Keesokan harinyaSara sudah siap untuk pergi ke kantor lamanya untuk mengambil barang-barang miliknya yang tertinggal.Dia tidak masuk Kantor hari ini karena libur, Zein ambil cuti untuk pergi ke luar kota dengan keluarganya. Sara sempat melihat pesan Rani sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas, gadis itu mengerutkan keningnya bingung kenapa Rani melarangnya ke Kantor?. Tak lama Sara sampai di depan kantor lamanya, dan turun dari taksi. Dia menatap gedung di depannya dan menghela nafas panjang. "Males sebenarnya ke sini kalau bukan karena barang yang ketinggalan" monolognya. Saat masuk, dia mendapat tatapan sinis dari semua karyawan di sana tak terkecuali resepsionis yang biasanya menyapanya dengan senyuman. Saat ini wanita itu menatapnya datar, Sara meremat tasnya dan menghampiri wanita cantik itu. "Ada apa?" tanyanya datar. Gadis itu menelan salivanya kasar, jujur saja dia merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Mawar berulah apa lagi kali ini pikirnya, "Aku mau mengambil
Erham sudah sampai di rumah sakit dan langsung membawa gadis itu ke UGD."Bagaimana keadaannya Dok?" tanya pemuda itu, saat masuk dia melihat dokter sedang memeriksa gadis itu. Erham sempat keluar sebentar untuk memarkirkan mobilnya."Apa dia mengeluh sesak nafas?" tanyanya pada pemuda itu. Erham mengangguk, "Dia sempat terkunci di gudang tidak tau berapa lama" "Apa di sana tidak ada pentilasi udara?""Ada namun kecil, selain itu di sana sangat lembab dan berdebu. Ruangannya pun sempit," Dokter mengangguk, "Baiklah kalau begitu, untuk sekarang kami akan memberikan oksigen dan infusan. Kalau nanti pasien sudah mulai membaik dia diperbolehkan pulang. Kami ingin mengobservasinya dulu, menurut diagnosis gadis ini mempunyai asma," Erham hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Dia memutuskan untuk membayar administrasinya, saat dia akan keluar dari UGD ponsel pemuda itu bergetar. Dia langsung keluar dari UGD dan mengangkat telpon dari Bryan, "Kenapa?"[Di mana?]
Gadis itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan akan tinggal sementara di rumah orang tuanya atas permintaan mereka sampai sang putri sembuh total. Selain itu mereka juga ingin bertanya tentang pekerjaannya, Tiara dan Rani mengirim pesan padanya mereka tidak bisa ikut mengantar gadis itu pulang. Tak lama taksi datang dan keluarga itu masuk ke dalam taksi. Tak lama mereka sampai di rumah dan gadis itu dibawa ke ruang tamu untuk diinterogasi. "Nanti saja Bu, biarkan anaknya istirahat dulu," sahut sang ayah pada sang ibu. "Sekalian saja, cuman sebentar ga akan lama," kekeh beliau. Sang suami hanya menggelengkan kepalanya. Dia kasian dengan Sara yang masih terlihat lemas dan pucat.Gadis itu meyakinkan sang ayah kalau dia baik-baik saja, beliau hanya bisa menghela nafas saja. "Jadi, bisa kamu jelaskan Nak?" tanya sang ibu lembut. "Iya, aku juga sebenarnya tidak tahu kenapa tiba-tiba dipecat, mungkin saja aku melakukan kesalahan. Pak Bryan juga tidak bilang salah aku apa, yauda
