"Jangan bilang sengaja menjebak ku!""Aku memang tak menjebak mu, Miley. Kamu yang kebiasaan gegabah melakukan sesuatu. Masih bersyukur itu hanya berkas pertunangan kita, bagaimana kalau berkas lain?" goda Aland senang membuat Miley kebingunganHakh, pria buaya ini pintar sekali bersandiwara memang. Jelas-jelas sengaja melakukan itu tadi. Pun berkas lain apalagi yang dia maksudkan."Berkas lain apa maksudmu?" tanya Miley sedikit gusar. Wajahnya memerah menahan emosinya. Merasa Aland sangat senang mempermainkannya saja. "Berkas pe ---""Tuan Muda!" seru Theo masuk ruangan tanpa mengetuk pintu, langsung menghampiri meja Aland, sekaligus memotong pembicaraan keduanya. Miley melihat pengawal tampan tersebut gugup dengan napas memburu, wajahnya juga tampak menegang. "Ada apa, Theo?" tanya Aland dengan raut wajahnya juga ikut menegang."Tuan Muda, ada seorang pria yang mengaku sebagai suruhan Jenny menunggu Anda di bawah. Dia ---""Urusan penting apa dia ingin bertemu denganku?" potongn
"Aland! Kenapa membawaku kemari? A- aku belum membuat persiapan bertemu dengannya," mohon Miley tidak mau turun dari mobil. Telapak tangannya mulai berkeringat. Ia sangat takut bertemu Jason setelah membongkar rahasia Baren kepada Aland dan pengawal Aland tadi. Miley yakin pria suruhannya itu akan segera memberitahukan hal itu kepada Jason. "Miley, kamu tahu kalau Jason lah yang membunuh ibuku!" ungkap Aland menggertak gerahamnya. Raut wajahnya seketika memerah seperti menyimpan dendam yang amat besar.Tangannya mengepal sebelum melemparkan tinjunya di setir mobil.Miley ternganga, gadis itu hanya bisa menenggak liurnya kesusahan. Ia bahkan belum bisa percaya apa yang dikatakan Aland barusan, kalau Jason sangat jahat. Bukan hanya membunuh Adira, ayahnya, tetapi telah membunuh ibunya Aland."A- apa kamu yakin Jason pembunuhnya, Aland?" tanya Miley bergetar. "K- kenapa Jason membunuhnya?" Kedua tangannya mencengkram erat sisi kursi mobil. Tubuhnya maju mundur menahan tubuhnya yang
"Aland, bagaimana dengan barang-barang ku di apartemen?" tanya Miley mengikuti Aland yang mondar-mandir di dalam kamar, dengan pandangannya. "Nanti pelayan yang membawanya kemari. Oiya, Miley, kamu yakin Jason adalah King Lion?" Aland balik bertanya seperti ingin meyakinkan kalau Miley tidak bercanda, atau menakut-nakutinya.Gadis cantik itu mengangguk karena ia sangat mengetahuinya. "Iya, aku sudah mengatakannya padamu.""Ekhhem, sebenarnya aku hanya belum yakin saja ternyata bajingan itu hanya seukuran Jason," ejek Aland dengan senyum smirk-nya.Namun, Miley bisa menebak dari raut wajah Aland yang berubah memerah seperti menahan amarah. Iapun hanya bisa menenggak liur, tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuat Aland yakin kalau Jason bukan orang biasa."Iya, Jason menyembunyikan nama familiar nya sejak kasusnya beberapa tahun yang lalu, hingga ke pembunuhan Ayahku." "Hahk! Kamu bercanda, Miley! Untuk apa bajingan itu menyembunyikannya? Takut dibunuh Tuan Muda Aland Halton? Dan
Miley menenggak liur dengan menumpulkan pandangannya pada Aland. Untuk kesekian kalinya, ia tidak berhenti mengutuki dirinya yang kebiasaan tidak fokus pada pembicaraan.Ingatannya kembali di mana beberapa kali, ia telah terjebak dalam rencana Aland, hanya karena keteledorannya sendiri. Maka untuk kali ini ia harus bisa menghindar dari jebakan Aland itu.Miley berdiri dan menggeser pandangannya kepada Tuan Daniel, pria itu juga tengah memelototinya seperti menunggu jawabannya."Ng ... maaf, Tuan Besar. Itu tidak benar," ucap Miley membungkuk hormat. "Kami hanya ---""Apa-apaan kamu ini, Miley? Kenapa tidak benar? Apa maksudmu?" cecar Aland kaget dengan jawaban Miley barusan.Miley mengerjapkan matanya, bingung dengan Aland yang tiba-tiba marah. Dalam hati ia juga takut kalau telah salah menjawab namun ia juga tidak mau terjebak rencana-rencana gila mantan papa tirinya itu."Iya, tapi itu tidak benar, kan?" sahut Miley mulai sedikit gelisah."Tidak benar bagaimana? Kamu yang mengakuiny
