Home / Romansa / Tertawan Pesona Mantan / 79. Titik Buram Mulai Terang

Share

79. Titik Buram Mulai Terang

last update Last Updated: 2023-04-07 22:54:40

"Maksud Papa?"

"Tempat suamimu ditemukan malam itu adalah lahan yang akan didirikan sebuah perumahan elit. Kamu tahu siapa kepala developer hunian itu?"

"Siapa, Pa?" tanyaku tak sabar.

Terdengar embusan napas berat Papa dari seberang sana. "Aldrin. Dia pemiliknya."

Sudah kuduga.

"Analisanya, police line terpaksa dilepas dengan alasan pembangunan sudah dijadwalkan oleh kontraktor dan harus selesai sebelum deadline. Padahal Aldrin ingin menghilangkan jejak agar TKP bersih dari endusan anjing pelacak sekalipun. Sangat mudah bagi Aldrin melakukan semuanya. Menyuap dan disuap bukan hal tabu lagi. Terlebih ... saat Vino bilang lebih baik kasus ditutup.”

Aku menghela napas. Apa sebegitu terobsesinya pria cassanova itu untuk memiliki diri ini dengan cara yang culas? Tapi ... Kenapa harus dengan mencelakai Mas Vino? Aku bangkit dan sedikit menjauh dari tiga orang yang masih lanjut mengobrol walau sesekali pandangan Mas Vino memperhatikanku.

“Tapi ... apa tujuan Aldrin mencelakai Mas Vino, Pa?”
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
pesona senja
owalahh Aldrin ternyata
goodnovel comment avatar
nawi wina
loh ehh, dendam ngunu po??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tertawan Pesona Mantan   80. Kita Milik Allah

    "Apa?! Aldrin?Aku mengangguk dan mulai menceritakan fakta, opini, dan juga analisis yang Papa sampaikan di telepon tadi."Papa dan Om Ibrahim menunggu kondisi Mas Adam lebih baik untuk mencari bukti lain."Mas Vino mengembuskan napas dan mulai mendekapku erat."Maaf ...," lirihku di depan dadanya. Aku membenamkan wajah di sana."Kenapa harus kamu yang minta maaf, Yang?" Tangannya mengusap-usap punggungku."Gara-gara kamu nikahin aku, k-kamu ...." Air mata tak lagi bisa dibendung. Bahkan aku mulai sesengukan."Hey! Kenapa malah kejer?" Diurainya pelukan dan Mas Vino menangkup kedua pipiku."Aku sayang sama kamu, Mas. Aku enggak mau kamu kenapa-napa. Tapi nyatanya, Aldrin berusaha nyelakain kamu gara-gara kamu nikahin aku. Aku takut ...."“Ssttt ....” Kembali dibenamkan kepala dan wajahku di dadanya yang selalu menenangkan. “Bahkan jika seluruh lelaki di dunia ini memusuhiku karena bidadari cantik ini memilih bersamaku, aku akan hadapi mereka satu-satu.”“Kamu istriku. Amanah yang haru

    Last Updated : 2023-04-08
  • Tertawan Pesona Mantan   81. Menghibur Putri Polri

    Para petakziah semakin ramai memenuhi rumah duka. Aku dan Salma datang bersama Mas Alan dengan mobilnya. Sementara Papa, Mama berikut Mas Vino sudah datang lebih awal.Om Ibrahim tampak sembab, tetapi masih bisa menyalami tamu yang datang memberikan ucapan belasungkawa. Sementara Tante Sarah berada di sebelah raga tanpa nyawa yang tengah dikelilingi keluarga dekat untuk dibacakan ayat-ayat suci. Adiba, sang cucu, didekapnya penuh cinta dan iba. Sedangkan Mas Adam terus menunduk dengan Al-Quran kecil di tangannya.Aku mendekat dan mengucap salam. Mama memeluk Tante Sarah dan Adiba langsung menangis begitu melihatku."Tante ... Mama jahat, Mama nyusul adek enggak ngajakin Diba,” adunya kepadaku.Aku tak sanggup menjawab kalimatnya. Air mata sudah lolos berhamburan mendengar celotehnya yang menyayat hati.Kupeluk Adiba dengan erat. Kuciumi pucuk kepalanya. Mas Adam sempat mendongak dan menatap putrinya dengan nanar. Dia berdiri, seperti hendak menjauh. Mungkin agar tak semakin melow meli

    Last Updated : 2023-04-09
  • Tertawan Pesona Mantan   82. Ada Yang Aneh!