Keesokan harinyaSara melihat jam yang melingkar di tangan mungilnya, jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang. Sebentar lagi dia akan sampai di perusahaan, setelah sampai gadis itu berjalan sedikit cepat menuju ke arah toilet. Dia ingin buang air kecil, setelah itu dia mencuci tangannya dan naik ke atas. Setelah sampai di atas dia tak sengaja melihat ruangan sekretaris sepertinya sudah jadi. Dia menuju ke arah ruangan Zein untuk memastikan apakah dia sudah bisa pindah atau belum ke ruangannya. "Untuk sekarang kamu kerja di sini dulu, ruangannya masih ditata, lusa kamu bisa pindah" sahutnya santai setelah Sara masuk dan menanyakan tentang ruangannya. Gadis itu hanya mengangguk dan menuju ke arah mejanya, "Kamu betul-betul sudah sehat? Seharusnya tidak usah masuk dulu, kerjaan kamu ada yang handle," sahutnya sambil menatap ke arah gadis itu. Sara hanya tersenyum, "Saya baik-baik saja Pak, besok kan tanggal merah, saya bisa lanjut beristirahat," sahutnya santai. Pemuda itu hanya menga
Terlihat Bryan berlarian di sepanjang koridor rumah sakit, setelah mendapat telpon dari Erham pemuda itu langsung menuju ke arah rumah sakit.Setelah hampir sampai di depan ruang inap sang adik, dia bisa melihat sang ayah yang terlihat menenangkan Erham yang terlihat menangis dan terduduk di depan kamar inap sang adik.Bryan menghampiri mereka, sang ayah yang tak sengaja melihat Bryan menghampiri mereka hanya bisa diam tanpa ekspresi.Beliau sangat sedih dan masih tidak bisa terima dengan kepergian sang putri kesayangannya."Kenapa kalian di sini?" sahutnya lirih.Sang ayah hanya bisa menepuk sebelah pundak Bryan sambil tersenyum tipis. Terlihat Jeno meneteskan air matanya.Baru saja Bryan akan mengeluarkan suaranya, dia melihat dua suster yang mendorong ranjang sang adik dengan kain yang menutup seluruh tubuhnya."Tunggu, mau kalian bawa ke mana Fanya? KENAPA KALIAN MENUTUPNYA DENGAN KAIN?! DIA MASIH HIDUP KEMBALIKAN DIA KE KAMARNYA" sahutnya murka.Erham langsung bangun dan menenangk
Jujur saja Sara masih kepikiran dengan ucapan Bryan, "Daritadi kenapa aku tidak melihat anak itu? Sekretaris cuman dia doang" monolognya. Saat ini Sara sedang membuat minuman di pantry. Dia dan Zein sudah selesai meeting dan akan menyelesaikan kerjaannya lalu pulang setelah pekerjaannya selesai.Sara langsung menggelengkan kepalanya, "Untuk apa juga aku mengurusi gadis itu" monolognya sambil meminum teh manisnya. Namun langsung dia muntahkan lagi karena rasanya yang asin, "Astaga, kenapa aku kasih garam bukan gula" sahutnya sambil mencuci mulutnya dengan air keran. Dia menghela nafasnya, gara-gara pemuda itu dia jadi tidak fokus seperti ini.Sara memutuskan untuk mengambil minuman bersoda saja di kulkas dan kembali ke ruangannya.Dia masuk ke dalam ruangannya dan bersandar pada kursi kebesarannya sejenak. "Masa iya anak itu menyukaiku" monolognya sambil memijat leher belakangnya.****Disisi lain, Bryan menghela nafas panjang sambil bersandar pada kursi kebesarannya.Terlihat dia m
Saat ini Sara sedang menunggu Tiara, dia ingin meminta pendapat gadis itu. Sekarang sudah jam makan siang dan jarak dari perusahaan Zein ke perusahaan Bryan cukup dekat jadi mereka bisa janjian sebentar. Terlihat Sara sedang mempoutkan bibirnya dan memeluk gelasnya yang ada di atas meja sambil scroll-scroll ponselnya. Tak lama Tiara masuk ke dalam kafe dan menghampiri gadis itu, "Udah lama? Sorry aku ke toilet dulu tadi," sahutnya sambil duduk di depan gadis cantik itu. Sara hanya mengangguk dan