"Tangkap..." Lina mengejutkan ku dengan melemparkan jaket basah yang terletak di lantai ke arahku, yang sedang santai berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
"Wih..." Aku sedikit kesal karena jaket yang Lina lempar mengenai muka ku.
"Nggak ada apa tempat lain selain di lantai Kau letak jaketmu yang jelek itu.
"Emmm..." Jawabku sambil melemparkan jaketku ke tempat pakaian kotor dan langsung masuk ke kamar mandi.
Setelah siap mencuci muka, aku keluar dari kamar mandi, Aku melihat Lina sedang berdiri dengan memegang gelasnya sambil melihat beberapa tulisan ku yang berserak di atas meja.
"Nggak mau cuci muka dulu?'' Tanyaku ke Lina yang sedang fokus membaca tulisan ku.
"Eh... nggak." Jawab Lina sedikit kaget.
"gimana tulisan ku, manis kan?."
"Nggak tahu, Belum ada aku jilat." Canda Lina
"Ini semua tulisanmu?" Tanya Lina pada ku yang sedang sibuk menyiapkan musik yang akan aku mainkan nanti malam.
"Iya, Kau suka?"
"Nggak, tulisan tanganmu jelek, susah bacanya." Jawab Lina yang gengsi mengakui kalau dia suka tulisanku.
"Kenapa kau nulis di buku, kenapa nggak di laptop atau ponselmu itu, Sekarangkan zaman sudah canggih?" Tanya Lina
"Ada juga kok di laptop ku, tapi aku memang lebih suka nulis di buku. Saat aku nulis di buku, licinnya pena lebih menantang ku untuk menulis dengan benar."
"Alah... banyak gaya, itu aja banyak coretannya." Lina meledek coretanku di tulisan yang salah, sambil berjalan menuju tasnya yang terletak di atas bangku, untuk mengambil ponselnya yang berbunyi.
"Waalaikumsalam, ini lagi di rumah teman mak, iya bentar lagi Lina pulang, ya udah ya mak, assalamualaikum." Perbincangan Lina di telpon.
"Anak mamak rupanya." Ledek ku ke Lina.
"Iya lah, kan nggak mungkin anak pohon kayu." Jawab Lina sedikit kesal.
"Hehe... maaf bercanda, gitu aja marah?"
" Nggak kok, nggak marah, ya udah aku pulang ya." Jawab Lina sambil melemparkan kunci sepeda motornya ke arah ku, untuk meminta bantuan ku mengeluarkan sepeda motornya.
Setelah aku mengeluarkan sepeda motor Lina, Lina pun langsung pamit pulang, dan belum hilang Lina dari pandangan ku, Alex datang dengan motor vespa kesayangannya.
“Way Dimas luar biasa… baru kenal tadi pagi udah main bawa itu orang ke kosan aja ya, Hehe… itu cewek yang di angkot tadi pagi kan Way?”
“Iya Lex. Oh iya Lex, nanti malam kau kemana Lex?” Tanya ku ke Alex sambil meninggalkannya di luar.
“Dengaren kau sebut namaku Way? Ada apa ini? Mau pinjam motor? Atau mau pinjam uang? Hehe…” Jawab Alex sambil mengikuti aku masuk ke kamar kosan ku.
“Sialan kau Lex. Nanti malam temani Aku ke Jalan Kelambir lima yok.”
“Ngapain Way?”
“Ke Rumah kawan ku kerja, dia ulang tahun, dia minta aku jadi DJ di acara ulang tahunnya Way.”
“Oh ya udah Way, jam berapa kita perginya?”
“Jam delapan acaranya Way, jam-jam tujuh lah kita berangkat nanti.”
“Oh ya udah Way.”
“Ya udah pulang lah sana way, siap-siap dah jam lima ni.”
“Ih… kau usir aku ni Way?”
“Haha…”
“Aku pakai baju, celana, sepatumu aja Way. malas kali aku pulang-pulang lagi.”
“Nggak, nggak ada Way, baju sama celana ku bulan lalu yang kau pinjam, belum pulang ke lemari ku way.”
“Haha… tenang Way, baju sama celana mu aman kok, dan nyaman dia di dalam lemari ku.” Jawab Alex sambil membongkar lemari baju ku.
