Share

3. Menuju pulang

Penulis: Bobby
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-02 18:45:29

 Aku pun sampai di gudang tempat Aku bekerja, Aku bekerja seperti biasa, menyusun barang-barang yang sudah di hitung temanku Denny, untuk dikirim sesuai pesanan toko langganan kami.

“Way nanti malam ada acara?” Denny menanya ku di sela pekerjaan kami

“Nggak ada way, emang kenapa Way?”

“Aku ulang tahun Way, kau bisa main DJ di acara ulang tahun ku nanti malam Way?”

“Jam berapa Way?”

“Jam Delapan aja Way kau datang!”

“Ok Way.”

“Gratis ni kan Way?”

“Ok Denny, buat denny apa yang nggak? Pasti Aku iya kan lah.” Jawabku menerima permintaan Denny.

“Haha… Makasih Way, Mantap kali, kali mantap sama dengan mantap kali.” Denny sangat senang aku menerima permintaannya.

“Haha…” Aku tertawa mendengar kalimat Denny sambil pergi untuk mengerjakan pekerjaan seperti biasanya.

Tidak banyak hal yang dapat aku tuangkan dalam cerita ini tentang pekerjaan ku saat itu. Sebab saat itu Aku emang bekerja seperti biasa saja.

 Jam sudah menunjukan pukul 15:00 WIB waktunya untuk bertukaran jam kerja pada pekerja shift dua.

 Aku langsung menuju locker dan membuka ponsel sambil mengambil jaket ku yang basah. Aku lihat ada satu pesan dari Lina di aplikasi WA ku.

“Aku nunggu di halte.” WA dari Lina.

“Ok nyonya.” Balas ku sambil berjalan ke halte.

 Aku hampir sampai di halte tempat Lina menunggu.

“Hai…” Sapa ku dengan teriakan dari kejauhan sambil melambaikan tangan.

“Matamu rabun ya?” Tanya ku sedikit berbisik ke Lina saat aku sudah sampai di halte, karena Lina hanya melihatku tapi tidak merespon sapaan ku.

“Kau yang rabun, nggak lihat apa disini ramai?” Jawab Lina

“Kalau ramai emang kenapa?”

“Kau nggak malu apa? Emang benar dugaan ku tadi pagi, isi di kepalamu sudah busuk.”

“Loh… kenapa harus malu Lin? Menyapa itu kan hal yang baik, lucu ya berbuat baik bisa malu.”

“Oh…”

“Singkat, padat, dan akurat ya?” sindir ku ke Lina karena menjawab perkataan ku dengan sangat singkat.

"Itu angkotnya sudah datang, stop sana!”

“Siap nyonya.”

Aku pun langsung menyetop angkot yang ditunjuk Lina, aku pun juga ingin cepat sampai ke tempat kosanku, untuk mempersiapkan lagu-lagu yang akan aku mainkan nanti malam di acara ulang tahun Denny.

 Di dalam angkot, Lina tidak bicara apapun kepada ku. Sebab di dalam angkot itu sangat bising di buat abang supir yang sedang menikmati lagu-lagu batak yang aku tidak tahu artinya, tapi walau aku tidak tahu artinya aku juga menikmati lagunya, sampai musik batak itu menemani aku dengan nyaman sampai ke tempat berhentiku.

“pinggir bang.” Lina meminta supir angkot untuk memberhentikan mobilnya pas di depan gang kos ku.

Lina turun terlebih dahulu, dan langsung menepi, sebagai isyarat kepada ku untuk kali ini aku lah yang harus membayar ongkos angkot.

“Ini bang dua orang, sama pacarku yang cantik.” Aku membayar ongkos angkot sambil melempar senyum ke Lina yang sedikit menaikan hidungnya, sebab mendengar perkataan ku kepada abang supir angkot.

“Ayok nyonya.” Ajak ku ke Lina untuk jalan memasuki gang tempat kos ku.

“Hemm… Jauh nggak?” Tanya Lina sambil berjalan mengikutiku dari belakang.

“Nggak kok, pas di belakang ruko ini kos-kosan ku.” Aku menunjuk ruko tempat kami berteduh tadi pagi.