menegakkan tubuhnya, "Jadi ada apa?" Sara menghela nafas panjang, "Aku merasa heran saja sama si kulkas berjalan, suka banget maksa aku buat balik ke Perusahaan, dia ga demen sama aku kan?" sahutnya sambil melihat pantulannya di layar ponsel miliknya yang sedang mati. Tiara hanya menggeleng kepalanya dan mengedikkan bahunya, "Yang aku dengar dari Bos sih kerjaan kamu selalu bagus, mungkin karena itu," sahutnya sambil meminum minuman gadis itu. Sara mengangguk, "Dia bilang kayak gitu ke ak
Saat ini Sara, Zein, Bryan dan Fitri sedang meeting di restoran. Mereka meeting dengan lancar dan tak terasa sudah 1 jam berlalu, setelah selesai meeting. Kembali Bryan menahan gadis itu saat Sara dan Zein akan keluar dari restoran.Membuat gadis itu mendengus kesal, "Jadi?""Jadi apa sih?! Jadi Badut?" sahutnya kesal. Zein menahan tawa mendengar ucapan gadis itu. "Lagian Bapak katanya akan beri saya waktu, tapi ini apa? Setiap hari menanyakan hal yang sama buat saya kesal saja. Keputusan saya sudah bulat. Saya tidak akan kembali ke Perusahaan titik!" sahutnya menggebu-gebu. Fitri hanya diam saja di sana melihat perdebatan keduanya, karena dia tidak paham apa yang terjadi dengan keduanya. Bryan menaikkan sebelah alisnya, "Oke kalau begitu, uang pesangon yang saya berikan ke kamu kembalian semuanya tanpa kurang sedikitpun," sahutnya penuh penekanan di akhir kalimat. Sara langsung menelan salivanya kasar, dia sudah pakai uang itu untuk bayar sewa pengangkut barang dan uang muka apar
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila."Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****
"Kamu tau bukan semenjak Bryan masuk penjara, dia membuat ulah karena sudah menghilangkan nyawa seorang gadis?" Sari menganggukkan kepalanya, jujur saja dia sempat terkejut saat melihat berita tentang Tiara di televisi."Jangan bilang gadis itu-" Sari menganggukkan kepalanya, "Dia sudah tidak waras mencari masalah dengan Bram, lalu apa hubungannya dengan Kila?""Semenjak Adiknya Bram meninggal, Bram menugaskan dia untuk membantu memperjual-belikan manusia. Gadis itu tentu tidak mau, namun dia diancam akan di habisi nyawanya kalau tidak mau-""Langsung ke intinya saja, aku tidak butuh FYI itu""Ck, kamu sungguh tidak sabaran" sahutnya kesal, Sara hanya mengedikkan kedua bahunya acuh."Intinya Bram tidak sengaja melihat Kila saat sedang bermain di taman komplek, dan dia mencaritahu latar belakang Kila.Karena ada sangkut pautnya dengan Tiara, jadi Bram meminta Tiara untuk menculiknya. Dia ingin menjualnya ke Hongkong""Lalu kamu setuju keponakanmu dijual? Kamu sudah gila!" sahutnya k
"Angkat tanganmu, taruh pisaunya ke lantai" sahut Sari dengan pistol di tangannya mengarah ke samping kening anak buah pemuda itu."Kenapa kau bodoh sekali bisa ditaklukkan oleh seorang gadis?!" sahutnya kesal pada anak buahnya.Sang anak buah hanya diam saja sambil mengangkat kedua tangannya dan menelan salivanya kasar."Taruh pisau itu sekarang!" "Baiklah… baiklah… jangan arahkan pistol itu ke saya" sahutnya sambil menaruh pisau itu ke lantai.Sari memberi isyarat pada Tiara dan anak buahnya untuk keluar dari sana."Bawa juga anak itu keluar" sahutnya tanpa suara pada Tiara yang sedang memeluk anak kecil yang masih tertidur di pelukannya.Tiara hanya mengangguk saja, yang penting dia bisa keluar dari sini.Setelah Tiara dan Bimo keluar dari ruangan, Sari terlihat sedikit lengah karena dia memberitahu Tiara ke mana jalan keluar.Bram langsung mengambil pisau miliknya dan langsung menusukkan ke arah pe