“Oh… bisa betah baju, dan celana ku di dalam lemari mu Lex ya.”
“Haha… ini baju keren Way, pakai ini aja lah aku nanti malam.” Alex menunjukan baju yang dia dapat dari hasil membongkar lemari baju ku.
“Suka mu lah Way, aku dulu apa kau ni luan mandi, dah jam enam ni.”
“kau aja dulu Way, aku cari baju sama celana dulu.”
“Ya udah jangan kau acak-acak baju-baju ku ya Way." Jawabku sambil berjalan menuju ke kamar mandi dengan membawa handuk dan celana pendek yang akan aku ganti usai mandi.
“Aman Way.” Jawab Alex.
Tidak lama aku pun siap mandi, dan bergantian dengan Alex, aku lihat baju, dan celana yang dipilih Alex ada di tempat tidur ku, aku pun langsung memakainya.
Selang beberapa waktu Alex pun siap mandi
“Brengsek kau Way…” Teriak Alex karena melihat baju dan celana yang dia pilih aku pakai.
“Haha… udah kau pilih baju lain aja kan masih banyak tu.” Jawabku sambil menyiapkan alat DJ ke dalam tas, sebab jam sudah jam tujuh.
Siap aku menyusun barang-barang bawaan ku, Alex pun sudah siap berpakaian. Kami langsung berangkat ke rumah Denny untuk berpesta. Tepat jam delapan kami sampai di rumah Denny. Tamu-tamu Denny sudah ramai berkumpul.
“Gara-gara kau ini Lex lama kali mandi, ntah ngapain aja kau di kamar mandi ku tadi.”
“Hehe… tenang lah Way, di acara ini kita yang paling ditunggu, kita berdua pemeran utamanya hehe...” jawab alex sambil memarkirkan motor vespanya.
“Kalau kau lah Way.” Jawabku sambil menunggu Denny mengangkat telponku.
“Halo Way, aku sudah di depan rumahmu, tuntun lah kami buat nyusun alat.”
“Ok, ok Way, aku kesitu.” Jawab Denny di telpon
Tidak berapa lama Denny datang menghampiri ku. Kami langsung menyusun alat DJ. Tidak butuh waktu lama untuk menyusun alat, usai menyusun alat, dan beberapa konsep acara ulang tahun selesai, seperti potong kue, dan suap-suapan kue. Aku langsung memainkan musik, semua tamu senang, dan menari mengikuti musik yang aku mainkan. Setelah beberapa lagu yang aku mainkan, ponsel ku yang aku letak di samping alat DJ bersinar lama, tanda ada telpon masuk. Aku ambil ponselku ternyata Lina yang menelpon ku, dan aku langsung mengangkat telpon dari Lina.
“Halo, halo.”
Tidak ada jawaban dari Lina, aku lihat ternyata telpon sudah terputus. Tidak berapa lama pesan WA Lina masuk.
“Kau dimana? Bising kali, aku lupa kembali kan KTP mu ni, aku sudah di kosan kau ni.” Tanya Lina dalam pesan WA.
“Aku kirim video singkat di acara itu, dan menulis pesan, aku lagi ngisi acara di rumah kawan ku, udah pulang aja, besok aku libur kerja, kamu ke kosan ku.
“Sepertinya disana seru, aku ke sana aja ya?” Balas Lina
“Ngapain, disini banyak orang mabuk alkohol loh.”
“Kenapa rupanya, kan nggak apa-apa?”
“nggak apa-apa sih, tapi kau yakin nggak takut sama orang mabuk, atau kau juga pemabuk ya?”
“Enak aja, aku nggak pernah ya minum-minuman alkohol, cium aja sudah buat aku pusing, apalagi minumnya.”
“Ya udah nggak usah kesini, disini hampir semuanya mabuk loh.”
“nggak apa-apa kan ada kau, udah sherlock tempatnya, akupun lagi suntuk malam minggu nggak kemana-mana."
“Ya udah, tapi kau janji jangan minum ya!” Aku kirim lokasinya ke Lina
“Iya loh…”
Tidak berapa lama Lina pun sampai dengan penampilan yang sangat cantik, dan langsung menuju ke tempat ku.
