"Berhenti selalu berdebat, Miley! Aku bilang tidak bisa, jadi jangan membantah!" Miley tertawa kecil seperti mengejek Aland. "Aland, hanya kebetulan saja rencana kita sejalan untuk Jason. Kamu ingin menghentikan ancaman-ancaman Jason yang merusak nama baikmu, sementara aku ingin merebut perusahaan milikku darinya. Tujuan kita memang sama, tapi tidak ingin ada seseorang menghalangi langkahku!" tegas Miley mampu membuat Aland berjengkit dari duduknya."Miley!? Apa yang ---""Tidak perlu bicara keras, Aland. Pelankan suaramu sebelum security dan orang-orang di sini mengetahui mu ada di apartemenku." Memotong ucapan Aland dengan sedikit mengancam.Namun, pria yang terlalu mencemaskan keselamatan Miley, tidak mau membiarkan Miley pergi bertemu Jason tanpa pengawasannya. Aland pun mencoba melunak untuk membujuk gadis keras kepala itu. "Aku akan menemanimu bertemu dengan keparat itu, Miley. Mungkin kemarin dia tidak menyakitimu karena butuh berkas itu sampai kepada Jenny. Tapi aku tidak y
Miley meremas ujung tasnya sesaat setelah berdiri di depan pintu perusahaan Aland Corp. Hatinya meragu meneruskan langkahnya masuk perusahaan. "Gila kamu, Miley," kutuknya menyurut mundur ke arah samping. Entah jin apa yang merasuki pikirannya tadi, sampai-sampai beralasan mengantar berkas tersebut, demi bisa bertemu Aland. Tidak berpikir mungkin saja berkas itu memang tidak diperlukan."Arghh! Apa yang harus aku lakukan?" Nyalinya mendadak ciut, berpikir lebih baik pulang sekarang saja sebelum ada orang melihatnya di sana.Namun, baru hendak melangkah mau pulang, mobil mewah Aland tiba-tiba datang dari gerbang masuk. "Mati aku!" gumamnya panik, cepat-cepat menutupi wajahnya dengan tasnya agar tidak dilihat Aland, sebelum melompat ke balik pot bunga besar untuk bersembunyi.Mobil mewah itu berhenti di depan pintu perusahaan. Miley mendongakkan kepala mengintip mobil Aland. Mungkin dengan melihat pria itu saja, rasa rindunya terpuaskan, lalu, pulang.Tapi ..."Apa itu Tuan Daniel?" ta
Tubuhnya bergetar hebat, kalau saja ia tidak berpegangan pada sisi meja, dirinya sudah ambruk. Kini Miley malah semakin kewalahan menguasai dirinya. Berkali-kali tubuhnya seperti tertarik ke belakang namun ia paksa bertahan berdiri tegak."Nah, berkas ini yang Daddy butuhkan. Lalu, kenapa kamu bilang tidak bisa memberikan bukti yang seperti ini tadi, Aland?" tanya Tuan Daniel memutar badan menghadap Aland. Sesaat Tuan Besar itu kembali sibuk membaca-baca kertas di tangannya. "Oke, ini jauh lebih baik dari enam bulan yang lalu. Tetapi Daddy masih perlu mempertimbangkan satu hal lagi padamu!" kecam Tuan Besar itu berdiri dengan jari telunjuk mengarah ke Aland yang sempat senang."Satu hal lagi? Apa itu, Dad?" buru Aland meremas telapak tangannya seraya menggeram. Ada saja hal yang dibuat-buat ayahnya itu untuk mempersulit dirinya. Kalau memang tidak niat menjadikannya sebagai pewaris keluarga Halton, tidak usah bertele-tele, langsung bilang saja. Yakin dengan dugaannya selama ini tid
"Eh ... ke mana?"Miley ternganga melihat Aland hanya senyum-senyum berlalu, sementara dirinya masih sangat penasaran. Iapun berlari kecil membuntutinya sampai ke ruangan. "Aland, apa yang di maksud Tuan Daniel tadi?""Kamu kenapa sebenarnya, Miley? Kamu tidak tahu, apa pura-pura amnesia?" kata Aland dengan kedua alisnya tertaut, melotot kepada gadis yang menatapnya kebingungan."Sumpah, aku tidak tahu, Aland. Mana mungkin aku terus bertanya kalau aku tahu!" ketus Miley menghempaskan duduknya berseberangan meja dengan Aland."Hahaa." Aland merasa Miley hanya bercanda. "Oiya, kenapa kamu tiba-tiba datang kemari, Miley? Jangan bilang kamu merindukanku?" goda Aland mengedipkan sebelah matanya menggoda gadis yang terus menatapnya.Mendengarnya, Miley membuang wajah. Rasanya malu kalau harus mengakui itu benar, kepada pria aneh itu. Memang tadi sangat ingin bertemu dengannya, tetapi ..."Jangan mengalihkan pembicaraan, Aland," katanya sedikit gugup tidak bisa lagi menyembunyikan wajahnya
Sudahlah, dia itu memang sangat pintar memulai perdebatan. Miley menepis tangan Aland mendahuluinya ke luar. "Ke mana, Miley?" Setengah berlari pria itu mengejar langkahnya yang terburu."Aku mau pulang!""Hakh, gadis keras kepala," geramnya menurut saja mengikutinya. "Miley, kita kan mau makan siang."Tidak ada sahutan dari Miley, gadis itu terus saja berjalan menuju gerbang keluar perusahaan. Sikapnya itu semakin membuat Aland menggeram."Miley, apa kau mendengarnya?" geramnya menekan nada suaranya.Namun, lagi-lagi gadis itu tidak menyahutinya. Ia berdiri di pinggir jalan seolah sedang menunggu seseorang. "Untuk apa kamu berdiri di situ, Miley?" Kesabaran Aland yang setipis tisu di belah tiga mulai menggertakkan gerahamnya."Menunggu Theo," sahut Miley tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya."What? Kau sudah gila!" seru Aland kembali menekan suaranya. Rasanya ingin menampar Miley untuk menyadarkan gadis itu.Melihat Aland terpancing api cemburu, Miley hanya tertawa kecil.
Miley terbangun ketika tubuhnya terasa terhimpit berat badan seseorang. Tulang punggungnya terasa seperti kram menahan beban berat yang menelepon di belakang tubuhnya. Matanya mengerjap untuk mengumpulkan kesadarannya, sembari memutar otak cerdasnya. Namun, belum lagi bisa berpikir jernih, hidungnya kembang kempis mencium aroma tubuh Aland."Aland," desisnya lagi-lagi mengerjapkan matanya, memulihkan kesadarannya yang berpikir mungkin masih bermimpi itu. Benar, ada seseorang tertidur di belakangnya. Setelah tersadar penuh, dan menyadari itu Aland, Miley terjengkit dan turun dari ranjang."Kenapa dia bisa ada di sini?" gumamnya seperti bermimpi saja, belum bisa yakin itu Aland. Miley mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar, setelah berulang-ulang mengucek matanya. Memastikan ia masih di apartemennya. Otak cerdasnya masih ingat jelas kemarin sore mereka berdua bertengkar. Kemudian iapun pulang ke apartemen dengan naik ojol. Lalu, merencanakan akan melarikan diri pagi-pagi sek
Miley menaikkannya kedua alisnya tinggi-tinggi, ia tidak mengerti apa maksud Aland. Lagi siapa yang mau bertunangan dengan pria mengesalkan seperti dia."Gak," ketus Miley menggeram."Harus, karena kamu sendiri yang mengiyakannya kepada Ayahku, Miley.""Kapan? Aku cuma membicarakan itu denganmu bukan dengan Tuan Daniel, ya. Lagipula itu juga hanya untuk menutupi masa lalu mu dengan Mamaku dari Tuan Daniel nantinya." Aland hanya tertawa kecil. Pria itu bangkit langsung menuju ke kamar mandi. Sesaat setelah pintu menutup, suara berisik dari kucuran shower dari kamar mandi terdengar.Miley menggeser pandangannya ke jam dinding, masih pagi tapi Aland sudah mandi.Namun, ia tidak begitu memperdulikan itu, dan tetap melanjutkan tidurnya."Mandi sana, Miley." Di susul pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu, melemparkan handuk setengah basah kepadanya. Miley bergeming, hanya mengulurkan tangannya meraih handuk yang menutupi wajahnya, kemudian melemparkan asal."Miley!" panggil Ala
"Jangan bilang sengaja menjebak ku!""Aku memang tak menjebak mu, Miley. Kamu yang kebiasaan gegabah melakukan sesuatu. Masih bersyukur itu hanya berkas pertunangan kita, bagaimana kalau berkas lain?" goda Aland senang membuat Miley kebingunganHakh, pria buaya ini pintar sekali bersandiwara memang. Jelas-jelas sengaja melakukan itu tadi. Pun berkas lain apalagi yang dia maksudkan."Berkas lain apa maksudmu?" tanya Miley sedikit gusar. Wajahnya memerah menahan emosinya. Merasa Aland sangat senang mempermainkannya saja. "Berkas pe ---""Tuan Muda!" seru Theo masuk ruangan tanpa mengetuk pintu, langsung menghampiri meja Aland, sekaligus memotong pembicaraan keduanya. Miley melihat pengawal tampan tersebut gugup dengan napas memburu, wajahnya juga tampak menegang. "Ada apa, Theo?" tanya Aland dengan raut wajahnya juga ikut menegang."Tuan Muda, ada seorang pria yang mengaku sebagai suruhan Jenny menunggu Anda di bawah. Dia ---""Urusan penting apa dia ingin bertemu denganku?" potongn