Keesokan harinya Sara datang tepat waktu sampai di kantor dan dia langsung ke ruangannya, gadis itu ingin tidur sebentar karena dia sangat mengantuk. Tubuhnya juga sedang tidak begitu fit karena sedang datang bulan, Erham ada di sana mereka saling menyapa dan gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Erham yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?" tanya pemuda itu, dia sedang membereskan barang-barangnya. Mulai hari ini dia akan kembali ke ruangannya dan gadis itu akan dibantu oleh sekretaris baru. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya sedang datang bulan Kak jadi kayak gini," sahutnya agak lesu. "Kalau sakit seharusnya jangan masuk," Gadis itu hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda itu, "Pengennya libur tapi kerjaan lagi banyak,""Tiap hari juga banyak pekerjaan kamu banyak" "Betul juga ya" sahutnya sambil cekikikan. Erham hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pamit undur diri, pemuda itu bilang pada Sara kalau sekretaris yang baru a
Saat ini Sara sedang mempelajari materinya, begitupula dengan Fitri. Tapi gadis itu terlihat kesulitan. Sara sempat melihat itu tapi dia menghiraukannya, dia heran dengan gadis itu yang memiliki gengsi tinggi. Tak lama Bryan mengetuk pintu ruangan mereka dan mereka langsung bersiap, setelah makan siang mereka akan pergi ke perusahaan lain untuk bertemu dengan klien lain. Mereka naik mobil Bryan menuju ke arah restoran Jepang, sepanjang jalan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak memakan waktu satu jam, mereka sampai di restoran Jepang. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Sara dan Erham turun duluan karena mereka yang mereservasi tempatnya, Fitri ada di samping Bryan. Gadis itu berusaha untuk caper pada Bryan tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, membuat Fitri mendengus. Mereka duduk di ruangan dan Sara sibuk melihat-lihat materi lagi, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia memutuskan untuk melihat materinya kembali sambil menunggu.Tak lama pintu d
Fitri sudah pulang duluan, sedangkan gadis itu belum pulang. Dia harus lembur karena laporannya yang hilang. Sara tentu saja dimarahi oleh Bryan, meski pemuda itu tidak menaikkan suaranya, gadis itu sukses ketakutan. Selain Sara masih ada Bryan di kantor, saat dia keluar dari ruangannya. Bryan melihat lampu ruangan gadis itu yang masih menyala, langsung ia menuju ke arah ruangan gadis itu. Dia mengetuk pintu ruangan gadis itu lalu masuk ke dalam, terlihat Sara yang sedang duduk depan laptop dengan wajah sembab habis menangis. "Pulang, saya tidak menyuruh kamu lembur" sahutnya dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sara hanya mengangguk saja dan Bryan mengantar gadis itu pulang.****Keesokan harinyaSebelum ke ruangannya, Bryan menuju ke ruangan Sara terlebih dulu. Dia menaruh minuman di atas meja gadis itu dan sedikit menutupinya dengan dokumen-dokumen yang ada di sana. Tak lupa dia menempelkan note pada layar komputer gadis itu, setelah itu dia kembali ke ruanga
"Anda yakin ingin mengadopsinya?" tanya wanita di depannya yang masih terlihat cantik dan bugar diusianya yang sudah menginjak kepala 4.Jeno mengangguk sambil menaruh gelas berisi teh itu ke atas meja, "Iya, saya yakin dan istri saya setuju," sahutnya santai. Wanita itu mengangguk bahkan tersenyum, "Terimakasih," sahutnya sambil meneteskan air matanya. Jeno yang melihat itu tersenyum sambil mengangguk dia memberikan sapu tangannya pada beliau. Beliau hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih, "Saya sungguh berterimakasih pada anda yang sudah mau mengadopsi Roni, setelah anda mengadopsinya saya harap anda bisa mengganti namanya agar dia bisa membuka lembaran baru," sahutnya sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan pria tampan itu. Jeno mengangguk, "Berapa usia anak itu?""11 tahun," "Oh beda 3 tahun dengan Bryan,"Beliau mengerutkan keningnya, "Bryan berusia 8 tahun? Saya kira dia masih berusia s
