Pemuda itu meminjam dua buah drone versi kecil yang selalu mengikuti dirinya di sisi kanan dan kiri pundak untuk berjaga-jaga. Dan sekali lagi, Odeth yang mengendalikan mereka dengan sistem yang bisa dibilang begitu sempurna. "Mainanmu seperti hampir mirip dengan punyaku! Apa kau tidak bisa menggunakan teknik lain yang lebih menyegarkan?!" Sindir Rara Kencana dari kejauhan. "Diam dan habisi saja mereka semua! Kita tidak punya waktu untuk saling berdebat!" Teriak Raka. Sayangnya ia pun membalas perkataan Rara dengan sebuah debat ucapan. Beberapa iblis kadal yang muncul telah berhasil ditumbangkan. Semua mayat mereka tergeletak di sela-sela reruntuhan bangunan dan tanah yang menyeruak ke atas. Namun ketika mereka berdua merasa semuanya telah selesai, justru energi yang begitu besar malah keluar dari dalam portal gelombang bencana.DEK!!!Keduanya sampai merasakan tekanan energi yang begitu menghimpit dada mereka. "Apa itu? Perasaan ini, energi ini, kenapa begitu besar hingga membua
Ayunan tangan Chipakali langsung tertuju ke dada Raka. Namun dengan sekali jentikan jarinya, pemuda itu langsung berpindah tempat dan mengayunkan tangan kirinya ke punggung iblis itu. Raka kembali muncul sambil mengayunkan sebuah gada emas ke arah punggung Chipakali.BRAK!!!APA?!Iblis itu malah terlempar jauh karena hantaman gada besar tersebut. Tubuhnya berkali-kali menabrak tanah dan berakhir berhenti setelah menghantam sebuah bangunan di ujung desa. "Perkenalkan, ini adalah gada Kaumodaki. Gada milik sang dewa Wisnu!" Teriak Raka yang begitu bersemangat memamerkan mainan barunya. "Jangan sombong dulu! Kau pikir senjata murahan itu bisa menghajarku untuk yang kedua kalinya?!" Teriak Chipakali dari kejauhan. "Entahlah, mungkin saja. Lagi pula aku tidak akan segan memukulmu sampai menjadikanmu kadal rempeyek," sindir Raka. "Dasar kurang ajar!" Chipakali langsung berlari ke arah Raka dengan sangat cepat. Di lain sisi, ternyata sedari tadi Ki Demang telah hinggap di pundak Raka d
"Kau ingin senjata untuk mengalahkan kami? Apa kau pikir bisa masuk ke dalam menara Kalpawreksa dan tetap hidup?!" Chipakali tertawa setelah mendengar perkataan Raka. Ia tidak mengira bila seorang manusia berani meminta hal bodoh seperti itu kepada sesosok iblis. Ditambah lagi, Chipakali tidak memiliki niat untuk melakukannya. Baginya, kenapa harus memberikan senjata kepada para hewan ternak yang akhirnya menjadi makanan mereka. "Terserah kau saja. Bila kau tidak berminat untuk menangkap si pangeran itu, maka pembicaraan kita selesai di sini. Aku tinggal menghancurkan dirimu saja, bukan?" Ungkap Raka. "Kau ingin membunuhku? Kau tidak akan pernah mengetahui di mana letak jantungku!" Chipakali menatap tegas pemuda itu. "Itu mudah, aku hanya tinggal membakarmu sampai tidak ada yang tersisa, bukan?" Raka berdiri dan menggunakan pena peminjam barang. Ia menuliskan sesuatu di lengan kirinya. Rara Kencana yang melihat pun merasa penasaran dengan apa yang temannya tulis. Dalam hatinya be
Di lain tempat, Ki Joko Gendeng dan yang lainnya sedang bersantai di sebuah warung makan. "Di mana kita bisa mencari orang yang ada di dalam surat Jayabhaya? Tidak ada petunjuk sama sekali. Di tambah lagi, kita hanya bisa berkeliling di ibukota saja," ungkap Ki Joko Gendeng. Mereka berlima begitu kesulitan untuk mencari petunjuk dari orang yang diusulkan oleh ketua perkumpulan klan pendekar. Sudah sepanjang hari mereka bertanya dari satu tempat ke tempat lain, namun belum juga menemukannya. "Apa mungkin nama itu hanya sandi samaran saja?" Pikir Khrisna. "Walau pun ini hanyalah samaran, akan sana saja. Sayangnya kita tidak memiliki orang dalam yang bisa memberi petunjuk pada kita," ungkap Dyah Lokapala. "Maaf, tapi bukankah orang yang ada di surat itu adalah orang dalam kita?" Sahut Aji Pamungkas. "Aji benar," ucap Jaka Tira menahan senyumnya. "Lihatlah, tiba-tiba aku merasa iri kepada rakyat di ibukota ini. Mereka seperti bahagia sekali tinggal di dalam kubah pelindung. Apa Sun
