dan belum bisa menjadi istri yang baik untukmu." Yuliani bergumam. Dia belum membuka mata lantaran ingin mendengarkan setiap bait kata indah yang akan dilontarkan oleh Anton.Yuliani belum tahu ada di mana dia sekarang, sebab dari tadi wanita itu masih berpura-pura pingsan. "Hatiku meleleh mendengarkan ucapanmu, Mas." Yuliani ingin membuka mata, tapi masih menunggu waktu yang tepat. "Please, buka matamu. Jangan buat aku khawatir seperti ini. Aku sudah membawakan makanan juga untukmu," kata Anton bersedih.Yuliani sudah tidak kuasa menahan netra yang ba
"Tante siapa? Kenapa ada di kamar Bunda?" tanya anak kecil yang umurnya sekitar 4 tahun. "Jelaskan, Mas. Siapa gadis kecil ini? Kenapa kamu gak bilang kalau kamu duda yang memiliki anak satu?" cecar Yuliani menuntut penjelasan."Dia anakku," sahut Anton membuat hati Yuliani runtuh seketika. "Kebohongan apalagi yang kamu buat, Mas. Kebohongan apalagi yang belum aku ketahui?" cetus Yuliani bingung mau berbicara apa.Belum mendapatkan penjelasan, seorang wanita asing bagi Yuliani masuk ke kamar dan menggendong anak kecil bernama Ayra. "Aku kira kamu gak akan pernah pulang ke rumah ini, ternyata masih ingat kamu sama aku dan anakmu?" Wanita yang memiliki body seksi itu berbicara dengan ketus."Wanita itu siapa, Mas?" tanya Yuliani penasaran. Belum selesai rasa terkejutnya karena anak kecil, sekarang justru ditambah dengan wanita lain yang tidak dikenal."Seharusnya aku yang tanya, kamu siapa? Kenapa bisa ada di kamarku?" cecar wanita yang bernama Berlian tersebut. "Rumahmu?" tanya Yu
Berlian tidak henti memaki Yuliani agar mundur sebelum berperang dengannya. Namun, wanita itu juga memiliki alasan yang kuat kenapa harus mempertahankan pernikahannya. Mengingat dalam janinnya ada calon bayi yang akan membutuhkan sosok ayah. "Kamu harus ingat baik-baik, jika kamu ingin hidupmu selamat!" ancam Berlian lalu pergi meninggalkan Yuliani sendiri.Wanita yang tengah hamil memperhatikan kepergian istri pertama."Sudah bukan waktunya kamu menangis, Yul. Kamu harus kuat dan mempertahankan apa yang sudah menjadi hakmu. Jangan sampai kamu kalah dari wanita itu," kata Yuliani bertekad. Hatinya mulai menemukan keyakinan kalau dia akan mempertahankan pria yang dicintainya. Kedengaran bodoh memang, tapi Yuliani tidak ingin kehilangan cintanya. Wanita itu mulai bangun dari tempat tidur untuk merapikan barang-barang yang ada di koper. Dia berniat untuk merampas milik Berlian. Dimulai dari kamarnya terlebih dulu. Dia sudah merancang sebuah ide untuk mengelabuhi Anton agar mengizinkanny
Berlian tertawa sinis melihat wajah Yuliani memerah karena amarah yang ada dalam hatinya."Kenapa? Kamu mau marah? Silakan saja, aku juga tidak peduli." Berlian menatap Yuliani sengit. "Kamu benar-benar keterlaluan. Lihat saja, aku akan mengatakan semua pada mas Anton," ancam Yuliani tegas."Adukan saja padanya, paling juga nanti dia yang akan memarahi mu. Aku lebih tahu sifatnya dibandingkan kamu. Lagian dari awal kamu yang mengajak perang, jadi aku mengikuti aturan main darimu." Berlian mempertegas ucapannya. Kemudian istri pertama berlalu pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah Yuliani yang sedang menahan lapar. Dia melihat ke sekitar, tidak ada tetangga dekat. Sepertinya rumah sederhana itu jauh dari pemukiman warga. "Aku harus mencari sendiri kalau tidak ingin pingsan karena kelaparan." Yuliani berjalan ke menelusuri jalan yang ada, hingga berada di sekitar jarak seratus meter. Wanita itu menemukan tetangga. "Akhirnya ketemu sama tetangga juga, aku kira Anton hidup di hutan b