    Kami pulang ke rumah lepas tahlilan Mbak Emil hari pertama usai dilaksanakan. Aku dan Mama duduk di kursi belakang. Mas Vino menyetir dan Papa duduk di sampingnya. Menantu dan mertua itu tampak terlibat obrolan ringan.Aku lebih banyak diam dan pura-pura memejamkan mata. Rasa kesal akan kecentilan kedua ipar Ratu benar-benar membuatku ingin mencincang Mas Vino. Sudah tahu punya istri, masih saja memberi kesempatan pada gadis-gadis itu untuk mendekatinya. Apa mungkin Mas Vino ingin menghindar tetapi kalah cepat hingga Gendis dan Nawang lebih dulu mengerubunginya? Huh, pokoknya aku kesel! Titik!Lagi pula kenapa itu cewek berdua gencar sekali mendekati suami orang? Apa mereka benar-benar mendeklarasikan diri ingin menjadi perebut laki orang? Astagfirullah ... dada ini kian panas mengingat dari awal jumpa hingga tadi, dua gadis cantik tapi tampak tak punya rasa malu.Sampai rumah, aku lebih dulu memasuki kamar. Mas Vino mengekori dengan gerakan cepat di belakang."Yang!"Aku tetap bergem

    Last Updated : 2023-04-10
  • Tertawan Pesona Mantan   83. Semakin Aneh

    Sekian detik, hanya suara 'hoek-hoek' yang terdengar. Merasa ada yang aneh dengan menantu semata wayang Mama, aku pun ikut masuk ke kamar mandi."Mas, kamu sakit?"Mas Vino hanya menggeleng dan terlihat membasuh mulutnya dengan air dari kran wastafel. Pantulan wajah tampannya di kaca terlihat sedikit pucat."Apa masuk angin?""Enggak tahu. Tadi pas kamu bilang masakan Mbak Lastri wangi, aromanya juga sempat masuk hidungku. Saat itu rasanya perutku udah enggak enak. Kerasa mual.”Keningku berkerut. Kenapa kayak orang lagi hamil? Segera aku menggandeng lengan suami untuk menuju kamar kami di lantai dua. Namun, Mama menghampiri."Kenapa, Vin?""Mungkin kecapekan aja, Ma." Aku membantu suami menjawab pertanyaan Mama."Ya sudah, istirahat aja. Nanti kalau memang enggak bisa makan bareng, biar Mbak Lastri bawakan ke kamar."Aku hanya mengangguk dan berlalu. Mas Vino menutup hidungnya begitu akan menaiki tangga. Dapur memang ada di sebelah tangga. Aku heran sekaligus ingin tertawa, tapi tert

    Last Updated : 2023-04-11
  • Tertawan Pesona Mantan   84. PoV Nindi

    Zaide Aldrin Mahendra. Lelaki tampan ke sekian yang telah berhasil terikat denganku. Dengan wajah ayu, tubuh seksi, dan tinggi semampai yang Tuhan berikan pada diri ini, tak sulit rasanya mencari lelaki kaya yang tak akan membuatku penuaan dini.Tiap usai bercinta denganku, para lelaki tampan nan tajir itu pasti akan mencariku kembali. Tujuannya tak lain dan tak bukan pastilah soal kepuasan. Persetan dengan dosa, toh kami sama-sama menikmatinya.Namun, lain halnya dengan Aldrin. Pria innocent yang lebih muda dua tahun dariku itu malah hilang bak ditelan bumi usai kami bertarung panas suatu malam. Aku ketiduran usai mencuri pengalaman pertamanya dalam bercinta. Ternyata anak angkat dari salah satu sugar daddy-ku itu masih perjaka. Ah, i like it.Kesibukanku adalah seorang model. Aku mempunyai tunangan yang saat ini sedang bermasalah dengan perusahaannya. Apakah kami saling mencintai? Entahlah. Aku tahu jika diri ini bukan wanita pertama yang tidur dengannya, pun dengan Valen. Dia seora

