Bryan saat ini sedang ada di minimarket dekat rumah sakit, dia belum pulang karena Ibu gadis itu belum datang. Kalau sampai nanti jam 6 sore beliau belum juga datang, terpaksa dia meninggalkan gadis itu sendirian di rumah sakit. Sara akan dirawat di sana selama 3 hari, kalau kondisinya sudah bagus gadis itu bisa pulang lusa. Seperti diagnosa sahabatnya, gadis itu diare karena makan makanan basi dan dia kekurangan cairan karena terus bolak-balik kamar mandi. Pemuda itu mengambil mie cup, keju slise dan minuman soda dalam bentuk kaleng. Setelah bayar dia makan di depan minimarket dengan tenang. Sambil memainkan ponselnya, saat sedang asik makan. Dia diberitahu oleh Sara kalau ibunya sudah datang. Pemuda itu hanya membaca pesan gadis itu dan makan dengan cepat, dia ingin segera pulang karena lelah dan badannya terasa lengket. Setelah selesai makan, pemuda itu menuju kembali ke rumah sakit, untuk mengambil tas kerjanya serta jas kerjanya ada di atas sofa tadi sekalian pamit pu
"Kalian ga ada yang mau ngentar aku? Jahat banget sih!" sahut gadis cantik itu sambil mempoutkan bibirnya kesal. "Kak, anterin sana, aku harus ketemu klien," sahut Bryan pada Erham. Erham menoleh ke arah Bryan, "Kakak juga sibuk, kan kamu yang minta Kakak pergi ke Cabang buat ngecek" sahutnya santai sambil meminum kopinya.Mereka saat ini sedang ada di meja makan, sang ayah dan sang ibu belum turun ke bawah.Fanya kembali mempoutkan bibirnya kesal, "Kalian ini kenapa selalu sibuk? Aku ini sebenernya punya Kakak atau engga? Punya Kakak ga ada gunanya," sahutnya kesal. "Yang bayar les bahasa kamu siapa?" sahut Bryan. "Yang kasih kamu uang saku buat beli album-album kpop dan nonton konser siapa?" sahut Erham. "Yang biayain kamu dari lahir siapa?" sambar sang ayah sambil mengecup kepala sang putri. Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum, beliau sudah biasa melihat anak-anak mereka yang selalu ribut pagi-pagi. Sang ayah dengan santai duduk di samping putrinya, "
Setelah sampai di kantor, Bryan langsung bergegas ke ruang rapat. Dia sempat bertemu dengan Fitri dan Erham saat akan ke ruang rapat. Kliennya sudah datang dan dia meminta maaf karena datang sedikit telat setelah sampai di ruang rapat, rapat langsung dimulai. Disisi lain Sara sedang memainkan ponselnya, adik dan sang ibu pulang dulu ke rumah nanti siang mereka akan kembali ke sini. Dokter sempat datang ke ruangannya untuk memeriksa, kondisinya sudah mulai membaik, besok kalau sudah tidak lemas lagi dia boleh pulang. Ia sempat melihat ke arah vas bunga lalu ia tersenyum, "Dasar Tsundere," monolognya. Dia mengambil bunganya dan menatapnya lamat, Sara menghirup aroma bunganya. Setelah itu dia taruh lagi ke atas nakas di sampingnya. Ia memilih untuk menonton drakor di ponselnya sambil menunggu sang ibu dan adiknya kembali ke rumah sakit. **** "Sudah cukup kamu bertingkah aneh di depan saya, kamu mau saya pecat?" tanya pemuda dingin itu menatap datar Fitri. Gadis itu hanya