"Hai Kila" sahutnya Sari sambil tersenyum dan mengacak rambut gadis kecil itu."Aunty kapan campe?" tanya gadis itu sambil meminum jusnya.Saat ini Kila sedang ada di teras depan, sang ibu sedang membuat makanan untuk anaknya di dapur."Mama mana Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu."Di dayam, aku liat Mama cedang mengoseng-oseng" sahutnya sambil memperagakan sang ibu menumis dan suara 'seng… seng' dari bibir mungilnya.Sari yang mendengar itu hanya terkekeh saja, "Mau ikut Aunty tidak?" "Ke mana Aunty?""Kita beli eskrim dan biskuit kesukaan Kila, mau?"Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya semangat, Sari langsung menggandeng sebelah tangan mungil gadis itu membawanya ke arah mobil."Kila sudah sama aku, aku akan ke sana"[Baiklah, aku juga sudah menemukan anak yang mirip dengan Kila]"Jangan kau apa-apakan anak itu"[Iya, kau tenang saja]Sari hanya menghela nafas panjang lalu membuka pintu mobilnya, "Kenapa aku bisa percaya sama wanita ODGJ ini" monolognya s
"Kamu yakin Tiara pelakunya?" tanya Bryan sambil duduk di samping sang kakak. Dia tidak percaya kalau Tiara bisa melakukan itu, saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah Sara dengan dua gelas kopi di atas meja yang menengahi mereka.Erham menganggukkan kepalanya, "Kakak sempat menyelidiki kasus ini. Ada 2 saksi mata melihat wajah Tiara yang sedang bertransaksi di Pelabuhan"Bryan sempat terdiam beberapa detik, pemuda itu jadi berpikir kenapa bisa wanita itu berubah menjadi seperti ini?.Dulu Tiara hanya memanfaatkannya saja untuk kepentingan perusahaan milik wanita itu."Polisi sudah menangkapnya?" Erham menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya, "Sayangnya Polisi tidak bisa menangkap wanita itu, dia kabur saat Polisi sampai di TKP""Lalu bagaimana dengan pemuda yang sudah menyelamatkan Kila?""Dia mahasiswa semester 5 yang berjualan bakso keliling, dia berbicara jujur ketika bilang ingin mengantarkan Kila pulang. Polisi sempat mencaritahu latar belakang pemuda i
Sara terbangun di sebuah kamar, wanita itu terlihat memegang kepalanya setelah bangun lalu dia mengikat rambut."Kila" lirihnya, Sara langsung bangkit dan saat dia akan membuka pintu.Pintu terbuka dari luar, Bryan langsung memegang kedua pundak wanita itu yang hampir terjatuh."Kila…Kila…" sahutnya sambil berusaha untuk melepas kedua tangan pemuda itu dari pundaknya."Sara tenang, Erham dan yang lain sedang mencari Kila" Sara terdiam dan menoleh ke arah Bryan dengan tatapan kosong dan lelehan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Bryan langsung memeluk wanita itu dan Sara hanya diam saja namun tiba-tiba Sara memberontak dan meminta Bryan untuk pergi.Wanita itu kembali takut dengan Bryan, pemuda itu tidak melepas pelukannya dan berusaha untuk menenangkan wanita cantik itu."Bryan, lepaskan Sara" sahut Vina sambil menepuk lembut sebelah pundak pemuda itu.Bryan menoleh ke arah Vina, "Jangan dipaksa, lepaskan dia pelan-pelan. Lebih baik kamu ke dapur ambilkan minum untuk Sara"Pemu