    Last Updated : 2023-04-12
  • Tertawan Pesona Mantan   85. PoV Nindi 2

    Seketika kedua netra Aldrin membola. Tak apalah mengarang sedikit cerita bahwa aku dan Vino pernah menjalin hubungan hingga akhirnya kandas."Dari mana kamu tahu kalau-""Hubungi aku jika kamu tertarik dengan tawaranku." Kusodorkan selembar kartu nama padanya dan berlalu kembali ke tempat duduk semula.Ayah angkat Aldrin pernah bercerita, bahwa dia tidak begitu akrab dengan mantan kakak iparnya setelah sang istri berpulang. Sejujurnya, aku tak terlalu peduli dengan cerita perihal keluarganya. Hanya berusaha menjadi pendengar yang baik dan tentu itu akan berpengaruh dengan bonus tambahan saat tugas memuaskannya selesai. Namun, aku sedikit tertarik saat lelaki yang masih terlihat gagah di usia lima puluh tahun itu menunjukkan sebuah foto."Namanya Aldrin, dia anak angkatku yang sangat menginginkan agar Kalila menjadi istrinya. Gara-gara obsesinya ingin mempersunting anaknya, aku harus berurusan kembali dengan bapaknya.”Rasa penasaranku semakin besar saat mendengar nama rivalku disebut,

    Last Updated : 2023-04-13
  • Tertawan Pesona Mantan   86. PoV Nindi 3

    Aldrin berdiri dan hendak berlalu.“Al, dengerin aku dulu!”“Apalagi? Cepat kemasi barang-barangmu dan keluar dari flatku. Jangan sampai papa mengira aku lebih dulu menyentuhmu.”Kenapa aku jadi ingin menangis? Tak ingin kedekatan ini segera berakhir. Apa aku mulai jatuh cinta? No no no! Bahkan dengan Valen pun aku tidak merasakan apa itu cinta.“Come on, Nindi. Jangan tunjukkan air matamu di depanku. Kau bukan wanita lemah. Cepat pergi!”Lagi, bentakannya benar-benar menusuk sampai ke hati. Kenapa denganku? Sungguh, ini bukan diriku. Aku yang biasa dianggap murahan tak pernah mengeluarkan air mata. Namun, diperlakukan manis beberapa jam saja rasanya diri ini menemukan tempat untuk bermanja-manja.Tak ingin tertipu dengan suasana hati yang terasa aneh ini, aku segera mengemasi barang-barang untuk keluar dari apartemen Aldrin. Namun, rasa-rasanya aku juga enggan mengunjungi apartemen Om Heru. Entahlah, suasana hati sedang aneh sekali.“Al, terima kasih atas tumpangannya. Aku pergi.”En

    Last Updated : 2023-04-14
  • Tertawan Pesona Mantan   87. Dari Hati ke Hati

    PoV Nindi (akhir)Hampir dua minggu aku hidup berdua dengan Aldrin di apartemennya. Dia dengan setia menemaniku bolak-balik ke kantor polisi untuk kasus pelecehan malam itu."Mereka salah satu komunitas LGBT yang beberapa bulan terakhir memang sangat meresahkan," ucap penyidik. "Biasanya video yang berhasil mereka rekam akan diupload ke media sosial untuk merusak moral generasi muda.""Beberapa kamera lainnya berhasil kami amankan, dan video-video yang belum mereka sebar sudah kami lenyapkan secara permanen. Jadi, Nona tidak perlu khawatir."Aku menghela napas lega. Tangan Aldrin masih setia menggenggam jemariku, memberikan tambahan dukungan."Terima kasih atas bantuannya, Pak." Lelaki di sampingku mulai berbicara. "Saya tidak tahu apa yang akan dialami oleh teman saya jika saat itu pihak kepolisian tidak sedang patroli di sekitar TKP.""Justru kami berterima kasih kepada saudara Aldrin karena membantu kami meringkus mereka.""Sama-sama, Pak. Saya hanya khawatir pada teman saya, makan