Setelah selesai mandi, Roni turun ke bawah, dia tadi tertidur selama beberapa menit saja dan baru kali ini dia merasa tidurnya nyenyak. Dia melihat kedua orang tua angkatnya sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi. Ditengah mereka ada Bryan yang terlihat berceloteh sambil memakan coklat, mulutnya terlihat penuh dengan coklat. Membuat anak itu tersenyum gemas, "Oh kamu udah bangun?" tanya sang ibu, saat dia tak sengaja melihat ke arah tangga. Wanita itu langsung bangun dan menghampiri anak itu, Roni mengangguk sambil tersenyum. "Ayo makan dulu Nak, Mamah temenin. Kita udah makan duluan tadi, Mamah ga tega mau bangunin kamu," sahutnya sambil mengajak anak itu ke dapur. Roni mengintili sang ibu di belakang tanpa suara, dia melihat ke arah Bryan dan Jeno. Jeno terlihat tersenyum hangat pada anak itu sedangkan Bryan sibuk dengan acara televisi yang menayangkan film kartun. Roni membalas senyuman pria tampan itu sambil berjalan, lalu Clarisa mengambil piring beserta
Keesokan harinyaSaat ini Bryan sedang ada di rumah sakit, pemuda itu ingin menjenguk sang adik yang masih terbaring koma. Bryan terlihat tersenyum tampan dengan tatapan yang lembut, ia terus mengajak sang adik bicara sambil menyeka tubuhnya.Pemuda itu percaya kalau adiknya akan bangun, dia akan mengamuk kalau dokter bilang sudah saatnya alat bantu gadis itu dilepas karena sudah 5 tahun dia bertahan dengan alat bantu kehidupannya. Kondisinya naik turun, kadang membaik kadang drop. Saat kondisi sang adik drop pemuda itu akan langsung pergi ke rumah sakit meninggalkan rapat penting. Bryan sangat merasa bersalah karena sudah mengabaikan sang adik, dan sibuk dengan pekerjaannya. Karena hubungan Bryan dan Fanya ini memang sangat dekat.Setelah mengobrol beberapa menit dengan sang adik, dia mengecup kening sang adik dan pergi dari sana karena dia harus pergi ke kantor. ****Sara duluan sampai kantor dan suasana kantor masih sepi, dia berangkat terlalu pagi karena ada urusan. Setelah s
Setelah sampai di kantor, Sara langsung meminta bantuan OB untuk menata makanan dan minuman yang mereka bawa ke ruang rapat. Dia harus siap-siap dan Bryan sudah pergi duluan ke ruangannya untuk siap-siap. Haikal, asisten Bryan yang lain yang akan membantu OB menata makanan dan minuman yang gadis itu dan Bryan bawa. Sara langsung menuju ke ruangannya, dia memang mengantongi flashdisk yang berisikan bahan-bahan untuk meetingnya. Dan Fitri yang mencetaknya, kalau gadis itu melakukan kesalahan dia sudah memiliki rencana B. Dia sadar kalau gadis itu tidak mau tersaingi olehnya. Sara sudah sampai di ruangannya, dia langsung mengambil blezernya dan merapikan penampilannya. Fitri sudah siap dan terlihat gadis itu sudah memeluk dokumen yang sepertinya akan menjadi bahan presentasi nanti. Setelah semua siap, mereka berdua keluar dari ruangan dan Sara menghampiri ruangan Bryan. Sedangkan Fitri langsung menuju ke arah lift, dia harus menyambut para klien. Kedua pemuda tampan alia
Sejak tadi Sara tak hentinya bolak-balik ke kamar mandi membuat Fitri risih sendiri dengan gadis itu. "Kamu kenapa sih? Bisa diem sebentar? Kamu bikin saya ga fokus kerja," sahutnya sinis.Dia memang tidak bisa bekerja karena gadis itu yang bolak-balik kamar mandi dan merasa terganggu dengan suara decitan kursi Sara. Sara hanya diam saja, keringatnya terlihat bercucuran sebesar biji jagung. Wajahnya juga pucat. Perutnya seperti diaduk-aduk, dia rasa saat tadi makan siang tidak makan yang aneh-aneh. Sampai Erham kebetulan ke ruangan sekretaris untuk menjenguk keduanya dan mengantarkan dokumen ke sana. Baru saja Erham ingin menanyakan keadaan gadis itu, Sara sudah pingsan duluan membuat pemuda itu panik. Fitri diam saja, bahkan dia terlihat senang saat tau gadis itu pingsan. Gadis itu langsung dibawa ke ruang kesehatan dan ditangani oleh dokter yang bertugas di sana setelah sampai. "Dia kenapa?" "Saya tidak tau, saat saya akan menanyakan keadaannya dia sudah pingsan," sah
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila."Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****
"Kamu tau bukan semenjak Bryan masuk penjara, dia membuat ulah karena sudah menghilangkan nyawa seorang gadis?" Sari menganggukkan kepalanya, jujur saja dia sempat terkejut saat melihat berita tentang Tiara di televisi."Jangan bilang gadis itu-" Sari menganggukkan kepalanya, "Dia sudah tidak waras mencari masalah dengan Bram, lalu apa hubungannya dengan Kila?""Semenjak Adiknya Bram meninggal, Bram menugaskan dia untuk membantu memperjual-belikan manusia. Gadis itu tentu tidak mau, namun dia diancam akan di habisi nyawanya kalau tidak mau-""Langsung ke intinya saja, aku tidak butuh FYI itu""Ck, kamu sungguh tidak sabaran" sahutnya kesal, Sara hanya mengedikkan kedua bahunya acuh."Intinya Bram tidak sengaja melihat Kila saat sedang bermain di taman komplek, dan dia mencaritahu latar belakang Kila.Karena ada sangkut pautnya dengan Tiara, jadi Bram meminta Tiara untuk menculiknya. Dia ingin menjualnya ke Hongkong""Lalu kamu setuju keponakanmu dijual? Kamu sudah gila!" sahutnya k
