Home / Romansa / Tertawan Pesona Mantan / 50. Mas Alan Bilang Rindu?

Share

50. Mas Alan Bilang Rindu?

last update Last Updated: 2023-03-21 09:21:47
Binar terkejut juga jelas sekali tergambar di wajah cantik itu. Wajah ketua tim cheerleaders zaman SMA dulu.

“Kalila? Vino?” Seolah memastikan, Kak Nindi menyebut namaku dan lelakiku secara bergantian.

Mama, Papa, dan Mas Alan juga tak kalah terkejut.

“Kamu kenal sama mereka, Nin?” tanya Mas Alan akhirnya.

“Oh, iya, Mas. Vino teman SMA-ku, dan kita juga pernah kuliah di kampus yang sama. Kalila juga adik kelas kami waktu SMA.”

“Wah ... berarti enggak perlu kenalan lagi, dong, ya. Tinggal saling mengakrabkan diri lagi aja,” sahut Mama.

Wajah-wajah kaget tadi langsung mencair setelah wanita yang dibawa Mas Alan memberikan sedikit penjelasannya. Kami pun memulai acara makan malam walau aku dan Mas Vino jadi sedikit tak leluasa seperti biasanya. Bukan masalah ada orang baru yang bergabung dengan kami, tetapi ada orang dari masa lalu yang kini hadir kembali di tengah-tengah kami.

Aku jadi teringat info dari Luna beberapa waktu yang lalu, bahwa Kak Nindi gagal menikah sebab perusahaan
Wildatuz Zaqiyyah

Hai, hai ... selamat pagi😍 Yuk, dukung cerita ini dengan GEM dari kalian. Maaciww💫🙏😊

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
pesona senja
duh Alan mulai main api ini, lanjut lanjuttt...
goodnovel comment avatar
Zudia
lanjuut. makin seruuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tertawan Pesona Mantan   51. Di Angkringan

    Aku mengerjapkan mata berulang kali. Sadar jika setan dan bala tentaranya nyaris berhasil mengepung kami dalam kemaksiatan. Segera kutarik tangan dari genggaman Mas Alan.Lelaki tampan di depanku ini seperti mengerti dan juga mulai sadar jika dirinya telah terhipnotis bujuk rayu Dasim, setan yang punya tugas menghancurkan pernikahan anak cucu Adam. Mas Alan meraup wajahnya dengan kasar. Kalimat istigfar lirih kudengar dari bibirnya yang tipis. Aku pun melakukan hal yang sama, beristigfar dalam hati dan mengatur napas sebaik mungkin.“S-sorry, Kal. Mas terbawa suasana.”Aku mengangguk dan segera menelepon bagian food and beverage. Meminta dibuatkan cokelat panas kesukaan untuk menenangkan hati dan pikiran.Jika biasanya keakrabanku dan Mas Alan dulu akan membuat kita tertawa haha-hihi tanpa beban, tetapi berbeda dengan saat ini. Statusku adalah seorang istri. Aku harus menjaga batasan bercengkerama dengan lawan jenis, sekalipun itu masih terbilang family. Apalagi jika tadi ada seseoran

    Last Updated : 2023-03-21
  • Tertawan Pesona Mantan   52. Siapa yang Cemburu?

    Ya, hal yang sama juga sedang kupikirkan. Kenapa Nindi tidak dengan Mas Alan? Bukannya kemarin malam mereka sudah go publik hingga perkenalan dengan keluarga? Kenapa sekarang Kak Nindi malah jalan dengan pria lain dengan begitu mesra?Berbagai pertanyaan mulai berkecamuk dalam hati. Bukan, bukan aku cemburu. Mas Vino pasti berpikiran yang sama denganku.“Beneran itu Nindi?”Aku mengangguk. Tak lama setelah itu keduanya masuk ke sebuah mobil dan hilang dari pandangan.Aku segera merogoh dompet dan mengeluarkan pecahan uang warna merah. Menarik lengan suami tanpa meminta uang kembalian pada pemilik angkringan.“Mbak, jujule?” (Mbak, kembaliannya?)“Kersane, Pak, kagem njenengan mawon,” ucapku sopan pada seorang lelaki cukup usia.(Enggak pa-pa, Pak, buat Anda saja.)Melihat wajahku yang mungkin sudah tak enak dipandang dan tak mau didebat, Mas Vino hanya diam.“Cepat, Mas, ikutin mobil itu!”Suamiku hanya mengangguk seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.“Punggungmu aman, kan, Mas? Atau

    Last Updated : 2023-03-22
  • Tertawan Pesona Mantan   53. What? Soulmate Too Late?