    Last Updated : 2023-04-15

Latest chapter

  • Tertawan Pesona Mantan   128. Ending

    Aku masih bergeming, menatap wanita bergamis biru dongker senada dengan hijab lebarnya itu. Vika tampak tenang dalam gendongannya, sebab sesekali Nindi akan mengajaknya bercanda. "Kamu cantik banget, Sayang. Mirip mamamu, tapi hidung dan matamu mewarisi milik papamu." Vika hanya menatap orang yang tengah menggendongnya, tetapi sesekali mengoceh seolah-olah tengah menimpali obrolan Nindi. "Wah ... kamu pintar. Udah bisa merespons kalau diajak bicara," pujinya dengan terus menatap wajah lucu putriku. Namun, tidak berapa lama Vika merengek. Setelah dilihat, ternyata dia pup. "Biar Mama saja yang ganti popoknya, Kal. Kamu di sini saja temani tamu kita." Aku hanya mengangguk. Setelah kepergian Mama, tiba-tiba Nindi mendekat dan bersimpuh di dekat kakiku. "Eh, Mbak ngapain?" Aku mengganti panggilan yang semula Kakak menjadi Mbak. Tangannya terulur dan menggenggam kedua tanganku. "Makasih, Kal. Makasih karena kamu dan Vino sudah memaafkan Aldrin." "Iya, Mbak, iya. Tapi ... jangan beg

  • Tertawan Pesona Mantan   127. Air Mata Mas Alan

    Aku ikut menitikkan air mata melihat Mas Alan tergugu dalam dekapan Papa. Pria matang yang kini telah resmi menghalalkan sang kekasih itu masih erat memeluk satu-satunya wali atas dirinya itu. Cinta pertamaku masih terus menepuk-nepuk bahu sang keponakan."Sudah, ini hari bahagiamu, bukan? Jangan jadi lelaki cengeng," ucap Papa menggoda Mas Alan."Alan enggak akan ngelupain semua kebaikan Om dan Tante.""Kami orang tuamu, Nak. Sudah sepantasnya kami merawat dan menjagamu dengan sebaik-baiknya.""Bahkan ibu dan ayah–""Sudah ...," potong Papa. "Jangan kamu sebut-sebut lagi kesalahan mereka dulu. Om sudah mengikhlaskan semuanya. Mereka sudah tenang di sisi-Nya."Aku pun belum lama mendengar cerita sesungguhnya dari Papa siapa orang tua Mas Alan. Ibu Mas Alan masih terbilang saudara walau urutannya terbilang jauh. Saat itu keuangan keluarga Mas Alan melemah. Sang ayah yang suka main judi setelah usahanya gulung tikar selalu mendesak istrinya untuk meminjam uang pada Papa. Melati–ibu Ma

  • Tertawan Pesona Mantan   126. Baby Vika

    Vika Zara Kamilah. Kemenangan putri yang sempurna. Nama Vika sendiri diambil dari gabungan namaku dan suami. Vi-Ka, Vino dan Kalila."Nggak mau tahu, pokoknya kita harus besanan, Kal," ucap Ratu bersemangat saat menimang putriku. "Ya ampun, Sayang ... kamu cantik banget ...," lanjutnya sembari mencium gemas pipi Vika."Gantian, dong, Tu. Gue juga mau gendong si Vika," sela Luna."Entar. Kalila, kan, masih marah sama lu."Luna menggaruk-garuk tengkuknya dengan nyengir kepadaku."Bisa-bisanya lu ngira calon besan gue itu setan."Aku mengangguk seraya memajukan bibir walau dalam hati tergelak melihat Luna yang kembali kikuk. Ya, aku memang sempat dinyatakan meninggal walau tidak kurang dari satu jam. Mungkin bisa disebut mati suri.Mas Vino bilang, setelah aku dinyatakan pingsan usai Vika keluar dari rahim, perlahan kuku jemariku mulai menghitam. Setelah diperiksa, dokter pun menyatakan denyut jantungku sudah berhenti dan fungsi otak juga tidak ada tanda-tanda aktivitas lagi."Perasaan