“Cantik kali ini malam nyonya.” Pujiku ke Lina sebab dia benar-benar sangat cantik malam itu.
“Gombalan lawas.” Jawab Lina
Tidak berapa lama ada gadis cantik menuju ke arah panggung. Aku sangka dia mau request lagu, ternyata dia teman Lina. mereka berpelukan, dan berbicara, entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak mendengarnya. Sebab pembicaraan mereka tertutup oleh musik yang kumainkan.
“Dimas kenali ini teman ku.” Lina bicara di sebelah telinga ku memperkenal kan temannya.
“Marta.” Teman Lina bicara di telinga ku sambil menggenggam tangan ku.
“Oh… Dimas.”
“Aku duduk tempat teman-teman Marta ya?” Lina meminta izin pada ku.”
“Ok.” Jawabku.
Tidak berapa lama Alex datang, dan berbicara sambil menunjuk ke arah Lina.
“Way itu kan cewek yang tadi pagi di dalam angkot kan? Lihat sepertinya dia di paksa minum tu sama teman laki-lakinya.”
Aku langsung melihat dengan kaget. Lina sudah mabuk berat, tapi Johan masih saja menyodorkan minuman ke Lina dengan sedikit memaksa.
“Brengsek itu laki-laki”
“Apa Way, jangan Way dia pemuda setempat sini Way. Alex memperingati ku
“Alah… nggak ada itu Way.” Jawabku menghiraukan perkataan Alex.
Aku langsung berjalan melewati orang-orang yang sedang berjoget menikmati lagu, untuk menuju meja tempat Johan duduk. Dimeja pertama aku mengambil satu botol minuman. Aku terus berjalan sampai di meja Johan duduk bersama teman-temannya. Sampai di tempat Johan duduk aku langsung memukul kepala Johan dengan botol yang aku pegang, hingga kepala Johan berdarah.
“Apa ini…?”
“Woi…!”
“Brengsek…!” Johan dan teman-temannya berkata dengan emosi karena aku menyerang Johan secara tiba-tiba.
BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA...
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.
Salah satu dari teman Johan langsung menahan ku, memelukku dengan erat dari belakang, hingga aku tidak bisa bergerak. Sementara salah satu lagi teman Johan memukul tepat di hidungku dengan tangannya, hingga hidungku berdarah, dan dilanjutkan dengan 3 teman Johan yang lain juga ikut memukul, menendang ku dengan membabi buta. Sampai tiba warga sekitar termaksud keluarga Denny datang menarikku, agar aku terbebas dari pembantaian itu. Disaat itu hidung, bibirku berdarah, dan mata sebelah kanan ku lebam parah. Warga berhasil membebaskan ku dari pembantaian yang hampir saja merenggut nyawa ku. Terbebas dari pembantaian itu, aku langsung menarik Lina yang sedang mabuk parah untuk membawanya pergi dari tempat itu sambil mengacungkan jari tengah ke hadapan teman-teman Johan.
Tidak butuh waktu lama aku pun sampai di kosan ku. "Alex, Lex, Lex, buka Lex pintunya!" panggil ku sambil mengetuk pintu. "Iya bentar" Sautan Alex dari balik pintu kosan ku. "Temani aku berobat yok Lex!" Pinta ku ke Alex usai membuka pintu kos ku. "Lah... tapi jagoan, kok berobat?" Ledek Alex "Orang itu beraninya keroyokan Lex, coba satu lawan satu, pasti menang aku" Jawabku. "Iya Way, Way Dimas kan jagoan, pasti lah menang, menang...gung kekalahan maksudnya hehehe..." Ledek Alex lagi. "Ya udah yuk berobat." Ajak Alex sambil menutup pintu kost ku. Kami pun langsung m
Sedangkan aku pergi ke kantor untuk mengambil kunci mobil box, yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang keliling kota Medan. Sebab kata pengawas perusahan, hari ini barang yang aku antar sangat banyak, dan jauh. "Sial..." Batin ku. Sebab biasanya kalau sudah dapat antaran seperti itu bakalan pulang malam. Setelah aku siap mengeluarkan mobil box itu, dan semua pekerja laki-laki mengangkat barang-barang yang akan aku kirim ini hari, aku meminta pada pengawas, untuk meminta Denny jadi temanku mengantar barang. "Pak Bos..." Sapaan ku pada pengawas. "Iya ada apa Dimas?" "Gini pak Bos, perjalanan kan jauh, aku ajak Denny ya?" Pinta ku pada pengawas. "Oh, ya