 Tidak butuh waktu lama kami pun sampai di tempat kos ku.

“Mau masuk dulu apa langsung pulang?” Tanya ku ke Lina sambil membuka pintu kos ku.

“Pulang lah, mau ngapain berduaan sama mu di dalam kosan mu yang tidak seberapa ini?”

“ Ya… mana tau kita dua khilaf kan lumayan, hehe….” Candaku ke Lina sambil melempar jaket ku yang lembab ke lantai.

“Eh… sembarangan kau, kau kira aku wanita apaan?”

“haha… santai lah aku cuma bercanda, kan sudah aku bilang aku bukan orang jahat nyonya.” Jawabku santai sambil mengambil minum.

“Bercanda mu jelek, aku nggak suka.”

“Ya sudah maaf, ayo masuk dulu.” Ajak ku ke Lina sambil memberikannya segelas air minum.

BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA...

TERIMAKASIH....

Bab terkait

  • Terpisah Sebab Pariban   4. Dipesta ulang tahun Denny.

    "Tangkap..." Lina mengejutkan ku dengan melemparkan jaket basah yang terletak di lantai ke arahku, yang sedang santai berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. "Wih..." Aku sedikit kesal karena jaket yang Lina lempar mengenai muka ku. "Nggak ada apa tempat lain selain di lantai Kau letak jaketmu yang jelek itu. "Emmm..." Jawabku sambil melemparkan jaketku ke tempat pakaian kotor dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah siap mencuci muka, aku keluar dari kamar mandi, Aku melihat Lina sedang berdiri dengan memegang gelasnya sambil melihat beberapa tulisan ku yang berserak di atas meja. "Nggak mau cuci muka dulu?'' Tanyaku ke Lina yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Terpisah Sebab Pariban   5. Menyelamatkan Lina.

    Salah satu dari teman Johan langsung menahan ku, memelukku dengan erat dari belakang, hingga aku tidak bisa bergerak. Sementara salah satu lagi teman Johan memukul tepat di hidungku dengan tangannya, hingga hidungku berdarah, dan dilanjutkan dengan 3 teman Johan yang lain juga ikut memukul, menendang ku dengan membabi buta. Sampai tiba warga sekitar termaksud keluarga Denny datang menarikku, agar aku terbebas dari pembantaian itu. Disaat itu hidung, bibirku berdarah, dan mata sebelah kanan ku lebam parah. Warga berhasil membebaskan ku dari pembantaian yang hampir saja merenggut nyawa ku. Terbebas dari pembantaian itu, aku langsung menarik Lina yang sedang mabuk parah untuk membawanya pergi dari tempat itu sambil mengacungkan jari tengah ke hadapan teman-teman Johan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Terpisah Sebab Pariban   6. Kondisi ku

    Tidak butuh waktu lama aku pun sampai di kosan ku. "Alex, Lex, Lex, buka Lex pintunya!" panggil ku sambil mengetuk pintu. "Iya bentar" Sautan Alex dari balik pintu kosan ku. "Temani aku berobat yok Lex!" Pinta ku ke Alex usai membuka pintu kos ku. "Lah... tapi jagoan, kok berobat?" Ledek Alex "Orang itu beraninya keroyokan Lex, coba satu lawan satu, pasti menang aku" Jawabku. "Iya Way, Way Dimas kan jagoan, pasti lah menang, menang...gung kekalahan maksudnya hehehe..." Ledek Alex lagi. "Ya udah yuk berobat." Ajak Alex sambil menutup pintu kost ku. Kami pun langsung m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Terpisah Sebab Pariban   7. Malam di restoran 76

    Sedangkan aku pergi ke kantor untuk mengambil kunci mobil box, yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang keliling kota Medan. Sebab kata pengawas perusahan, hari ini barang yang aku antar sangat banyak, dan jauh. "Sial..." Batin ku. Sebab biasanya kalau sudah dapat antaran seperti itu bakalan pulang malam. Setelah aku siap mengeluarkan mobil box itu, dan semua pekerja laki-laki mengangkat barang-barang yang akan aku kirim ini hari, aku meminta pada pengawas, untuk meminta Denny jadi temanku mengantar barang. "Pak Bos..." Sapaan ku pada pengawas. "Iya ada apa Dimas?" "Gini pak Bos, perjalanan kan jauh, aku ajak Denny ya?" Pinta ku pada pengawas. "Oh, ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Terpisah Sebab Pariban   8. Marta

    Sedangkan aku hanya diam karena perkataan Marta yang membuat ku melambung tinggi ke angkasa. "Eh... Den, Dimas, mau pesan apa?" Kata Marta menawarkan menu yang ada di restoran itu. "Udah Marta, kami kesini cuma mau ambil KTP Dimas aja kok." Jawab Denny. "We... mana bisa gitu, kalian sudah datang kesini, artinya kalian harus makan bareng kami disini!" Kata Marta. "Ya sudah, kalau gitu aku pesan nasi goreng saja, sama susu coklat hangat." Pesan ku karena berpikir lumayan lah makanan geratis. maklum anak kos-kosan. "Ah... gitu dong, masak kalian enggak mau ngerasain menu makanan restoran ku. Kalau kau Den, mau pesan apa?" kata Marta. "Lah ini restoran kau Marta? ya udah a

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Terpisah Sebab Pariban   9. Lanjut direstoran 76

    "Sudahlah tidak apa-apa, pokoknya hari minggu kau harus ikut datang ya Lin!" Kata Marta meminta ke Lina untuk ikut acara reunian itu. "Lah apaan?" Tanya Lina sedikit protes atas ajakan Marta. "Tidak apa-apa Lin. Teman ku SD (Sekolah dasar) banyak kok teman SMA (sekolah menengah atas) kita juga. Jadi banyak teman SD (sekolah dasar) ku yang kau kenal." Kata Marta. "Iya datang aja buat nemani Dimas, kasihan kalau dia sendirian." Kata Denny mengajak Lina. "Maaf Bu, jadi bagaimana ini hari Minggu? jadi Ibu, buat acara bersama teman-teman Ibu?" Tanya manajer kepada Marta yang memotong pembicaraan. "Iya Pak jadi." Jawab Marta.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Terpisah Sebab Pariban   10. Di dalam mobil bersama Denny.

    "Hehe... Aku sangka kau yang homo Den, makannya aku goda kau tadi. Sebab kau juga jomblo, padahal kau ganteng." Balas ku terhadap candaan Denny. "Aku nggak jomblo Way, aku punya pacar, tapi saat ini dia di Jakarta. Sudah hampir dua tahun kami pacaran, tapi semenjak dia di Jakarta kami lebih sering ribut. Sakit kepala ku dibuatnya, dia curiga terus ke aku." Kata Denny yang tiba-tiba curhat ke aku. "Ini Way ya, aku tidak punya pengalaman tentang LDR (Hubungan jarak jauh) jadi aku cuma bisa mendengarkan curhatan kau aja tanpa aku bisa kasih saran ke kau. Tapi Den, curhatnya jangan sampai nyaman ya, nanti kau jadi suka pula sama aku. Aku normal Den, nggak homo." Kata ku ke Denny mencoba memecahkan suasana yang menyedihkan itu. "Way-way, lagi-lagi homo yang kau bahas Way. Yaudah lupain aja kisahku tadi." Kata Denny ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Terpisah Sebab Pariban   11. Penasaran dengan sikap Lina yang tiba-tiba berubah.

    Sebelum aku selesai bicara, Lina sudah menutup telpon nya. "Mau bicara apa si Lina ya?" Batin ku yang menemani perjalanan ku pulang kali ini, bersama mobil box yang aku bawa pulang ke kost ku. Sesampai di kust ku, aku langsung berbaring di kasur yang masi berantakan. Sebab aku merasa lelah sekali, hingga aku tertidur sampai pagi hari. Kali ini aku sengaja bangun pagi tidak seperti biasanya, aku bangun sedikit telat. Sebab hari ini ada mobil box yang akan mengantar ku untuk pergi bekerja. Sesudah mandi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja aku terkejut bukan main. Sebab aku lihat ponsel ku ada lima panggilan tidak terjawab dari Lina. "Waw... ada apa ini si Lina ya?" Batin ku yang merespon lima panggilan dari Lina yang aku lewat kan karena tidur ku yang sangat lelap. Aku telpon Lina untuk menjawab pertanyaan ku yang bingung, kenapa ini ya? kok tiba-tiba aku begitu pentingnya untuk si Lina, sampai-sampai lima kali Lina menelpon ku karen