Keesokan harinyaTerlihat gadis itu membenarkan kancing bajunya dengan sedikit kesusahan sambil berjalan menuju ke arah lift. Gadis itu kesiangan, dia sudah memberi pesan bosnya kalau dia kejebak macet tadi karena ada kecelakaan. Pemuda itu juga sempat terjebak macet meski cuman sebentar jadi dia memakluminya.Setelah sampai di lantai ruangannya dia langsung menuju ke arah ruangannya untuk segera bekerja. Baru saja dia ingin membuka pintu ruangannya, pemuda itu memanggilnya. Langsung saja dia menuju ke arah ruangan pemuda itu. "Kamu kenapa sudah masuk?" tanya pemuda itu penuh selidik. Gadis itu mengangguk, "Seharusnya kamu masuk besok atau lusa""Bosan saya Pak di rumah, lagipula saya sudah merasa baikan,"Bryan hanya mengangguk saja dia mengambil tumpukan dokumen di atas mejanya. Pemuda itu tadi bersandar pada meja kerjanya saat sedang mengobrol dengan gadis itu tadi. Setelah mengambil tumpukan dokumen, dia membalikkan badannya pada gadis itu lalu memberikan tumpukan dokumen di
Sara sudah sampai di kantor, di sampingnya sudah ada koper miliknya, rencananya mereka akan menginap selama 3 hari satu malam. Bryan bilang mereka berangkat dari kantor sama-sama dan akan diantarkan oleh supir pribadi pemuda itu. Jam masih menunjukkan pukul setengah 7 pagi dan para karyawan sudah mulai berdatangan. Gadis itu menunggu di lobi sambil memainkan ponselnya, tak lama kemudian Erham dan temannya datang. Sara menyapa mereka sedangkan teman pemuda itu yang menjadi asisten pribadi Bryan hanya melengos pergi saat gadis itu belum selesai menyapa pemuda itu. Gadis itu hanya mengedikkan bahunya saja, "Bryan sebentar lagi sampai, kamu udah sarapan?"Gadis itu menggelengkan kepalanya karena tadi.Pemuda itu mengajak Sara sarapan nasi kuning.Baru saja Erham pesan nasi uduk, pemuda dapat pesan dari Bryan kalau dia sebentar lagi akan sampai. Dia langsung meminta ibunya untuk membungkusnya saja dan makan di mobil. Sara sedang memainkan ponsel di dekat tiang. Dia diminta Erham untu
Keesokan harinyaMereka sudah siap dan sedang berangkat menuju ke arah perusahan klien untuk rapat. Yang membuat gadis itu aneh, Bryan terlihat gugup hari ini, biasanya pemuda itu akan bersikap tenang dan memainkan tabnya. Erham yang paham dengan kebingungan gadis itu mengirimkan pesan pada gadis itu. Sara yang terkejut merasakan ponselnya yang bergetar langsung memeriksa ponselnya. Takut-takut kalau ada pesan penting, dia mengerutkan keningnya lalu menoleh ke arah Erham. Setelah itu dia membuka pesannya dan hanya mengangguk saja, lalu dia memasukkan ponselnya ke dalam saku blezernya lagi. Lalu dia membuka bahan materi yang akan mereka bawakan nanti, tak lama mereka sampai dan pemuda semakin terlihat gugup membuat gadis itu menahan tawanya. Lucu saja melihat pemuda itu yang gugup seperti itu, Bryan berjalan duluan sedangkan Erham dan Sara berjalan berdampingan di belakang pemuda itu. Setelah sampai di depan resepsionis, Sara berdiri di samping pemuda itu dan bilang kalau mereka
Setelah selesai mengecek email dan mengirimkan kembali kerjaannya itu ke Bryan, Sara bisa beristirahat meski hanya satu jam.Saat ini dia sedang ada di kafe bersama dengan Erham dan Bryan yang sibuk dengan tab dan laptop masing-masing. Gadis itu diapit oleh kedua pemuda tampan dan dingin. Menurutnya pesona pemuda itu tetap kalah dengan pesona Bryan, mereka mempunya pesona sendiri. Kenapa dia jadi memikirkan pesona kedua pemuda tampan itu? Dia menepuk pelan sebelah pipinya dan mencoba untuk kembali fokus bekerja. Mereka tidak ada bertemu klien hari ini, seharusnya mereka bertemu dengan klien dari Australia sekarang, tapi tidak jadi karena pesawatnya mendadak delay dan baru bisa terbang besok. Alhasil Sara harus merombak ulang jadwal pertemuan mereka, sebenarnya gadis itu nganggur saat ini. Sampai dia bermain game tanpa sepengetahuan Bryan, Erham tau tapi pemuda itu diam saja. Sampai dia dibuat kesal dan terkejut karena ada email masuk dari Fitri, gadis itu memintanya untuk memban