    Seminggu setelah perdebatan di kamar hotel kala itu, Mas Vino mengutarakan keinginannya pada mama dan papa untuk segera pulang ke Semarang dan membawa serta diri ini. “Kapan tepatnya, Nak?” tanya Papa. “Jika Papa dan Mama enggak keberatan, lusa kami berangkat.” Aku hanya menyimak tanpa mau mendebat atau menambahi. Biarkan, toh memang diri ini sudah sepenuhnya tanggung jawab suami. “Tentu saja Papa enggak keberatan. Kalila memang sudah menjadi tanggung jawabmu setelah ikrar suci pernikahan terucap dan disahkan.” Mas Vino tersenyum. “Makasih, Pa, Ma.” Mama pun hanya tersenyum walau aku bisa menangkap raut sedih dari wajahnya. Pasti Mama akan merasa kesepian. Ah, memang harusnya punya anak enggak hanya satu, apalagi anak perempuan pasti akan dibawa suaminya suatu saat nanti. Untuk masalah pekerjaan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh, Jogja-Semarang bukanlah jarak yang terbilang jauh. Kami kembali ke kamar usai berbincang di ruang keluarga. Semenjak perdebatan di kamar hotel

    Last Updated : 2023-03-22
  • Tertawan Pesona Mantan   54. Di Apartemen Mas Alan

    Dadaku sudah panas sedari tadi, ditambah ucapannya yang menunjukkan betapa murahannya dia. Namun, aku masih bersikap tenang, tak ingin terpancing emosi. Usai mengucapkan kalimat menjijikkan itu, Nindi pergi menenteng tas branded-nya.Aku beristigfar lirih, menormalkan irama jantung yang berdetak cepat saat bayangan di lab semasa SMA terlintas kembali.“Mbak Kalila baik-baik saja?”Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Salma.“Maaf, Mbak, apa dia mantannya Pak Vino?”“Bukan, tapi dia perempuan yang sudah bikin aku sama Mas Vino salah paham sampai akhirnya kita terpisah cukup lama.”“Maksudnya ... Mbak Kalila sama Pak Vino dulunya memang pacaran?”Aku mengangguk.“Owalah, tertawan pesona mantan, Mbak? Baru tahu aku.”Aku tersenyum dan mencubit kecil punggung tangan Salma. Tidak banyak yang tahu masa laluku dan Mas Vino kecuali orang-orang terdekat saja. Dan Salma baru tahu hari ini. Aku menengok jam di pergelangan tangan. Sudah hampir Magrib.“Sal, bisa temani aku ke apartemenn

    Last Updated : 2023-03-23
  • Tertawan Pesona Mantan   55. Khilaf (PoV Alan)

    Entah angin apa yang membuat Kalila datang ke apartemenku. Terkejut? Sudah pasti. Bahagia? Tepat sekali. Ini kali pertama kerabat yang sudah kuanggap layaknya adik itu datang tanpa teman. Biasanya dia berdua dengan asistennya, pernah juga sama mamanya. Namun, kali ini kenapa datang sendiri? Berani sekali dia menghampiri kandang Singa yang sudah lama mengincar kelinci?Aku terus mengingatkan diri untuk selalu menjaga Kalila. Kami dibesarkan bersama-sama, walau saat itu usiaku sudah dewasa dan dia masih beranjak remaja. Ketulusan Om Nazeem dan Tante Mirna tak akan kusia-siakan. Mereka adalah orang tuaku, jadi Kalila adalah adikku.Akan tetapi, kebersamaan kami yang setiap waktu sering berinteraksi memunculkan rasa aneh dalam diri ini. Senyumnya, tingkah manjanya, kecerdasannya, serta wajah ayunya berhasil membuatku menyimpan rasa yang berbeda. Ya, aku mulai menyukainya, jatuh cinta.Kalila dewasa begitu memesona. Terlebih saat dia diangkat menjadi direktur utama Grand Adiwilaga Hotel an