Sedangkan aku hanya diam karena perkataan Marta yang membuat ku melambung tinggi ke angkasa. "Eh... Den, Dimas, mau pesan apa?" Kata Marta menawarkan menu yang ada di restoran itu. "Udah Marta, kami kesini cuma mau ambil KTP Dimas aja kok." Jawab Denny. "We... mana bisa gitu, kalian sudah datang kesini, artinya kalian harus makan bareng kami disini!" Kata Marta. "Ya sudah, kalau gitu aku pesan nasi goreng saja, sama susu coklat hangat." Pesan ku karena berpikir lumayan lah makanan geratis. maklum anak kos-kosan. "Ah... gitu dong, masak kalian enggak mau ngerasain menu makanan restoran ku. Kalau kau Den, mau pesan apa?" kata Marta. "Lah ini restoran kau Marta? ya udah a
"Sudahlah tidak apa-apa, pokoknya hari minggu kau harus ikut datang ya Lin!" Kata Marta meminta ke Lina untuk ikut acara reunian itu. "Lah apaan?" Tanya Lina sedikit protes atas ajakan Marta. "Tidak apa-apa Lin. Teman ku SD (Sekolah dasar) banyak kok teman SMA (sekolah menengah atas) kita juga. Jadi banyak teman SD (sekolah dasar) ku yang kau kenal." Kata Marta. "Iya datang aja buat nemani Dimas, kasihan kalau dia sendirian." Kata Denny mengajak Lina. "Maaf Bu, jadi bagaimana ini hari Minggu? jadi Ibu, buat acara bersama teman-teman Ibu?" Tanya manajer kepada Marta yang memotong pembicaraan. "Iya Pak jadi." Jawab Marta.
"Hehe... Aku sangka kau yang homo Den, makannya aku goda kau tadi. Sebab kau juga jomblo, padahal kau ganteng." Balas ku terhadap candaan Denny. "Aku nggak jomblo Way, aku punya pacar, tapi saat ini dia di Jakarta. Sudah hampir dua tahun kami pacaran, tapi semenjak dia di Jakarta kami lebih sering ribut. Sakit kepala ku dibuatnya, dia curiga terus ke aku." Kata Denny yang tiba-tiba curhat ke aku. "Ini Way ya, aku tidak punya pengalaman tentang LDR (Hubungan jarak jauh) jadi aku cuma bisa mendengarkan curhatan kau aja tanpa aku bisa kasih saran ke kau. Tapi Den, curhatnya jangan sampai nyaman ya, nanti kau jadi suka pula sama aku. Aku normal Den, nggak homo." Kata ku ke Denny mencoba memecahkan suasana yang menyedihkan itu. "Way-way, lagi-lagi homo yang kau bahas Way. Yaudah lupain aja kisahku tadi." Kata Denny ya
Sebelum aku selesai bicara, Lina sudah menutup telpon nya. "Mau bicara apa si Lina ya?" Batin ku yang menemani perjalanan ku pulang kali ini, bersama mobil box yang aku bawa pulang ke kost ku. Sesampai di kust ku, aku langsung berbaring di kasur yang masi berantakan. Sebab aku merasa lelah sekali, hingga aku tertidur sampai pagi hari. Kali ini aku sengaja bangun pagi tidak seperti biasanya, aku bangun sedikit telat. Sebab hari ini ada mobil box yang akan mengantar ku untuk pergi bekerja. Sesudah mandi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja aku terkejut bukan main. Sebab aku lihat ponsel ku ada lima panggilan tidak terjawab dari Lina. "Waw... ada apa ini si Lina ya?" Batin ku yang merespon lima panggilan dari Lina yang aku lewat kan karena tidur ku yang sangat lelap. Aku telpon Lina untuk menjawab pertanyaan ku yang bingung, kenapa ini ya? kok tiba-tiba aku begitu pentingnya untuk si Lina, sampai-sampai lima kali Lina menelpon ku karen
"Nih..." Kata Lina sambil melempar kunci motornya. "Mau kemana kita?" Tanya ku, sambil mengikuti Lina berjalan. "Jalan-jalan." Kata Lina yang sedang berjalan sambil memakai jaketnya. "Kemana?" Tanya ku. "Kemana aja yang kau suka." Kata Lina. "Aku tidak ada uang." Kata ku. "Aman." Kata Lina singkat. "Ok." Kata ku singkat juga. Sebab masih bingung dengan prilaku Lina. Tidak Lama kami berjalan, kami pun sampai di parkiran motor di plaza itu. Aku langsung menyalakan motor Lina yang terparkir, dan membawanya. "Ini uang parkirnya." Kata Lina yang memberikan selembar uang lima ribu rupiah sambil duduk di belakang ku. "Ok." Kata ku. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Sebab selain bingung mau aku bawa kemana motor ini berjalan, aku juga gerogi karena Lina diam saja di perjalanan. "Eh, eh, rampok... rampok... rampok..." Lina tiba-tiba teriak "Tadi diam terus, eh sekaliny