Mereka makan malam bersama dan sejak tadi Bryan curi-curi pandang pada gadis itu, dia hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Sara menyadari gerak-gerik pemuda itu dan dia menghiraukanya. "Kamu tidak apa-apa? Kata Bryan kamu mempunyai phobia" tanya pemuda itu pada Sara yang duduk di depannya. Sara sempat tersentak mendengar perkataan Erham dan reflek menganggukan kepalanya. "Aku baik-baik aja, aku emang punya phobia karena kecelakaan kecil saat masih SD," sahutnya santai. Erham hanya mengangguk saja, "Kecelakaan apa sampai membuat kamu phobia seperti itu?" pertanyaannya itu membuat Erham menepuk sebelah paha pemuda itu. Sebagai isyarat pada pemuda itu untuk tidak menanyakannya. Bryan sempat menoleh ke arah Erham sekilas dan menatap lagi ke arah Sara. Terlihat gadis itu seperti tidak nyaman dengan pertanyaan pemuda itu, "Kalau tidak mau jawab tidak apa-apa, saya hanya ingin tau dan bisa antisispasi" sahutnya santai. "Terjebak seperti tadi, bedanya saat itu aku sam
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila."Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****
"Kamu tau bukan semenjak Bryan masuk penjara, dia membuat ulah karena sudah menghilangkan nyawa seorang gadis?" Sari menganggukkan kepalanya, jujur saja dia sempat terkejut saat melihat berita tentang Tiara di televisi."Jangan bilang gadis itu-" Sari menganggukkan kepalanya, "Dia sudah tidak waras mencari masalah dengan Bram, lalu apa hubungannya dengan Kila?""Semenjak Adiknya Bram meninggal, Bram menugaskan dia untuk membantu memperjual-belikan manusia. Gadis itu tentu tidak mau, namun dia diancam akan di habisi nyawanya kalau tidak mau-""Langsung ke intinya saja, aku tidak butuh FYI itu""Ck, kamu sungguh tidak sabaran" sahutnya kesal, Sara hanya mengedikkan kedua bahunya acuh."Intinya Bram tidak sengaja melihat Kila saat sedang bermain di taman komplek, dan dia mencaritahu latar belakang Kila.Karena ada sangkut pautnya dengan Tiara, jadi Bram meminta Tiara untuk menculiknya. Dia ingin menjualnya ke Hongkong""Lalu kamu setuju keponakanmu dijual? Kamu sudah gila!" sahutnya k
"Angkat tanganmu, taruh pisaunya ke lantai" sahut Sari dengan pistol di tangannya mengarah ke samping kening anak buah pemuda itu."Kenapa kau bodoh sekali bisa ditaklukkan oleh seorang gadis?!" sahutnya kesal pada anak buahnya.Sang anak buah hanya diam saja sambil mengangkat kedua tangannya dan menelan salivanya kasar."Taruh pisau itu sekarang!" "Baiklah… baiklah… jangan arahkan pistol itu ke saya" sahutnya sambil menaruh pisau itu ke lantai.Sari memberi isyarat pada Tiara dan anak buahnya untuk keluar dari sana."Bawa juga anak itu keluar" sahutnya tanpa suara pada Tiara yang sedang memeluk anak kecil yang masih tertidur di pelukannya.Tiara hanya mengangguk saja, yang penting dia bisa keluar dari sini.Setelah Tiara dan Bimo keluar dari ruangan, Sari terlihat sedikit lengah karena dia memberitahu Tiara ke mana jalan keluar.Bram langsung mengambil pisau miliknya dan langsung menusukkan ke arah pe