    Last Updated : 2023-03-23
  • Tertawan Pesona Mantan   56. Masih Shock

    Aku berlari ke arah toilet dan membasuh wajah dengan air dari kran wastafel. Menghapus air mata dan menghilangkan jejak-jejak kekurangajaran Mas Alan di sana. Bisa-bisanya dia mencuri ciuman dariku. Bisa-bisanya dia nekat mengungkapkan isi hatinya kepadaku.Kutatap lamat-lamat wajah di kaca. Mengembuskan napas dan mengelap wajah ini dengan tisu. Jangankan bermain api, didekati api pun aku enggan. Setia itu mahal. Jangan pernah ajari aku tentang pengkhianatan. Wanita mahal tak akan mau disentuh lelaki yang bukan mahram.Semua kekagumanku kepada Mas Alan selama ini lenyap seketika. Tidak ada yang melarang jatuh cinta, tetapi mengertilah dan sebaiknya mundur jika cinta itu akan merusak pasangan halal yang tengah berbahagia. Kenapa Mas Alan masih nekat bilang cinta dan ... berani-beraninya dia menyentuh apa yang tidak halal untuknya?Segera aku menelepon Salma.“Ya, Mbak?”“Kamu ambil mobil, ya, Sal. Aku tunggu di depan lobi. Kita ke masjid terdekat dulu, aku mau salat Magrib.”“Oh, oke,

    Last Updated : 2023-03-24
  • Tertawan Pesona Mantan   57. Pengakuan Mas Alan

    Mas Vino mengurai pelukan dan menangkup kedua pipi ini dengan tangan kekarnya. Menghapus air mata yang menjejak bak air hujan di jendela kaca.“Sudah, Sayang. Enggak apa-apa. Anak kucingnya sudah dikubur,” ujarnya lembut dengan menampilkan senyum.Untung kalimat pengakuanku tadi hanya terucap dalam hati saja. Aku tidak akan mengadu pada siapa pun tentang keberanian Mas Alan selain kepada Tuhan. Biarlah rahasia ini kusimpan rapat-rapat. Jika mampu, akan kupendam sendiri hingga akhir hayat.Bukan ingin melindungi Mas Alan, tetapi aku tak mau jika papa dan mama akan membencinya. Dia hidup sebatang kara. Kami adalah keluarganya. Mungkin dengan nomornya yang sudah kublokir akan sedikit menamparnya, bahwa adik manisnya ini bukanlah wanita kebanyakan.“Mmm, kalau gitu saya pamit dulu, Bu Kalila, Pak Vino,” ujar Salma. Panggilannya sudah kembali ke mode formal, mungkin tidak enak dengan Mas Vino.Aku menoleh. “Makasih, Sal. Maaf, enggak jadi nganterin kamu pulang.”“Enggak pa-pa, Bu. Saya sud

    Last Updated : 2023-03-25
  • Tertawan Pesona Mantan   58. Vino Terlalu Aktif

    Di sinilah aku saat ini. Masih di bawah kolong langit yang sama, tetapi di daerah yang berbeda. Sudah tiga hari aku hidup seatap dengan mertua setelah Mama, Papa beserta Pak Narto ikut mengantarkan aku dan suami ke kota Lawang Sewu. Sepasang tangan memeluk hangat pinggangku dari belakang. Aku menoleh hingga hidung bangir itu langsung bertabrakan dengan hidungku. Senyum kami merekah seketika.“Betah, kan, tinggal di sini?”Aku mengangguk dan kembali menghadapkan wajah ke depan. Kini, dagu Mas Vino ia tempelkan di atas bahuku sebelah kanan. “Eh, hampir lupa. Aku belum tahu nomor rekeningmu.”Keningku berkerut. “Buat apa?”Mas Vino melepas pelukan dan mengambil ponselnya. “Catat nomor rekeningmu, Yang!” perintahnya dengan menyodorkan HP pintarnya.Tanpa berlama-lama, langsung kuketik nomor rekeningku. Beberapa saat Mas Vino tampak mengutak-atik ponselnya hingga terdengar sebuah notif dari ponselku di dekat sofa balkon.Aku mendekat dan meraih benda pintarku. “150 juta?” Sebuah nomina

