Semilir angin malam yang dingin membelai rambut Dion yang tengah berbaring menyamping. Jalanan tampak sangat lengang tak ada siapa pun yang melewatinya. Bau aspal terkena hujan memberikan bau khas yang membuat Dion perlahan membuka matanya.
Ia cukup kaget dan langsung bangun saat menyadari jika ia berbaring di trotoar jalan. Bola matanya berputar dari kanan ke kiri. Pandangannya menengadah naik dan melihat sebuah tiang nama jalan dan membacanya.
“Jalan Bambu Kuning ...” sebut Dion membaca tanda marka jalan. Ia mulai kebingungan dan melihat ke sekitarnya. Jalannya tak begitu luas dan bukan jalan utama protokol. Ia berdiri dan menepuk pahanya beberapa kali karena tertidur di pinggir jalan seperti tadi.
Dion seperti terlempar dari portal dunia lain. Ia kebingungan seperti orang linglung di sebuah tempat yang tak ada orang sama sekali. Saat Dion tengah menengok ke sekitarnya, ia menemukan beberapa kumpulan mobil yang menghalangi jalan. Dua mobil di belak
Setelah keluar dari kamar Dion, Claire menarik lengan suaminya Arjoona untuk berbicara agak jauh dari Rei dan Andrew. Wajah Claire tampak tak tenang dan ia sudah menghela napasnya beberapa kali.“Ada apa, Sayang?” tanya Arjoona sedikit heran.“Aku harus gimana, Joona? Kita gak mungkin diam saja kan!” ungkap Claire dengan raut wajah cemas. Ia sudah tak tenang semenjak mendapatkan kabar jika Dion kecelakaan kala mengejar tersangka utama kasus yang menimpa Venus.“Jadi kita harus bagaimana?” Arjoona makin mendekat dan separuh berbisik.“Kita harus bicara jujur sama Dion. Kita harus cerita!”“Tapi gak mungkin sekarang kan? Dia baru kecelakaan!” sanggah Joona mencoba untuk menahan Claire. Claire menghela napas lebih panjang dan berat. Ia berpikir sejenak sambil menggigit bibir bawahnya.“Aku takut banget saat tahu Dion seperti ini karena dicelakai oleh seseorang. Bagaimana kalau dia gak selamat? Dia gak akan pernah tahu kebenaran soal keluarganya. Dan rasa bersalah ini akan terus menghantu
“Jika sudah dimengerti, tolong tanda tangan di sini!” ujar staf kedutaan yang datang menemui Dion. Ia menyodorkan dokumen laporan yang berisi penjelasan dan sanksi yang harus diterima Dion karena tindakannya ikut dalam penangkapan Edgar Luther.Dion membubuhkan tanda tangannya disaksikan oleh Arjoona, Andrew dan Rei yang berada di sana. Dokter yang merawat Dion yaitu dr. Arnold Seinberg juga diminta oleh Arjoona untuk mengajukan waktu terapi khusus agar Dion baru bisa kembali ke Indonesia setelah dia benar-benar pulih.“Aku harus pastikan jika pekerjaannya sebagai Polisi di Indonesia tidak terganggu,” tukas Arjoona pada staf itu.“Tidak. Ini hanya sanksi administratif saja. Dia bisa mengajukan kenaikan pangkat secara reguler sesuai aturan yang berlaku di Indonesia tapi untuk promosi khusus tidak lagi karena sudah dibatalkan,” jelas staf itu lagi lalu menyimpan dokumen yang ditandatangani oleh Dion. Arjoona pun mengangguk dan Dion hanya memberikan senyuman sebisanya pada staf itu dan m
BEBERAPA JAM SEBELUMNYAVenus Harristian baru masuk ke kamar Dion dengan wajah tersenyum bahagia. Ia baru saja menerima penghargaan dari IFPI (International Federation Phonographic Industry) sebagai penyanyi terbaik tahun ini. selain itu, Venus telah merampungkan album untuk perayaan Natal di akhir tahun nanti.Ia membawa berita baik itu masih dengan balutan dress yang sama dari acara yang baru saja ia ikuti. Ia bahkan memperlihatkan piala penghargaan yang diberikan pada Dion.“Wow, selamat, Ven!” ucap Dion ikut menerima pelukan dari Venus yang juga mencium kedua belah pipinya.“Aku tahu jika kamu adalah yang terbaik. Selamat sekali lagi, Sayang. Kamu berhak mendapatkannya,” tambah Dion masih merangkul pinggang Venus. Venus begitu bahagia dan mencumbu Dion beberapa saat sambil masih tersenyum.“Terima kasih, Mas!”“Iya, Sayang.” Dion masih membalas cumbuan Venus beberapa saat meskipun ia masih