"Rara Asri, apa Ayahanda mengetahui aku pergi?" Tanya Rara Kencana. Ia dan Raka berhasil keluar dari jalur bawah tanah keluar tepat di taman bagian barat dari istana Sundapura. Seorang dayang istana bernama Rara Asri menemukan mereka berdua sedang keluar dari pintu rahasia di balik sebuah patung batu. "Apa yang putri lakukan? Kenapa bisa keluar dari sana? Lalu pria ini siapa?" Pertanyaan Rara Asri terlalu banyak. "Sabar, satu-satu. Aku masih lelah karena harus menempuh perjalanan jauh." Rara Kencana menepuk pundak dayangnya. "Untung saja Anda hanya pergi dua hari. Bila lebih dari itu, Maka aku tidak tahu harus memberi alasan apa sama raja," ungkap Rara Asri. "Aku tahu. Terima kasih untuk itu. Sekarang, tolong antarkan aku ke dalam kamar. Kita harus sembunyikan orang ini," ucap Rara Kencana."Hei, jangan jadikan aku sebagai barang selundupan seperti itu," sindir Raka dengan wajah kesal. "Sudah diam! Ikut saja!" Rara menarik paksa tangan pemuda itu. Istana Sundapura sangatlah bes
Seketika istana riuh dengan gunjingan orang-orang yang melihat ke arah para penyusup. Mereka berlima di bariskan tepat di depan singgasana raja. Beberapa penasihat, para Patih, selir, dayang dan beberapa bangsawan turut hadir dalam kekacauan itu. Tidak beberapa lama kemudian, sang raja dan ratu memasuki aula sidang besar istana. Ia menoleh langsung ke arah lima orang yang berada tidak jauh dari kursinya. Sang raja Sri Jayabhupati mengangkat tangan kanannya sebagai tanda untuk yang lainnya diam. Ia mempersilahkan kepada Mahapatih Arya Wisungsang untuk menjelaskan duduk perkaranya. Sang raja tampak kesal karena harinya bersama sang istri diganggu oleh kemunculan para penyusup ini. "Salam, Raja Sri Jayabhupati. Ada hal yang ingin aku sampaikan. Ini perihal kelima orang yang ada di sampingku. Mereka diketahui masuk melalui dinding timur dan berniat membunuhku," ungkap Mahapatih. "Siapa sebenarnya mereka?" Tanya Raja. "Mereka terus mengaku berasal dari salah satu klan pendekar di Jaka
"Tu–tunggu dulu… episodenya sedang tanggung, aku harus tahu apa yang terjadi dengan pemeran utamanya…!" Raka ditarik paksa oleh para penjaga. Ia seperti seekor anak sapi yang digiring dengan leher diikat menggunakan tali. Raka hanya diam menuruti mau para penjaga yang dilengkapi dengan senjata tombak serta tameng berbentuk lingkaran. Rara Asri meminta kepada Raka untuk tetap diam sampai menuju ke ruang sidang istana. "Rara, apa kau yakin bila laki-laki itu bisa mengalahkan iblis yang bisa bicara? Dan kenapa sampai ada iblis yang bisa bicara di sekitar Sundapura?" Pikir Raja Sri Jayabhupati. Ia sangat gusar akan kemunculan iblis itu."Mereka muncul karena ada suatu sebab. Namun sekarang sebab itu telah dibersihkan oleh Raka dan diriku. Tapi, ada hal mengenai para iblis yang harus Ayahanda tahu, yaitu kelemahan mereka dan cara membunuh para iblis yang bisa bicara dan para raja di menara Kalpawreksa," ungkap Rara Kencana. "Tunggu dulu, sebabnya sudah kalian berdua bereskan? Memangnya
"Masuklah, aku sudah menunggu kalian semua," ucap Raja Sri Jayabhupati yang memberikan izin kepada Raka dan yang lainnya untuk memasuki perpustakaan pribadi miliknya. Mereka akhirnya bisa masuk ke dalam sana setelah selesai menyantap makan siang. Misi untuk masuk ke dalam perpustakaan akhirnya berhasil juga. Raka terlihat sumringah ketika raja mempersilahkan dirinya duduk di dekat dirinya. Terlihat ada Mahapatih Arya Wisungsang yang mendampingi raja dan juga tentunya putri Rara Kencana. Keduanya berdiri tepat di samping kanan dan kiri raja Sri Jayabhupati. "Aku senang mengundang tamu penting yang direkomendasikan oleh Jayabhaya, temanku sendiri. Namun jangan salah sangka dengan kebaikanku dulu. Aku tetap meminta informasi mengenai kelemahan iblis yang sudah kau ketahui," ungkap Raja Sri Jayabhupati. "Aku mengerti. Baiklah, aku akan menjelaskan semua hal yang kutahu ke kalian semua," ungkap Raka. Pemuda itu berdiri dan bersama Rara Kencana, keduanya mulai menjelaskan tentang anali