"Hai Kila" sahutnya Sari sambil tersenyum dan mengacak rambut gadis kecil itu."Aunty kapan campe?" tanya gadis itu sambil meminum jusnya.Saat ini Kila sedang ada di teras depan, sang ibu sedang membuat makanan untuk anaknya di dapur."Mama mana Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu."Di dayam, aku liat Mama cedang mengoseng-oseng" sahutnya sambil memperagakan sang ibu menumis dan suara 'seng… seng' dari bibir mungilnya.Sari yang mendengar itu hanya terkekeh saja, "Mau ikut Aunty tidak?" "Ke mana Aunty?""Kita beli eskrim dan biskuit kesukaan Kila, mau?"Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya semangat, Sari langsung menggandeng sebelah tangan mungil gadis itu membawanya ke arah mobil."Kila sudah sama aku, aku akan ke sana"[Baiklah, aku juga sudah menemukan anak yang mirip dengan Kila]"Jangan kau apa-apakan anak itu"[Iya, kau tenang saja]Sari hanya menghela nafas panjang lalu membuka pintu mobilnya, "Kenapa aku bisa percaya sama wanita ODGJ ini" monolognya s
"Kamu yakin Tiara pelakunya?" tanya Bryan sambil duduk di samping sang kakak. Dia tidak percaya kalau Tiara bisa melakukan itu, saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah Sara dengan dua gelas kopi di atas meja yang menengahi mereka.Erham menganggukkan kepalanya, "Kakak sempat menyelidiki kasus ini. Ada 2 saksi mata melihat wajah Tiara yang sedang bertransaksi di Pelabuhan"Bryan sempat terdiam beberapa detik, pemuda itu jadi berpikir kenapa bisa wanita itu berubah menjadi seperti ini?.Dulu Tiara hanya memanfaatkannya saja untuk kepentingan perusahaan milik wanita itu."Polisi sudah menangkapnya?" Erham menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya, "Sayangnya Polisi tidak bisa menangkap wanita itu, dia kabur saat Polisi sampai di TKP""Lalu bagaimana dengan pemuda yang sudah menyelamatkan Kila?""Dia mahasiswa semester 5 yang berjualan bakso keliling, dia berbicara jujur ketika bilang ingin mengantarkan Kila pulang. Polisi sempat mencaritahu latar belakang pemuda i
Sara terbangun di sebuah kamar, wanita itu terlihat memegang kepalanya setelah bangun lalu dia mengikat rambut."Kila" lirihnya, Sara langsung bangkit dan saat dia akan membuka pintu.Pintu terbuka dari luar, Bryan langsung memegang kedua pundak wanita itu yang hampir terjatuh."Kila…Kila…" sahutnya sambil berusaha untuk melepas kedua tangan pemuda itu dari pundaknya."Sara tenang, Erham dan yang lain sedang mencari Kila" Sara terdiam dan menoleh ke arah Bryan dengan tatapan kosong dan lelehan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Bryan langsung memeluk wanita itu dan Sara hanya diam saja namun tiba-tiba Sara memberontak dan meminta Bryan untuk pergi.Wanita itu kembali takut dengan Bryan, pemuda itu tidak melepas pelukannya dan berusaha untuk menenangkan wanita cantik itu."Bryan, lepaskan Sara" sahut Vina sambil menepuk lembut sebelah pundak pemuda itu.Bryan menoleh ke arah Vina, "Jangan dipaksa, lepaskan dia pelan-pelan. Lebih baik kamu ke dapur ambilkan minum untuk Sara"Pemu