Putaran pertama, ujung pistol mengarah ke arah anak buah ibuku, dalam arti anak buah ibuku yang harus menerima tembakan di kepalanya. "Haha… mati lah kau!" Kata lawan dari anak buah ibu ku. Ctek, ctek. Dua suara tembakan dari silinder pistol yang kosong. "Haa…! Aku mati, aku mati." Ejek dari anak buah ibu ku. "Cuih…" Suara ludah dari lawan main anak buah ibuku, dia sengaja untuk memancing emosi, agar terjadi keributan untuk menghentikan permainan. "Apa ini? Apa?" Reaksi dari teman-teman anak buah ibu ku yang emosi, sambil menodongkan senjata. "Jangan… turunkan senjata kalian, karena ini
Dor… "Buang senjata kalian tiga!" Dengan satu tembakan ke atas, empat pria berjas hitam, berdasi merah, dan berkacamata hitam tiba-tiba datang mengancam ketiga pria yang telah membunuh tiga satpam Marta. "Aduh… siapa lagi lah ini." Batin ku karena melihat empat manusia yang sama nggak jelasnya dengan tiga orang yang telah membuat hidung Lina berdarah. Tapi yang empat orang ini berbeda senjata dengan tiga orang itu, mereka membawa empat senjata ak 47, sedangkan tiga orang tadi hanya membawa tiga pistol. "Haha…" Bukannya merasa terancam, ketiga brengsek itu malah tertawa. "Psikopat ini tiga orang." Batin ku karena melihat reaksi mereka tertawa.
"Ah… masa iya, dulu kau satu sekolah dengan Marta?""Alffy Rev, kalau kau mau mereka menikmati acara malam ini yang kau pegang!" Laras tidak menjawab ku, dia malah menyarankan ku kembali untuk putar musik dari alffy Rev.Aku putar satu lagu dari Alffy Rev yang berjudul Wonderland Indonesia, lalu aku lihat si Laras, dia melihat ku dan menaikan sebelah alisnya, lalu melirikan matanya ke para tamu, seakan dia sedang memberiku isyarat agar aku segera melihat reaksi para tamu.Menyadari isyarat dari Laras, aku langsung melihat tamu, aku lihat reaksi mereka yang sebelumnya saling mengobrol kini semua bola mata mereka melihat ke arahku."Harusnya kau menyadari dari pertunjukan sebelumnya!" Bisik Laras lagi di teling
"Hai.." Sapaan Lina ke Marta yang sedang mencari kami. "Hai… cantik kali bah, ini hari kau Lin" Sambutan Marta pada Lina sambil mencium pipi kanan dan kiri Lina. "Makasih, ini hari kau pun juga cantik Marta." Kata Lina yang membalas pujian Marta. "Sudah boleh masuk belum nih?" Tanya ku pada Marta. "Oh... iya ya ya, ayuk masuk yuk!" Jawab Marta sambil tersenyum. "Ok... oh iya, gimana Marta sudah lengkap alat-alat DJ yang kau sewa?" Tanya ku ke Marta sambil jalan masuk ke restoran milik Marta yang sangat mewah itu. "Enggak tahu sih, yang ngatur itu semua si Denny kemarin, tapi cek aja nan
"Lima pasang pakaian, kau bilang baru ya Lex, mau sampai berapa pasang lagi rupanya buat memenuhi lemari pakaian punyamu Lex." Kataku ke Alex "Tenang lah Way… kok tegang kali, besok aku balik kan pakaianmu semuanya, gampang itu, tenang, selow." Kata Alex agar dapat meminjam pakaian aku lagi. "Hem… suka mu lah Lex, capek kali aku udah kau tipu-tipuin aja Lex. Mandi lah aku, oh iya jangan kau serak-serak lemari pakaian aku ya lex." Kataku ke Alex sebagai jawaban kalau kali ini dia boleh lagi pinjam pakaian aku. "Ok siapa tuan." Jawaban Alex sambil hormat. Tidak sampai satu jam berlalu. Aku, dan Alex sudah siap untuk berangkat ke acara reunian Marta, dan Denny. Tapi Lina yang sudah berjanji untuk pergi bareng belum datang, membuat kami harus menunggu dia.