    Last Updated : 2023-03-26

Latest chapter

  • Tertawan Pesona Mantan   128. Ending

    Aku masih bergeming, menatap wanita bergamis biru dongker senada dengan hijab lebarnya itu. Vika tampak tenang dalam gendongannya, sebab sesekali Nindi akan mengajaknya bercanda. "Kamu cantik banget, Sayang. Mirip mamamu, tapi hidung dan matamu mewarisi milik papamu." Vika hanya menatap orang yang tengah menggendongnya, tetapi sesekali mengoceh seolah-olah tengah menimpali obrolan Nindi. "Wah ... kamu pintar. Udah bisa merespons kalau diajak bicara," pujinya dengan terus menatap wajah lucu putriku. Namun, tidak berapa lama Vika merengek. Setelah dilihat, ternyata dia pup. "Biar Mama saja yang ganti popoknya, Kal. Kamu di sini saja temani tamu kita." Aku hanya mengangguk. Setelah kepergian Mama, tiba-tiba Nindi mendekat dan bersimpuh di dekat kakiku. "Eh, Mbak ngapain?" Aku mengganti panggilan yang semula Kakak menjadi Mbak. Tangannya terulur dan menggenggam kedua tanganku. "Makasih, Kal. Makasih karena kamu dan Vino sudah memaafkan Aldrin." "Iya, Mbak, iya. Tapi ... jangan beg

  • Tertawan Pesona Mantan   127. Air Mata Mas Alan

    Aku ikut menitikkan air mata melihat Mas Alan tergugu dalam dekapan Papa. Pria matang yang kini telah resmi menghalalkan sang kekasih itu masih erat memeluk satu-satunya wali atas dirinya itu. Cinta pertamaku masih terus menepuk-nepuk bahu sang keponakan."Sudah, ini hari bahagiamu, bukan? Jangan jadi lelaki cengeng," ucap Papa menggoda Mas Alan."Alan enggak akan ngelupain semua kebaikan Om dan Tante.""Kami orang tuamu, Nak. Sudah sepantasnya kami merawat dan menjagamu dengan sebaik-baiknya.""Bahkan ibu dan ayah–""Sudah ...," potong Papa. "Jangan kamu sebut-sebut lagi kesalahan mereka dulu. Om sudah mengikhlaskan semuanya. Mereka sudah tenang di sisi-Nya."Aku pun belum lama mendengar cerita sesungguhnya dari Papa siapa orang tua Mas Alan. Ibu Mas Alan masih terbilang saudara walau urutannya terbilang jauh. Saat itu keuangan keluarga Mas Alan melemah. Sang ayah yang suka main judi setelah usahanya gulung tikar selalu mendesak istrinya untuk meminjam uang pada Papa. Melati–ibu Ma

  • Tertawan Pesona Mantan   126. Baby Vika

    Vika Zara Kamilah. Kemenangan putri yang sempurna. Nama Vika sendiri diambil dari gabungan namaku dan suami. Vi-Ka, Vino dan Kalila."Nggak mau tahu, pokoknya kita harus besanan, Kal," ucap Ratu bersemangat saat menimang putriku. "Ya ampun, Sayang ... kamu cantik banget ...," lanjutnya sembari mencium gemas pipi Vika."Gantian, dong, Tu. Gue juga mau gendong si Vika," sela Luna."Entar. Kalila, kan, masih marah sama lu."Luna menggaruk-garuk tengkuknya dengan nyengir kepadaku."Bisa-bisanya lu ngira calon besan gue itu setan."Aku mengangguk seraya memajukan bibir walau dalam hati tergelak melihat Luna yang kembali kikuk. Ya, aku memang sempat dinyatakan meninggal walau tidak kurang dari satu jam. Mungkin bisa disebut mati suri.Mas Vino bilang, setelah aku dinyatakan pingsan usai Vika keluar dari rahim, perlahan kuku jemariku mulai menghitam. Setelah diperiksa, dokter pun menyatakan denyut jantungku sudah berhenti dan fungsi otak juga tidak ada tanda-tanda aktivitas lagi."Perasaan

  • Tertawan Pesona Mantan   125. Jihad

    Semalaman Mas Vino menemaniku dengan terus terjaga. Aku sudah menyuruhnya tidur walau sebentar, tetapi dia menolak. Usai salat Subuh, dokter kembali mengecek jalan lahirku, dan beliau bilang sebentar lagi.“Alhamdulillah, sudah hampir mendekati, Bu. Dan ini termasuk cepat untuk persalinan pertama,” ucap dokter dengan tag name Susiana itu. “Sebaiknya ibu makan dulu atau minimal minum susu. Saya akan kembali satu jam lagi.”Sedari tadi, ayat-ayat Al-Quran terus Mas Vino bacakan dekat perutku. Satu hal yang membuatku jatuh cinta berkali-kali padanya. Menantu Papa itu sudah menghafal Surat Ar-Rahman. Semalam saat aku setengah tertidur, ia melafalkannya dengan kedua tangan memegangi perut istrinya ini.Fabiayyi ala irobbikuma tukadz-dziban ... maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?Dititipi suami tampan, saleh, berkecukupan materi, dan baik hati. Ya, hanya dititipi. Bukannya di dunia ini tidak ada seorang pun yang ditakdirkan untuk memiliki? Sebab, sejatinya semua hanya sedang

  • Tertawan Pesona Mantan   124. Melebur Rasa Sakit Hati

    Aku terus mengaduh. Sakit yang dirasa kian melilit. Mas Vino masuk dan berteriak memanggil Mama Papa. Aku hendak berdiri, tetapi Luna dan Mbak Eliz menahan.“Mau ke mana, Kal?” tanya Mbak Eliz.“Jalan-jalan aja sekitar sini, Mbak. Kalau sakitnya cuma karena kontraksi palsu, pasti berangsur-angsur hilang jika dibuat jalan-jalan," jelasku yang sambil berdiri dan mulai berjalan-jalan di area taman.Mbak Eliz dengan sigap mengikutiku, pun dengan Luna. Satu tanganku berkacak di pinggang bagian belakang, sementara satunya lagi mengelus perut. Tidak lupa bibir terus kubasahi dengan kalimat-kalimat zikir dan selawat. Tidak berapa lama beberapa derap langkah terdengar datang dari dalam rumah."Nak! Kalila!"Aku menoleh dengan kaki terus melangkah pelan. Mama sedikit tergopoh-gopoh menghampiri."Udah kerasa?" tanya wanitaku yang menempelkan tangannya di lengan putrinya ini."Enggak tahu, Ma. Mulesnya sebentar datang, sebentar hilang. Tapi lama-lama makin kerasa." Aku meringis merasai sakit yang

  • Tertawan Pesona Mantan   123. Suami yang Peka

    Dalam keremangan, langkahku terus maju menuju taman samping di dekat kolam renang. Pintu kupu tarung berbahan kaca itu kudorong perlahan. Di sana tampak seorang pria tampan sedang mengenakan kemeja panjang warna maroon, salah satu warna favoritku.Kedua tangannya yang disimpan ke belakang terlihat menyimpan sesuatu. Seperti sebuah buket, mungkin buket bunga. Walau masih heran ini acara apa, tak ayal senyumku pun mengembang saat pria itu melangkah menuju arahku."Selamat ulang tahun, Ratuku," ucapnya dengan tatanan rambut yang sangat rapi. Entah kapan Mas Vino mengganti baju dan menyisir rambutnya.Ah, aku bahkan lupa jika hari ini memang tanggal dan bulan di mana dua puluh enam tahun lalu aku melihat dunia. Ternyata Mas Vino mengingatnya.Sebuah buket bunga Lily ia persembahkan untukku. Aku menerimanya dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Sayang."Mas Vino mengangguk dan maju untuk mencium keningku. Sepersekian detik aku hanya bergeming, hingga kemudian rasa bahagia bercampur haru

  • Tertawan Pesona Mantan   122. Ada Apa di Taman Rumah?