Anton keluar rumah ketika mendengarkan teriakan Berlian. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Yuliani panik. Akan tetapi tidak dihiraukan Berlian, wanita itu terus memanggil suaminya."Ada apa sih? Kenapa kalian ribut? Apa gak bisa akur sebentar saja!" celetuk Anton kesal. Ternyata dua istri membuat kepalanya semakin pusing seakan mau pecah. Padahal dalam pikirannya, pria itu akan bahagia dan diperlakukan seperti raja."Aku dianiaya, Mas. Sama dia, padahal aku sudah berbaik hati membelikannya mie instan. Tapi dia gak mau," dusta Berlian melancarkan aksinya."Bohong, Mas. Aku tidak pernah melakukan itu. Dia saja yang banyak drama. Aku tidak melakukan apa yang dia katakan. Kamu harus percaya sama aku, Mas." Yuliani berusaha membela diri."Pokoknya aku gak mau dia tinggal di sini lama, Mas. Dia harus pergi secepatnya, agar hidup kita semakin tentram tanpa hadirnya perusak rumah tangga orang yang jahat seperti dia!" pinta Berlian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada."Please, Mas! Pe
Berlian menatap tajam ke arah Yuliani, lebih sinis dan menakutkan dibandingkan wanita yang tengah hamil tersebut."Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain di kamarku? Mengambil alih lemariku. Jangan harap kamu bisa mengambil semua yang sudah menjadi hakku, termasuk mengambil mas Anton dariku. Kamu cuma bumerang dalam rumah tanggaku!" jelas Berlian mempertegas ucapannya. "Aku cuma mau meminta hakku saja, kita sama-sama seorang istri. Sudah pasti aku juga berhak berada di kamar utama," cetus Yuliani sinis."Aku gak habis pikir, masih ada wanita yang memiliki watak sepertimu. Sudah tahu salah, menikah dengan suami orang. Malah tidak memiliki perasaan bersalah sedikitpun. Sebenarnya hatimu itu terbuat dari apa? Kenapa sekeras batu? Apakah kamu tidak berpikir ada wanita dan gadis kecil yang tersakiti karena ulahmu!" seru Berlian berusaha untuk memberikan pengertian kepada Yuliani. Dia berharap setiap ucapan yang keluar dari bibirnya bisa membuat wanita cantik itu sadar akan perbuatannya yang
Berlian berpaling pergi, tidak ingin melihat pemandangan di depannya lebih lama. "Dari pada aku emosi, mending aku pergi sebentar dari rumah ini." Berlian kembali ke kamar dan mengambil Ayra untuk dibawa pergi. Dia ingin pergi ke taman hiburan yang ada di ujung desa. Kepergian istri pertama tidak ada yang tahu, sebab dia tidak pamit. Namun, baik Anton dan Yuliani melupakan Berlian."Kamu lapar?" tanya Anton ketika selesai membersihkan gudang.Yuliani menyeringai, lalu memegang perutnya. "Iya, Mas. Akhir-akhir ini aku sering lapar, padahal sudah makan. Mungkin karena sudah aku sudah berbadan dua kali ya, Mas." Yuliani menebak meskipun tidak yakin."Bisa jadi begitu, tapi bisa juga semua terjadi karena kamu doyan makan," kata Anton sedikit meledek."Yah ... kamu bisa saja. Kita mau makan apa, Mas?" tanya Yuliani berharap di rumah ada bahan makanan yang bisa dimasak. Paling tidak suaminya akan mengajak Yuliani belanja."Kita makan singkong rebus saja, kebetulan aku tadi bawa dari ladang
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton