Tubuhnya bergetar hebat, kalau saja ia tidak berpegangan pada sisi meja, dirinya sudah ambruk. Kini Miley malah semakin kewalahan menguasai dirinya. Berkali-kali tubuhnya seperti tertarik ke belakang namun ia paksa bertahan berdiri tegak."Nah, berkas ini yang Daddy butuhkan. Lalu, kenapa kamu bilang tidak bisa memberikan bukti yang seperti ini tadi, Aland?" tanya Tuan Daniel memutar badan menghadap Aland. Sesaat Tuan Besar itu kembali sibuk membaca-baca kertas di tangannya. "Oke, ini jauh lebih baik dari enam bulan yang lalu. Tetapi Daddy masih perlu mempertimbangkan satu hal lagi padamu!" kecam Tuan Besar itu berdiri dengan jari telunjuk mengarah ke Aland yang sempat senang."Satu hal lagi? Apa itu, Dad?" buru Aland meremas telapak tangannya seraya menggeram. Ada saja hal yang dibuat-buat ayahnya itu untuk mempersulit dirinya. Kalau memang tidak niat menjadikannya sebagai pewaris keluarga Halton, tidak usah bertele-tele, langsung bilang saja. Yakin dengan dugaannya selama ini tid
"Eh ... ke mana?"Miley ternganga melihat Aland hanya senyum-senyum berlalu, sementara dirinya masih sangat penasaran. Iapun berlari kecil membuntutinya sampai ke ruangan. "Aland, apa yang di maksud Tuan Daniel tadi?""Kamu kenapa sebenarnya, Miley? Kamu tidak tahu, apa pura-pura amnesia?" kata Aland dengan kedua alisnya tertaut, melotot kepada gadis yang menatapnya kebingungan."Sumpah, aku tidak tahu, Aland. Mana mungkin aku terus bertanya kalau aku tahu!" ketus Miley menghempaskan duduknya berseberangan meja dengan Aland."Hahaa." Aland merasa Miley hanya bercanda. "Oiya, kenapa kamu tiba-tiba datang kemari, Miley? Jangan bilang kamu merindukanku?" goda Aland mengedipkan sebelah matanya menggoda gadis yang terus menatapnya.Mendengarnya, Miley membuang wajah. Rasanya malu kalau harus mengakui itu benar, kepada pria aneh itu. Memang tadi sangat ingin bertemu dengannya, tetapi ..."Jangan mengalihkan pembicaraan, Aland," katanya sedikit gugup tidak bisa lagi menyembunyikan wajahnya
Sudahlah, dia itu memang sangat pintar memulai perdebatan. Miley menepis tangan Aland mendahuluinya ke luar. "Ke mana, Miley?" Setengah berlari pria itu mengejar langkahnya yang terburu."Aku mau pulang!""Hakh, gadis keras kepala," geramnya menurut saja mengikutinya. "Miley, kita kan mau makan siang."Tidak ada sahutan dari Miley, gadis itu terus saja berjalan menuju gerbang keluar perusahaan. Sikapnya itu semakin membuat Aland menggeram."Miley, apa kau mendengarnya?" geramnya menekan nada suaranya.Namun, lagi-lagi gadis itu tidak menyahutinya. Ia berdiri di pinggir jalan seolah sedang menunggu seseorang. "Untuk apa kamu berdiri di situ, Miley?" Kesabaran Aland yang setipis tisu di belah tiga mulai menggertakkan gerahamnya."Menunggu Theo," sahut Miley tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya."What? Kau sudah gila!" seru Aland kembali menekan suaranya. Rasanya ingin menampar Miley untuk menyadarkan gadis itu.Melihat Aland terpancing api cemburu, Miley hanya tertawa kecil.
Miley terbangun ketika tubuhnya terasa terhimpit berat badan seseorang. Tulang punggungnya terasa seperti kram menahan beban berat yang menelepon di belakang tubuhnya. Matanya mengerjap untuk mengumpulkan kesadarannya, sembari memutar otak cerdasnya. Namun, belum lagi bisa berpikir jernih, hidungnya kembang kempis mencium aroma tubuh Aland."Aland," desisnya lagi-lagi mengerjapkan matanya, memulihkan kesadarannya yang berpikir mungkin masih bermimpi itu. Benar, ada seseorang tertidur di belakangnya. Setelah tersadar penuh, dan menyadari itu Aland, Miley terjengkit dan turun dari ranjang."Kenapa dia bisa ada di sini?" gumamnya seperti bermimpi saja, belum bisa yakin itu Aland. Miley mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar, setelah berulang-ulang mengucek matanya. Memastikan ia masih di apartemennya. Otak cerdasnya masih ingat jelas kemarin sore mereka berdua bertengkar. Kemudian iapun pulang ke apartemen dengan naik ojol. Lalu, merencanakan akan melarikan diri pagi-pagi sek
Miley menaikkannya kedua alisnya tinggi-tinggi, ia tidak mengerti apa maksud Aland. Lagi siapa yang mau bertunangan dengan pria mengesalkan seperti dia."Gak," ketus Miley menggeram."Harus, karena kamu sendiri yang mengiyakannya kepada Ayahku, Miley.""Kapan? Aku cuma membicarakan itu denganmu bukan dengan Tuan Daniel, ya. Lagipula itu juga hanya untuk menutupi masa lalu mu dengan Mamaku dari Tuan Daniel nantinya." Aland hanya tertawa kecil. Pria itu bangkit langsung menuju ke kamar mandi. Sesaat setelah pintu menutup, suara berisik dari kucuran shower dari kamar mandi terdengar.Miley menggeser pandangannya ke jam dinding, masih pagi tapi Aland sudah mandi.Namun, ia tidak begitu memperdulikan itu, dan tetap melanjutkan tidurnya."Mandi sana, Miley." Di susul pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu, melemparkan handuk setengah basah kepadanya. Miley bergeming, hanya mengulurkan tangannya meraih handuk yang menutupi wajahnya, kemudian melemparkan asal."Miley!" panggil Ala
"Jangan bilang sengaja menjebak ku!""Aku memang tak menjebak mu, Miley. Kamu yang kebiasaan gegabah melakukan sesuatu. Masih bersyukur itu hanya berkas pertunangan kita, bagaimana kalau berkas lain?" goda Aland senang membuat Miley kebingunganHakh, pria buaya ini pintar sekali bersandiwara memang. Jelas-jelas sengaja melakukan itu tadi. Pun berkas lain apalagi yang dia maksudkan."Berkas lain apa maksudmu?" tanya Miley sedikit gusar. Wajahnya memerah menahan emosinya. Merasa Aland sangat senang mempermainkannya saja. "Berkas pe ---""Tuan Muda!" seru Theo masuk ruangan tanpa mengetuk pintu, langsung menghampiri meja Aland, sekaligus memotong pembicaraan keduanya. Miley melihat pengawal tampan tersebut gugup dengan napas memburu, wajahnya juga tampak menegang. "Ada apa, Theo?" tanya Aland dengan raut wajahnya juga ikut menegang."Tuan Muda, ada seorang pria yang mengaku sebagai suruhan Jenny menunggu Anda di bawah. Dia ---""Urusan penting apa dia ingin bertemu denganku?" potongn
"Aland! Kenapa membawaku kemari? A- aku belum membuat persiapan bertemu dengannya," mohon Miley tidak mau turun dari mobil. Telapak tangannya mulai berkeringat. Ia sangat takut bertemu Jason setelah membongkar rahasia Baren kepada Aland dan pengawal Aland tadi. Miley yakin pria suruhannya itu akan segera memberitahukan hal itu kepada Jason. "Miley, kamu tahu kalau Jason lah yang membunuh ibuku!" ungkap Aland menggertak gerahamnya. Raut wajahnya seketika memerah seperti menyimpan dendam yang amat besar.Tangannya mengepal sebelum melemparkan tinjunya di setir mobil.Miley ternganga, gadis itu hanya bisa menenggak liurnya kesusahan. Ia bahkan belum bisa percaya apa yang dikatakan Aland barusan, kalau Jason sangat jahat. Bukan hanya membunuh Adira, ayahnya, tetapi telah membunuh ibunya Aland."A- apa kamu yakin Jason pembunuhnya, Aland?" tanya Miley bergetar. "K- kenapa Jason membunuhnya?" Kedua tangannya mencengkram erat sisi kursi mobil. Tubuhnya maju mundur menahan tubuhnya yang
"Aland, bagaimana dengan barang-barang ku di apartemen?" tanya Miley mengikuti Aland yang mondar-mandir di dalam kamar, dengan pandangannya. "Nanti pelayan yang membawanya kemari. Oiya, Miley, kamu yakin Jason adalah King Lion?" Aland balik bertanya seperti ingin meyakinkan kalau Miley tidak bercanda, atau menakut-nakutinya.Gadis cantik itu mengangguk karena ia sangat mengetahuinya. "Iya, aku sudah mengatakannya padamu.""Ekhhem, sebenarnya aku hanya belum yakin saja ternyata bajingan itu hanya seukuran Jason," ejek Aland dengan senyum smirk-nya.Namun, Miley bisa menebak dari raut wajah Aland yang berubah memerah seperti menahan amarah. Iapun hanya bisa menenggak liur, tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuat Aland yakin kalau Jason bukan orang biasa."Iya, Jason menyembunyikan nama familiar nya sejak kasusnya beberapa tahun yang lalu, hingga ke pembunuhan Ayahku." "Hahk! Kamu bercanda, Miley! Untuk apa bajingan itu menyembunyikannya? Takut dibunuh Tuan Muda Aland Halton? Dan
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.