Steven Juliandra baru saja pulang dari kantornya mengendarai mobil sedan miliknya bersama istri dan bayinya yang baru berusia satu tahun. Meskipun lelah, Steven bahagia bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa menghabiskan waktu bersama dua orang yang paling ia cintai. Masalah begitu pelik menerpa keluarga Winthrop dan Steven nyaris berada 24 jam mengekori Gerald Winthrop selama ini.“Huff, rasanya masalah pelik ini gak akan selesai dalam waktu dekat, Sayang. Sekarang Arjoona malah menghilang begitu saja. Aku rasa ini saatnya kita pindah dari rumah yang sekarang. Aku takut kamu dan Dion malah diteror orang-orang Keith Barnett juga,” ucap Steven sambil mengendarai mobilnya.Malam sudah lebih dingin dan jalanan memang agak sepi. Steven sengaja tak memasuki jalan utama agar tak begitu kentara ia sedang membawa Anggi yang selama ini ia sembunyikan sebagai istrinya.“Apa kamu yakin Keith Barnett adalah dalang dari semua ini?” tanya Anggi yang duduk di bangku penumpang depan. Steven menganggu
Venus melangkah keluar kamar seolah separuh nyawanya menguap ke udara. Ia tak bisa menjelaskan rasanya. Tapi firasat Venus semakin lama semakin kuat. Masih bolehkah ia menegakkan kepalanya pada Dion saat ini? Sementara ibunya Claire langsung menangis tersedu di luar kamar.Bukan kelegaan yang didapat oleh Claire melainkan rasa sakit karena melihat Dion terluka. Arjoona hanya bisa memeluk dan menenangkan Claire yang tak henti menanggung dosa-dosa Winthrop di masa lalunya.Venus berbalik pada ayah dan ibunya. Dengan kedua tangannya yang saling berkait dan berasa dingin seperti es, Venus mendekat untuk bicara.“Mengapa terjadi seperti ini, Mom ...” tanya Venus pelan. Claire tak sanggup menatap Venus dan ia terus menangis. Arjoona lalu sedikit menyampingkan sisi tubuhnya meski masih memeluk sang istri.“Sayang, tolong jangan berkata seperti ini dulu. Kita bisa bicarakan nanti ...”“Apa benar keluarga kita juga membunuh? Ap
“Aku harus segera kembali ke Indonesia, dokter. Nenekku sedang sakit,” ujar Dion dengan wajah tanpa senyum meminta ijin keluar. Dr. Seinberg menghela napas panjang.“Masa terapi-mu masih berlangsung, Tuan Juliandra.”“Aku tahu, bisakah aku melakukannya di negaraku?” dr. Seinberg agak sedikit ragu dan berdecap.“Aku tidak merekomendasikan penerbangan dalam waktu lama untukmu. Kamu bahkan belum boleh duduk terlalu lama.”“Aku mohon dokter!“Berapa lama waktu tempuh sampai ke negaramu?” tanya dokter itu lagi.“Sekitar 16-18 jam!” dr. Seinberg langsung menggelengkan kepalanya. Dion tak menyerah. Ia terus mendesak agar diizinkan untuk pergi.“Aku akan tetap pergi meski tak ada izin sama sekali. Tolong ... jangan buat aku seperti tahanan kabur!” ucap Dion lagi dengan tegas. Dr. Seinberg tak punya pilihan. Dion rela mengambil risiko dengan perjalanannya
Dion memperlihatkan video dari ponselnya yang menunjukkan hubungan mesra Rico dan Laras pada orang tua Laras. Pak Angsana yang melihat sempat menarik napas panjang dan menoleh pada istrinya yang berangsur mengernyitkan keningnya.“Kamu dapat ini dari mana?” tanya Pak Angsana pada Dion.“Sewaktu saya masih di New York, ada anggota yang dapat tugas ke Bogor kota. Jadi sewaktu anggota itu menepi di rest area, dia ketemu Laras. Tapi Laras ndak kenal ...”“Jadi dari mana dia tahu itu Laras?” potong Pak Angsana pada Dion.“Anggota saya selalu melihat foto Laras di atas meja kerja saya di Polres, Pak. Jadi, dari situ mereka hafal wajah Laras. Begitu bertemu, mereka cek plat mobilnya dan mobil itu milik Rico, teman saya. Diikuti sampai lingkar puncak, mereka berhenti di vila dan video itu di rekam,” jelas Dion pada Pak Angsana.“Berarti anggota kamu kena pasal UU ITE dong?”“Gak diseb
Tiba di hotel, Kyle dan Edward tidak meninggalkan Dion sama sekali. Mereka akhirnya ikut menjaga dengan menginap di kamar Dion. Kyle dan Edward ingin menghabiskan waktu yang hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum Dion berangkat kembali ke Indonesia.“Apa kamu tidak akan kembali lagi kemari, Pak?” tanya Edward pada Dion yang baru melepaskan sepatunya. Kyle bahkan membantu Dion melepaskan sepatu karena sebelah lengannya masih belum bisa digerakkan.“Kontrakku sudah selesai,” jawab Dion singkat lalu membuka topi pet dan mengucek rambutnya sekilas. Dion lalu memundurkan posisinya untuk duduk di atas ranjang sambil menyilangkan kedua kakinya.“Kenapa kalian tidak pulang? Aku bisa melakukannya sendiri,” ujar Dion dengan nada pelan.“Bolehkah kami di sini saja, Pak? Kami tidak akan mengganggu.” Dion tersenyum pada permintaan Kyle dan Edward lalu mengangguk.“Sebaiknya kamu tidur dulu sebentar, Pak. Pe
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit