Setelah sampai di apartemennya, Sara langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Suasana hatinya menjadi membaik setelah dia berkirim pesan dengan sepupunya dan temannya. "Aku padamu Pak, saranghae," sahutnya sambil mengecup layar ponselnya. Dia senang karena Jeno benar-benar membantunya, dan besok dia akan pergi ke perusahaan kecantikan yang cukup terkenal di Jakarta. Perusahaan itu sebenernya sudah menjadi incarannya saat dia tidak keterima kerja di perusahaan yang dipimpin oleh Bryan. Mengingat pemuda itu dia jadi malas, baru saja dia akan bangkit dari kasurnya, ponselnya kembali bergetar. Dia mengeceknya dan terkejut melihat jumlah uang dalam rekeningnya. "Gila nih orang, apa dia ingin menyogokku dengan uang padahal tadi dia udah kasih aku uang 5 juta cash" monolognya dengan dengan wajah cengo. "Untungnya besok langsung kerja jadi ga bingung harus kasih tau Ayah dan Ibu" sambungnya sambil menghela nafas panjang. Sara memutuskan untuk menyimpan uangnya dengan aman, besok di
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, dia memutuskan untuk ke dapur. Dia ingin menyeduh kopi. "Bapak ingin saya buat kan sesuatu? Saya mau ke dapur untuk membuat kopi," tawarnya. Pemuda itu menghentikan ketikannya di komputer dan mengangguk pada gadis itu. "Teh madu saja, saya suka teh yang tidak terlalu manis," sahutnya santai. Gadis itu mengangguk, "Oh ya, nanti tolong cek email dan tolong rubah jadwal saya dengan Pak Tino jadi jadi Rabu. Besok saya ada urusan mendadak,"Sara mengangguk, dia pergi ke luar ruangan lalu berbelok ke arah kanan. Pantrynya cukup jauh. Di sana hanya ada ruangan CEO dan asisten saja. Kalau ruanganya sudah selesai di renovasi hanya ada 3 ruangan. Tidak ada meja resepsionis di sini. Jadi resepsionis di bawah langsung menghubungi Zein atau Zio. Gadis itu dibuat tercengang saat dia masuk ke dalam pantry. Bagaimana dia tidak tercengang, dapurnya sangat rapih, wangi dan sangat elegan. Kesan mewahnya sangat kentara, dan sangat lengkap, "Wah makmur amat
Keesokan harinyaSara sudah siap untuk pergi ke kantor lamanya untuk mengambil barang-barang miliknya yang tertinggal.Dia tidak masuk Kantor hari ini karena libur, Zein ambil cuti untuk pergi ke luar kota dengan keluarganya. Sara sempat melihat pesan Rani sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas, gadis itu mengerutkan keningnya bingung kenapa Rani melarangnya ke Kantor?. Tak lama Sara sampai di depan kantor lamanya, dan turun dari taksi. Dia menatap gedung di depannya dan menghela nafas panjang. "Males sebenarnya ke sini kalau bukan karena barang yang ketinggalan" monolognya. Saat masuk, dia mendapat tatapan sinis dari semua karyawan di sana tak terkecuali resepsionis yang biasanya menyapanya dengan senyuman. Saat ini wanita itu menatapnya datar, Sara meremat tasnya dan menghampiri wanita cantik itu. "Ada apa?" tanyanya datar. Gadis itu menelan salivanya kasar, jujur saja dia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Mawar berulah apa lagi kali ini pikirnya, "Aku mau mengambil
Erham sudah sampai di rumah sakit dan langsung membawa gadis itu ke UGD."Bagaimana keadaannya Dok?" tanya pemuda itu, saat masuk dia melihat dokter sedang memeriksa gadis itu. Erham sempat keluar sebentar untuk memarkirkan mobilnya."Apa dia mengeluh sesak nafas?" tanyanya pada pemuda itu. Erham mengangguk, "Dia sempat terkunci di gudang tidak tau berapa lama" "Apa di sana tidak ada pentilasi udara?""Ada namun kecil, selain itu di sana sangat lembab dan berdebu. Ruangannya pun sempit," Dokter mengangguk, "Baiklah kalau begitu, untuk sekarang kami akan memberikan oksigen dan infusan. Kalau nanti pasien sudah mulai membaik dia diperbolehkan pulang. Kami ingin mengobservasinya dulu, menurut diagnosis gadis ini mempunyai asma," Erham hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Dia memutuskan untuk membayar administrasinya, saat dia akan keluar dari UGD ponsel pemuda itu bergetar. Dia langsung keluar dari UGD dan mengangkat telpon dari Bryan, "Kenapa?"[Di mana?]
Gadis itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan akan tinggal sementara di rumah orang tuanya atas permintaan mereka sampai sang putri sembuh total. Selain itu mereka juga ingin bertanya tentang pekerjaannya, Tiara dan Rani mengirim pesan padanya mereka tidak bisa ikut mengantar gadis itu pulang. Tak lama taksi datang dan keluarga itu masuk ke dalam taksi. Tak lama mereka sampai di rumah dan gadis itu dibawa ke ruang tamu untuk diinterogasi. "Nanti saja Bu, biarkan anaknya istirahat dulu," sahut sang ayah pada sang ibu. "Sekalian saja, cuman sebentar ga akan lama," kekeh beliau. Sang suami hanya menggelengkan kepalanya. Dia kasian dengan Sara yang masih terlihat lemas dan pucat.Gadis itu meyakinkan sang ayah kalau dia baik-baik saja, beliau hanya bisa menghela nafas saja. "Jadi, bisa kamu jelaskan Nak?" tanya sang ibu lembut. "Iya, aku juga sebenarnya tidak tahu kenapa tiba-tiba dipecat, mungkin saja aku melakukan kesalahan. Pak Bryan juga tidak bilang salah aku apa, yauda
Keesokan harinyaSara melihat jam yang melingkar di tangan mungilnya, jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang. Sebentar lagi dia akan sampai di perusahaan, setelah sampai gadis itu berjalan sedikit cepat menuju ke arah toilet. Dia ingin buang air kecil, setelah itu dia mencuci tangannya dan naik ke atas. Setelah sampai di atas dia tak sengaja melihat ruangan sekretaris sepertinya sudah jadi. Dia menuju ke arah ruangan Zein untuk memastikan apakah dia sudah bisa pindah atau belum ke ruangannya. "Untuk sekarang kamu kerja di sini dulu, ruangannya masih ditata, lusa kamu bisa pindah" sahutnya santai setelah Sara masuk dan menanyakan tentang ruangannya. Gadis itu hanya mengangguk dan menuju ke arah mejanya, "Kamu betul-betul sudah sehat? Seharusnya tidak usah masuk dulu, kerjaan kamu ada yang handle," sahutnya sambil menatap ke arah gadis itu. Sara hanya tersenyum, "Saya baik-baik saja Pak, besok kan tanggal merah, saya bisa lanjut beristirahat," sahutnya santai. Pemuda itu hanya menga
Terlihat Bryan berlarian di sepanjang koridor rumah sakit, setelah mendapat telpon dari Erham pemuda itu langsung menuju ke arah rumah sakit.Setelah hampir sampai di depan ruang inap sang adik, dia bisa melihat sang ayah yang terlihat menenangkan Erham yang terlihat menangis dan terduduk di depan kamar inap sang adik.Bryan menghampiri mereka, sang ayah yang tak sengaja melihat Bryan menghampiri mereka hanya bisa diam tanpa ekspresi.Beliau sangat sedih dan masih tidak bisa terima dengan kepergian sang putri kesayangannya."Kenapa kalian di sini?" sahutnya lirih.Sang ayah hanya bisa menepuk sebelah pundak Bryan sambil tersenyum tipis. Terlihat Jeno meneteskan air matanya.Baru saja Bryan akan mengeluarkan suaranya, dia melihat dua suster yang mendorong ranjang sang adik dengan kain yang menutup seluruh tubuhnya."Tunggu, mau kalian bawa ke mana Fanya? KENAPA KALIAN MENUTUPNYA DENGAN KAIN?! DIA MASIH HIDUP KEMBALIKAN DIA KE KAMARNYA" sahutnya murka.Erham langsung bangun dan menenangk
Jujur saja Sara masih kepikiran dengan ucapan Bryan, "Daritadi kenapa aku tidak melihat anak itu? Sekretaris cuman dia doang" monolognya. Saat ini Sara sedang membuat minuman di pantry. Dia dan Zein sudah selesai meeting dan akan menyelesaikan kerjaannya lalu pulang setelah pekerjaannya selesai.Sara langsung menggelengkan kepalanya, "Untuk apa juga aku mengurusi gadis itu" monolognya sambil meminum teh manisnya. Namun langsung dia muntahkan lagi karena rasanya yang asin, "Astaga, kenapa aku kasih garam bukan gula" sahutnya sambil mencuci mulutnya dengan air keran. Dia menghela nafasnya, gara-gara pemuda itu dia jadi tidak fokus seperti ini.Sara memutuskan untuk mengambil minuman bersoda saja di kulkas dan kembali ke ruangannya.Dia masuk ke dalam ruangannya dan bersandar pada kursi kebesarannya sejenak. "Masa iya anak itu menyukaiku" monolognya sambil memijat leher belakangnya.****Disisi lain, Bryan menghela nafas panjang sambil bersandar pada kursi kebesarannya.Terlihat dia m