"Angkat tanganmu, taruh pisaunya ke lantai" sahut Sari dengan pistol di tangannya mengarah ke samping kening anak buah pemuda itu."Kenapa kau bodoh sekali bisa ditaklukkan oleh seorang gadis?!" sahutnya kesal pada anak buahnya.Sang anak buah hanya diam saja sambil mengangkat kedua tangannya dan menelan salivanya kasar."Taruh pisau itu sekarang!" "Baiklah… baiklah… jangan arahkan pistol itu ke saya" sahutnya sambil menaruh pisau itu ke lantai.Sari memberi isyarat pada Tiara dan anak buahnya untuk keluar dari sana."Bawa juga anak itu keluar" sahutnya tanpa suara pada Tiara yang sedang memeluk anak kecil yang masih tertidur di pelukannya.Tiara hanya mengangguk saja, yang penting dia bisa keluar dari sini.Setelah Tiara dan Bimo keluar dari ruangan, Sari terlihat sedikit lengah karena dia memberitahu Tiara ke mana jalan keluar.Bram langsung mengambil pisau miliknya dan langsung menusukkan ke arah pe
"Hai Kila" sahutnya Sari sambil tersenyum dan mengacak rambut gadis kecil itu."Aunty kapan campe?" tanya gadis itu sambil meminum jusnya.Saat ini Kila sedang ada di teras depan, sang ibu sedang membuat makanan untuk anaknya di dapur."Mama mana Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu."Di dayam, aku liat Mama cedang mengoseng-oseng" sahutnya sambil memperagakan sang ibu menumis dan suara 'seng… seng' dari bibir mungilnya.Sari yang mendengar itu hanya terkekeh saja, "Mau ikut Aunty tidak?" "Ke mana Aunty?""Kita beli eskrim dan biskuit kesukaan Kila, mau?"Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya semangat, Sari langsung menggandeng sebelah tangan mungil gadis itu membawanya ke arah mobil."Kila sudah sama aku, aku akan ke sana"[Baiklah, aku juga sudah menemukan anak yang mirip dengan Kila]"Jangan kau apa-apakan anak itu"[Iya, kau tenang saja]Sari hanya menghela nafas panjang lalu membuka pintu mobilnya, "Kenapa aku bisa percaya sama wanita ODGJ ini" monolognya s
"Kamu yakin Tiara pelakunya?" tanya Bryan sambil duduk di samping sang kakak. Dia tidak percaya kalau Tiara bisa melakukan itu, saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah Sara dengan dua gelas kopi di atas meja yang menengahi mereka.Erham menganggukkan kepalanya, "Kakak sempat menyelidiki kasus ini. Ada 2 saksi mata melihat wajah Tiara yang sedang bertransaksi di Pelabuhan"Bryan sempat terdiam beberapa detik, pemuda itu jadi berpikir kenapa bisa wanita itu berubah menjadi seperti ini?.Dulu Tiara hanya memanfaatkannya saja untuk kepentingan perusahaan milik wanita itu."Polisi sudah menangkapnya?" Erham menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya, "Sayangnya Polisi tidak bisa menangkap wanita itu, dia kabur saat Polisi sampai di TKP""Lalu bagaimana dengan pemuda yang sudah menyelamatkan Kila?""Dia mahasiswa semester 5 yang berjualan bakso keliling, dia berbicara jujur ketika bilang ingin mengantarkan Kila pulang. Polisi sempat mencaritahu latar belakang pemuda i
Sara terbangun di sebuah kamar, wanita itu terlihat memegang kepalanya setelah bangun lalu dia mengikat rambut."Kila" lirihnya, Sara langsung bangkit dan saat dia akan membuka pintu.Pintu terbuka dari luar, Bryan langsung memegang kedua pundak wanita itu yang hampir terjatuh."Kila…Kila…" sahutnya sambil berusaha untuk melepas kedua tangan pemuda itu dari pundaknya."Sara tenang, Erham dan yang lain sedang mencari Kila" Sara terdiam dan menoleh ke arah Bryan dengan tatapan kosong dan lelehan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Bryan langsung memeluk wanita itu dan Sara hanya diam saja namun tiba-tiba Sara memberontak dan meminta Bryan untuk pergi.Wanita itu kembali takut dengan Bryan, pemuda itu tidak melepas pelukannya dan berusaha untuk menenangkan wanita cantik itu."Bryan, lepaskan Sara" sahut Vina sambil menepuk lembut sebelah pundak pemuda itu.Bryan menoleh ke arah Vina, "Jangan dipaksa, lepaskan dia pelan-pelan. Lebih baik kamu ke dapur ambilkan minum untuk Sara"Pemu