  • Tertawan Pesona Mantan   125. Jihad

    Semalaman Mas Vino menemaniku dengan terus terjaga. Aku sudah menyuruhnya tidur walau sebentar, tetapi dia menolak. Usai salat Subuh, dokter kembali mengecek jalan lahirku, dan beliau bilang sebentar lagi.“Alhamdulillah, sudah hampir mendekati, Bu. Dan ini termasuk cepat untuk persalinan pertama,” ucap dokter dengan tag name Susiana itu. “Sebaiknya ibu makan dulu atau minimal minum susu. Saya akan kembali satu jam lagi.”Sedari tadi, ayat-ayat Al-Quran terus Mas Vino bacakan dekat perutku. Satu hal yang membuatku jatuh cinta berkali-kali padanya. Menantu Papa itu sudah menghafal Surat Ar-Rahman. Semalam saat aku setengah tertidur, ia melafalkannya dengan kedua tangan memegangi perut istrinya ini.Fabiayyi ala irobbikuma tukadz-dziban ... maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?Dititipi suami tampan, saleh, berkecukupan materi, dan baik hati. Ya, hanya dititipi. Bukannya di dunia ini tidak ada seorang pun yang ditakdirkan untuk memiliki? Sebab, sejatinya semua hanya sedang

  • Tertawan Pesona Mantan   124. Melebur Rasa Sakit Hati

    Aku terus mengaduh. Sakit yang dirasa kian melilit. Mas Vino masuk dan berteriak memanggil Mama Papa. Aku hendak berdiri, tetapi Luna dan Mbak Eliz menahan.“Mau ke mana, Kal?” tanya Mbak Eliz.“Jalan-jalan aja sekitar sini, Mbak. Kalau sakitnya cuma karena kontraksi palsu, pasti berangsur-angsur hilang jika dibuat jalan-jalan," jelasku yang sambil berdiri dan mulai berjalan-jalan di area taman.Mbak Eliz dengan sigap mengikutiku, pun dengan Luna. Satu tanganku berkacak di pinggang bagian belakang, sementara satunya lagi mengelus perut. Tidak lupa bibir terus kubasahi dengan kalimat-kalimat zikir dan selawat. Tidak berapa lama beberapa derap langkah terdengar datang dari dalam rumah."Nak! Kalila!"Aku menoleh dengan kaki terus melangkah pelan. Mama sedikit tergopoh-gopoh menghampiri."Udah kerasa?" tanya wanitaku yang menempelkan tangannya di lengan putrinya ini."Enggak tahu, Ma. Mulesnya sebentar datang, sebentar hilang. Tapi lama-lama makin kerasa." Aku meringis merasai sakit yang

  • Tertawan Pesona Mantan   123. Suami yang Peka

    Dalam keremangan, langkahku terus maju menuju taman samping di dekat kolam renang. Pintu kupu tarung berbahan kaca itu kudorong perlahan. Di sana tampak seorang pria tampan sedang mengenakan kemeja panjang warna maroon, salah satu warna favoritku.Kedua tangannya yang disimpan ke belakang terlihat menyimpan sesuatu. Seperti sebuah buket, mungkin buket bunga. Walau masih heran ini acara apa, tak ayal senyumku pun mengembang saat pria itu melangkah menuju arahku."Selamat ulang tahun, Ratuku," ucapnya dengan tatanan rambut yang sangat rapi. Entah kapan Mas Vino mengganti baju dan menyisir rambutnya.Ah, aku bahkan lupa jika hari ini memang tanggal dan bulan di mana dua puluh enam tahun lalu aku melihat dunia. Ternyata Mas Vino mengingatnya.Sebuah buket bunga Lily ia persembahkan untukku. Aku menerimanya dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Sayang."Mas Vino mengangguk dan maju untuk mencium keningku. Sepersekian detik aku hanya bergeming, hingga kemudian rasa bahagia bercampur haru

  • Tertawan Pesona Mantan   122. Ada Apa di Taman Rumah?