"Hem… Lex-Lex. Entah kapan dompetmu nggak pernah ketinggalan, selalu ketinggalan. Entah pun nggak punya dompet kau Lex." Kataku ke Alex sambil memberinya uang untuk membeli mie instan. "Bisa jadi." Jawab Alex sambil tersenyum, dan mengambil uang yang aku berikan. Setelah mengambil uang yang aku berikan, Alex pun langsung pergi membeli mie instan di warung sebelah kosan ku, sehingga tidak butuh waktu lama untuk Alex membeli mie instan, yang sementara untuk mengganjal lambung kami, sampai kami berada di acara reunian SD (sekolah dasar) Marta. "Nah, nih mie nya." Kata Alex yang baru saja kembali dari warung. "Kau masak lah Lex." Kataku ke Alex. "Hem… judulnya mie instan, tapi harus dimasak juga. Udah... diseduh pakai ai
"Makasih." Bisikku di telinga Lina Sambil berjalan menuju alat DJ ku, untuk mempersiapkan musik yang akan aku mainkan di acara reunian Marta, dan Denny. "Sama-sama." Kata Lina sambil tersenyum merasa lucu, karena aku dan Alex memaksa kan diri menelan masakan pembantunya yang sangat asin luar biasa itu. "Eh Lex, nanti malam kau mau ikut?" Tanyaku ke Alex. "Kemana?" Alex kembali bertanya. "Udah ikut aja!" Kata Lina. "Iya, ikut aja. Pesta kita nanti malam." Kataku ke Alex. "Pesta apa?" Tanya Alex bingung. "Sudah banyak kali tanya kau bagudung (tikus) ikut aja lah kau pokoknya nanti malam." Kataku ke Alex.
"Bangsat main mati-matiin telpon sesuka hatinya aja sih Lina ini." Batin ku. Aku pun langsung bergegas mandi, belum aku masuk ke kamar mandi, Alex datang. "Pagi kali kau datang Lex, ada apa?" Tanya ku ke Alex. "Nggak apa-apa Way, cuma lagi suntuk aja nih." Kata Alex. "Kau anggap kosan ku ini taman hiburan ya Lex. Kalau kau suntuk, kau datang kemari." Kata ku. "Iya memang. Selama ini aku memang selalu anggap kosan ini taman safari Way. Lihat itu foto monyet imut lagi main Dj." Kata Alex sambil menunjuk foto ku. "Bangsat kau Lex." Kata ku sambil melemparkan baju ku yang baru saja ak
Dua jam lebih telah berlalu, kami pun sampai di Jalan ayahanda, Disaat itu Lina masih tertidur. "Lin, Lina, Lina, bangun." Kata ku membangunkan Lina. "Emmm… iya." Jawab Lina "Sudah mau sampai nih!" Kata ku. "Mana orang Marta sama Denny?" Tanya Lina. "Mereka pisah jalan dengan kita sejak kau tidur tadi, karena kau tidur aku nggak berani bawa motor kencang-kencang, takut kau jatuh, jadi aku suruh mereka untuk jalan duluan." Jawabku. "Ya sudah, kita ke kosan kau aja!" Kata Lina "Sudah malam." Kata ku.