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08

Bab terbaru

  • Terpisah Sebab Pariban   28. Datangnya kepolisian

    Putaran pertama, ujung pistol mengarah ke arah anak buah ibuku, dalam arti anak buah ibuku yang harus menerima tembakan di kepalanya. "Haha… mati lah kau!" Kata lawan dari anak buah ibu ku. Ctek, ctek. Dua suara tembakan dari silinder pistol yang kosong. "Haa…! Aku mati, aku mati." Ejek dari anak buah ibu ku. "Cuih…" Suara ludah dari lawan main anak buah ibuku, dia sengaja untuk memancing emosi, agar terjadi keributan untuk menghentikan permainan. "Apa ini? Apa?" Reaksi dari teman-teman anak buah ibu ku yang emosi, sambil menodongkan senjata. "Jangan… turunkan senjata kalian, karena ini

  • Terpisah Sebab Pariban   27. Psikopat

    Dor… "Buang senjata kalian tiga!" Dengan satu tembakan ke atas, empat pria berjas hitam, berdasi merah, dan berkacamata hitam tiba-tiba datang mengancam ketiga pria yang telah membunuh tiga satpam Marta. "Aduh… siapa lagi lah ini." Batin ku karena melihat empat manusia yang sama nggak jelasnya dengan tiga orang yang telah membuat hidung Lina berdarah. Tapi yang empat orang ini berbeda senjata dengan tiga orang itu, mereka membawa empat senjata ak 47, sedangkan tiga orang tadi hanya membawa tiga pistol. "Haha…" Bukannya merasa terancam, ketiga brengsek itu malah tertawa. "Psikopat ini tiga orang." Batin ku karena melihat reaksi mereka tertawa.

  • Terpisah Sebab Pariban   26. Acara menjadi kacau

    "Ah… masa iya, dulu kau satu sekolah dengan Marta?""Alffy Rev, kalau kau mau mereka menikmati acara malam ini yang kau pegang!" Laras tidak menjawab ku, dia malah menyarankan ku kembali untuk putar musik dari alffy Rev.Aku putar satu lagu dari Alffy Rev yang berjudul Wonderland Indonesia, lalu aku lihat si Laras, dia melihat ku dan menaikan sebelah alisnya, lalu melirikan matanya ke para tamu, seakan dia sedang memberiku isyarat agar aku segera melihat reaksi para tamu.Menyadari isyarat dari Laras, aku langsung melihat tamu, aku lihat reaksi mereka yang sebelumnya saling mengobrol kini semua bola mata mereka melihat ke arahku."Harusnya kau menyadari dari pertunjukan sebelumnya!" Bisik Laras lagi di teling

  • Terpisah Sebab Pariban   25. Acara reunian Marta dan Denny.

    "Hai.." Sapaan Lina ke Marta yang sedang mencari kami. "Hai… cantik kali bah, ini hari kau Lin" Sambutan Marta pada Lina sambil mencium pipi kanan dan kiri Lina. "Makasih, ini hari kau pun juga cantik Marta." Kata Lina yang membalas pujian Marta. "Sudah boleh masuk belum nih?" Tanya ku pada Marta. "Oh... iya ya ya, ayuk masuk yuk!" Jawab Marta sambil tersenyum. "Ok... oh iya, gimana Marta sudah lengkap alat-alat DJ yang kau sewa?" Tanya ku ke Marta sambil jalan masuk ke restoran milik Marta yang sangat mewah itu. "Enggak tahu sih, yang ngatur itu semua si Denny kemarin, tapi cek aja nan

  • Terpisah Sebab Pariban   24. Menuju acara reuniaan Marta, dan Denny.