    Setelah bercerita panjang lebar dengan Damian tentang siapa Om Heru berikut Aldrin, pria itu mengangguk-angguk sebentar, kemudian terlihat seperti berpikir."Jadi ... si Nindi ini sedang mengandung bayi dari Aldrin, anak angkat Om Heru, begitu?""Entahlah. Kami belum begitu yakin. Itu benar bayi Aldrin seperti pengakuan Nindi atau malah anak Om Heru. Kami tidak tahu, Pak Ian."Damian meminta kami memanggilnya dengan nama Ian. Sapaan akrabnya."Kami ingin memastikan jika benar janin dalam kandungannya adalah anaknya Aldrin. Semoga setelah tahu kebenarannya, kami bisa mengambil keputusan bijak bagaimana nantinya."Mau tidak mau aku pun bercerita tentang kejahatan Aldrin yang dilakukan pada Mas Vino di awal-awal pernikahan kami. Pria dengan tatanan rambut rapi dan klimis itu berpikir sejenak. Lalu, air mukanya sedikit berubah dan langsung mengambil ponsel yang disimpan di saku celananya.Aku dan suami hanya diam memerhatikan saat pria single di hadapan kami itu menempelkan ponsel di teli

  • Tertawan Pesona Mantan   121. Lebih Akrab

    "Maaf, Pak Vino, Bu Kalila, acara bersantap jadi sedikit terjeda," ujar Damian dengan nada seperti tak enak.Pria itu kembali duduk dan bergabung dengan kami."Tidak apa-apa, Pak. Emm ... Maaf sebelumnya, tadi saya dan istri sempat dengar sedikit. Kalau boleh tahu siapa yang meninggal, ya, Pak?"Akhirnya Mas Vino mewakili rasa penasaranku walau tadi kami tak berdiskusi dulu harus bertanya apa tidak. Hanya ingin memastikan saja, bahwa wanita hamil yang dimaksud bukan ... Nindi."Oh, itu. Salah satu penghuni rumah peduli yang dibangun Mama saya, Pak.”Mas Vino melirikku sebentar.“Semacam panti, Pak?”“Iya. Tapi, yang ini khusus menampung para wanita yang hamil di luar nikah. Ada yang sebab diperkosa atau ditinggal kekasihnya begitu saja.”Aku menatap Mas Vino dengan tatapan memohon, agar ia menggali lebih dalam tentang info wanita meninggal itu.“Mari, Pak, Bu. Kita lanjut makan dulu. Nanti dilanjut lagi ngobrolnya.”Akhirnya kami mengangguk dan melanjutkan acara makan siang. Sesekali

  • Tertawan Pesona Mantan   120. Pakaian Putih dan Wajah Pucat

    “Denger dulu, Yang. Bukan mimpi yang enak-enak, kok. Justru mimpinya bikin aku kepikiran yang enggak-enggak.”Tak ayal kedua alisku hampir menyatu mendengar penuturannya. “Maksudnya?”“Nindi datang dengan pakaian serba putih dan wajah pucat,” jelasnya. “Wajahnya kuyu dan kantung matanya cekung, bahkan area matanya terlihat menghitam. Apa dia sedang kesulitan, ya, Yang?"Aku terdiam. Walau bukan ahli menafsirkan mimpi, tetapi kabar terakhir yang mengatakan bahwa wanita itu sedang hamil sedikit membuatku khawatir juga. Terlebih, setelahnya aku memang memblokir kontaknya agar tak mengganggu kewarasan diri ini.Apa benar bayi yang dikandungnya benar-benar darah daging Aldrin? Apa ia juga benar-benar ingin mempertahankan bayi itu, sebab sudah jatuh hati pada putra angkat sugar daddy-nya?Kalau memang benar, berarti kemungkinan besar saat ini dia sedang mati-matian berjuang untuk membantu Aldrin keluar dari penjara. Aku jadi ikut membayangkan jika berada di posisi kakak kelas masa SMA itu.

DMCA.com Protection Status