    Setelah bercerita panjang lebar dengan Damian tentang siapa Om Heru berikut Aldrin, pria itu mengangguk-angguk sebentar, kemudian terlihat seperti berpikir."Jadi ... si Nindi ini sedang mengandung bayi dari Aldrin, anak angkat Om Heru, begitu?""Entahlah. Kami belum begitu yakin. Itu benar bayi Aldrin seperti pengakuan Nindi atau malah anak Om Heru. Kami tidak tahu, Pak Ian."Damian meminta kami memanggilnya dengan nama Ian. Sapaan akrabnya."Kami ingin memastikan jika benar janin dalam kandungannya adalah anaknya Aldrin. Semoga setelah tahu kebenarannya, kami bisa mengambil keputusan bijak bagaimana nantinya."Mau tidak mau aku pun bercerita tentang kejahatan Aldrin yang dilakukan pada Mas Vino di awal-awal pernikahan kami. Pria dengan tatanan rambut rapi dan klimis itu berpikir sejenak. Lalu, air mukanya sedikit berubah dan langsung mengambil ponsel yang disimpan di saku celananya.Aku dan suami hanya diam memerhatikan saat pria single di hadapan kami itu menempelkan ponsel di teli

  • Tertawan Pesona Mantan   121. Lebih Akrab

    "Maaf, Pak Vino, Bu Kalila, acara bersantap jadi sedikit terjeda," ujar Damian dengan nada seperti tak enak.Pria itu kembali duduk dan bergabung dengan kami."Tidak apa-apa, Pak. Emm ... Maaf sebelumnya, tadi saya dan istri sempat dengar sedikit. Kalau boleh tahu siapa yang meninggal, ya, Pak?"Akhirnya Mas Vino mewakili rasa penasaranku walau tadi kami tak berdiskusi dulu harus bertanya apa tidak. Hanya ingin memastikan saja, bahwa wanita hamil yang dimaksud bukan ... Nindi."Oh, itu. Salah satu penghuni rumah peduli yang dibangun Mama saya, Pak.”Mas Vino melirikku sebentar.“Semacam panti, Pak?”“Iya. Tapi, yang ini khusus menampung para wanita yang hamil di luar nikah. Ada yang sebab diperkosa atau ditinggal kekasihnya begitu saja.”Aku menatap Mas Vino dengan tatapan memohon, agar ia menggali lebih dalam tentang info wanita meninggal itu.“Mari, Pak, Bu. Kita lanjut makan dulu. Nanti dilanjut lagi ngobrolnya.”Akhirnya kami mengangguk dan melanjutkan acara makan siang. Sesekali

  • Tertawan Pesona Mantan   120. Pakaian Putih dan Wajah Pucat

    “Denger dulu, Yang. Bukan mimpi yang enak-enak, kok. Justru mimpinya bikin aku kepikiran yang enggak-enggak.”Tak ayal kedua alisku hampir menyatu mendengar penuturannya. “Maksudnya?”“Nindi datang dengan pakaian serba putih dan wajah pucat,” jelasnya. “Wajahnya kuyu dan kantung matanya cekung, bahkan area matanya terlihat menghitam. Apa dia sedang kesulitan, ya, Yang?"Aku terdiam. Walau bukan ahli menafsirkan mimpi, tetapi kabar terakhir yang mengatakan bahwa wanita itu sedang hamil sedikit membuatku khawatir juga. Terlebih, setelahnya aku memang memblokir kontaknya agar tak mengganggu kewarasan diri ini.Apa benar bayi yang dikandungnya benar-benar darah daging Aldrin? Apa ia juga benar-benar ingin mempertahankan bayi itu, sebab sudah jatuh hati pada putra angkat sugar daddy-nya?Kalau memang benar, berarti kemungkinan besar saat ini dia sedang mati-matian berjuang untuk membantu Aldrin keluar dari penjara. Aku jadi ikut membayangkan jika berada di posisi kakak kelas masa SMA itu.

DMCA.com Protection Status