Aland mencampakkan tasnya sembarang di sofa ruang tamu rumahnya. Tampaknya pria itu sangat kesal dengan tantangan Tuan Daniel tadi. Sepanjang perjalanan pulang dari kediaman Tuan Daniel, keduanya tidak terlibat obrolan apapun. Melihatnya seperti itu, Miley merasa kasihan juga. Mungkin kalau ia fokus dengan percakapan dengan Tuan Daniel tadi malam, mungkin keadaannya juga tidak seperti ini."Aland, aku minta maaf. Tidak tahu kalau jawabanku semalam jadi membuatmu seperti ---""Kamu tidak perlu minta maaf, Miley. Lagi pula kamu sudah meralat ucapanmu. Aku saja yang tak bisa mengendalikan rasa benciku kepada Abian," potong Aland merangkul mesra pundak Miley. Terdengar jelas bunyi gertakan gerahamnya.Miley merasa sedikit lega. Ia juga sempat takut melihat sikap Aland yang tiba-tiba berubah dingin. Takut pria itu akan memarahinya."Tapi benar, kan, yang kamu katakan kepada Tuan Daniel itu, Miley?" "Ahh, itu ..." Miley memalingkan wajahnya. Ia juga bingung harus menarik pengakuannya kepa
"Aku sudah duga keparat itu akan terus menggangguku! Sekarang di mana suruhan Jason itu?" berang Aland gegas menarik tangan Miley berjalan menuju lift.Theo mempercepat langkahnya mengikuti mereka. "Tuan Muda, pria itu sudah pulang. Dia hanya menitipkannya ke security tadi, Tuan," jawab Theo menarik atensi Aland untuk berhenti di depan lift. "Sial! Sekarang juga suruh pengawal lain mengembalikan berkas itu ke perusahaan Jason. Seperti yang keparat itu lakukan tadi, maka perintahkan juga pengawal untuk menitipkannya kepada security perusahaan WinJason!" titah Aland kembali melanjutkan langkahnya."Aland, mungkin ada hal penting yang perlu kita ketahui dari berkas kiriman Jason itu," kata Miley takut Pamannya itu telah merencanakan sesuatu. Entah itu kepada Aland atau dirinya."Aku tidak peduli, Miley!" sahut Aland membuang muka. "Kau tahu, Miley? Aku tidak menjamin bisa menahan diri untuk tidak membunuhnya sekarang!" Aland dengan senyum seringainya. Miley malas terus berdebat, ia pun
Walau masih menyimpan kesal dengan sikap dan ucapan Aland itu. Namun, ia tidak bisa menolak untuk tidak menelepon Jenny."Iya, aku akan coba bicara dengannya," ucap Miley sebelum Aland keluar kamar.Sesaat Miley menarik napas beberapa kali, mengumpulkan kekuatannya sebelum bicara dengan Jenny. "Apalagi yang kau inginkan, hakh?" sambut Jenny sarkas dari ujung telepon."Mam, aku ingin bicara penting padamu. Aku mohon dengarkan aku ---""Hahk, apa pria bajingan itu telah mencampakkan mu dari perusahaan Aland Corp? Haha!""Bukan itu, Mam. Aku ---""Atau mau membujukku memohon-mohon pada Jason agar mengembalikan perusahaan New Adira? Haha, masih banyak hal penting lain yang harus ku kerjakan, selain mengurusi perusahaan sampah itu, Miley!" potong Jenny dengan ketusnya, bahkan tidak memberi waktu untuk Miley bicara."Please, dengarkan dulu aku bicara, Mam. Aku tidak menginginkan semua yang Mama katakan itu. Tapi ---""Elahh, tidak usah merayuku, Miley. Anggap saja hubungan kita tidak pern
Miley segera masuk ke sebuah butik setelah Theo membukakan pintu untuknya. Ia tidak menyahutinya saat pengawal tersebut menawarkan diri untuk menemaninya.Di dalam butik Miley tidak tahu mau melakukan apa. Ia bingung harus membeli pakaian yang bagaimana yang di maksud Aland tadi. Sementara di butik tersebut di penuhi oleh pengunjung yang sibuk lalu lalang."Astaga, mana lupa menanyakannya tadi," gerutunya merogoh ponsel di dalam tasnya. Ia merutuki sikap cerobohnya."Ku taruh di mana tadi ya?" kesalnya tidak menemukan ponsel di dalam tasnya. "Perasaan tadi aku taruh di dalam sini," lanjutnya seraya terus mengomel. Tangannya sibuk mengubek-ubek isi tasnya. "Kamu mencari ini, Miley?" tanya Theo yang berdiri di belakangnya. "Kamu meninggalkannya di mobil," katanya menyodorkan ponsel Miley.Miley mengangkat kepala, sedikit kaget melihat Theo mengikutinya ke dalam butik. Namun, melihat ponselnya ada di tangan pria itu, iapun segera menyambarnya."Oiya, kamu sudah selesai?" tanya Theo men