    "Lima pasang pakaian, kau bilang baru ya Lex, mau sampai berapa pasang lagi rupanya buat memenuhi lemari pakaian punyamu Lex." Kataku ke Alex "Tenang lah Way… kok tegang kali, besok aku balik kan pakaianmu semuanya, gampang itu, tenang, selow." Kata Alex agar dapat meminjam pakaian aku lagi. "Hem… suka mu lah Lex, capek kali aku udah kau tipu-tipuin aja Lex. Mandi lah aku, oh iya jangan kau serak-serak lemari pakaian aku ya lex." Kataku ke Alex sebagai jawaban kalau kali ini dia boleh lagi pinjam pakaian aku. "Ok siapa tuan." Jawaban Alex sambil hormat. Tidak sampai satu jam berlalu. Aku, dan Alex sudah siap untuk berangkat ke acara reunian Marta, dan Denny. Tapi Lina yang sudah berjanji untuk pergi bareng belum datang, membuat kami harus menunggu dia.

  • Terpisah Sebab Pariban   23. Makan mie instan

    "Hem… Lex-Lex. Entah kapan dompetmu nggak pernah ketinggalan, selalu ketinggalan. Entah pun nggak punya dompet kau Lex." Kataku ke Alex sambil memberinya uang untuk membeli mie instan. "Bisa jadi." Jawab Alex sambil tersenyum, dan mengambil uang yang aku berikan. Setelah mengambil uang yang aku berikan, Alex pun langsung pergi membeli mie instan di warung sebelah kosan ku, sehingga tidak butuh waktu lama untuk Alex membeli mie instan, yang sementara untuk mengganjal lambung kami, sampai kami berada di acara reunian SD (sekolah dasar) Marta. "Nah, nih mie nya." Kata Alex yang baru saja kembali dari warung. "Kau masak lah Lex." Kataku ke Alex. "Hem… judulnya mie instan, tapi harus dimasak juga. Udah... diseduh pakai ai

  • Terpisah Sebab Pariban   22. Lapar

    "Makasih." Bisikku di telinga Lina Sambil berjalan menuju alat DJ ku, untuk mempersiapkan musik yang akan aku mainkan di acara reunian Marta, dan Denny. "Sama-sama." Kata Lina sambil tersenyum merasa lucu, karena aku dan Alex memaksa kan diri menelan masakan pembantunya yang sangat asin luar biasa itu. "Eh Lex, nanti malam kau mau ikut?" Tanyaku ke Alex. "Kemana?" Alex kembali bertanya. "Udah ikut aja!" Kata Lina. "Iya, ikut aja. Pesta kita nanti malam." Kataku ke Alex. "Pesta apa?" Tanya Alex bingung. "Sudah banyak kali tanya kau bagudung (tikus) ikut aja lah kau pokoknya nanti malam." Kataku ke Alex.

  • Terpisah Sebab Pariban   21. Sarapan dari Lina

    "Bangsat main mati-matiin telpon sesuka hatinya aja sih Lina ini." Batin ku. Aku pun langsung bergegas mandi, belum aku masuk ke kamar mandi, Alex datang. "Pagi kali kau datang Lex, ada apa?" Tanya ku ke Alex. "Nggak apa-apa Way, cuma lagi suntuk aja nih." Kata Alex. "Kau anggap kosan ku ini taman hiburan ya Lex. Kalau kau suntuk, kau datang kemari." Kata ku. "Iya memang. Selama ini aku memang selalu anggap kosan ini taman safari Way. Lihat itu foto monyet imut lagi main Dj." Kata Alex sambil menunjuk foto ku. "Bangsat kau Lex." Kata ku sambil melemparkan baju ku yang baru saja ak

  • Terpisah Sebab Pariban   20. Lelah

    Dua jam lebih telah berlalu, kami pun sampai di Jalan ayahanda, Disaat itu Lina masih tertidur. "Lin, Lina, Lina, bangun." Kata ku membangunkan Lina. "Emmm… iya." Jawab Lina "Sudah mau sampai nih!" Kata ku. "Mana orang Marta sama Denny?" Tanya Lina. "Mereka pisah jalan dengan kita sejak kau tidur tadi, karena kau tidur aku nggak berani bawa motor kencang-kencang, takut kau jatuh, jadi aku suruh mereka untuk jalan duluan." Jawabku. "Ya sudah, kita ke kosan kau aja!" Kata Lina "Sudah malam." Kata ku.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status