Saat ini Sara sedang ada di toilet untuk membenarkan penampilannya. Jujur saja dia sangat gugup hari ini karena dia akan bertemu dengan klien dari luar negri.
"Huh, semangat. Jangan sampai keluar, nyari pekerjaan susah apalagi nyari jodoh," sahutnya sambil menghela nafas panjang. Setelah selesai merapihkan penampilannya, Sara keluar dari toilet menuju ke arah tempat bos tampannya berada. Saat sedang berjalan menuju ke arah ruangan tempat Bryan dan cliennya berada, ada seseorang yang menyeretnya menuju ke arah gudang belakang. Seseorang itu memakai topi, masker dan jaket yang tudungnya dia naikkan untuk menutupi topi dan kepalanya. Seseorang itu mencekik Sara cukup kuat, Sara tentu saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan cekikan seseorang itu. "Bisa-bisanya kau hidup dengan baik setelah merenggut nyawa Fanya" sahutnya, terlihat rahangnya mengeras karena marah. Sara tidak bisa berkata-kata apa-apa karena dia kesulitan bernafas. tangannya berusaha untuk melepaskan cekikannya sambil mencakar tangan pemuda itu. "Apa maksud anda? Siapa Fanya?" sahutnya lirih dengan susah payah. "Hei, siapa di sana?" tanya salah satu staf yang sedang membuang sampah. Mendengar suara salah satu staf, seseorang itu segera melepas cekikan Sara dan kabur dari sana. Sedangkan Sara terjatuh ke tanah sambil terbatuk-batuk dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Mba tidak apa-apa?" tanya salah satu staf perempuan di sana, salah satu staf laki-laki mengejar seseorang itu. Sara menggelengkan kepalanya dan staf perempuan itu membantu Sara berdiri lalu masuk ke dalam. **** Saat sudah dekat dengan ruangan bos yang mereka tempati, Sara sudah mendengar suara obrolan di dalam. Gadis itu masih memegangi lehernya yang sakit dan sedikit memerah, Sara membenarkan penampilannya sejenak sebelum masuk ke dalam. Setelah Sara mengetuk pintu, dia menggeser dan masuk ke dalam dan benar saja sudah ada klien di dalam. Gadis itu hanya tersenyum pada kedua pria tampan di depannya, mereka juga membalas senyuman gadis itu. "Mohon maaf atas keterlambatan saya, saya dari toilet tadi," sahutnya yang sedikit fasih berbahasa Arab. Bryan dan ketiga pria tampan di depannya terkejut karena Sara bisa berbahasa Arab, Bryan hanya bisa sedikit bahasa Arab dan dia mengobrol dengan kedua kliennya menggunakan bahasa Inggris. "Tidak apa-apa, kau pandai berbahasa Arab" sahut salah satu pria tampan di depan Bryan. "Hanya sedikit saja," sahut gadis itu sambil tersenyum. Bryan kembali membuka percakapan, nama kedua pria di depan mereka ini ada Afkhar dan Ajmal. Afkhar yang berbicara dengan Sara barusan seorang CEO dan Ajmal asisten pribadinya. Setelah mereka mengobrol dan membuat kesepakatan, kedua pria tampan itu pamit undur diri. Bryan terlihat tersenyum karena dia bisa memenangkan kerja sama ini berkat gadis itu. Sara yang melihat bosnya tersenyum, ia pun merasa senang karena berhasil meyakinkan mereka. "Good job girl," monolognya pada dirinya sendiri sambil menepuk singkat kedua pundaknya. Bryan bangkit dari duduknya, namun dia langsung berpegangan pada tembok sekitar sambil memegang kepalanya. Sara yang melihat itu terkejut dan khawatir pada pemuda itu langsung memegang lengannya. Bryan melepas tangan gadis itu lembut dan bilang kalau dia baik-baik saja, padahal kepalanya terasa seperti berputar-putar. "Jangan sungkan, saya tidak akan macam-macam pada Bapak. Saya bantu Bapak ke mobil dan kita ke Rumah Sakit," sahut gadis itu. Bryan yang mendengar itu hanya diam saja dan menurut, dia bahkan bertumpu pada gadis itu membuat Sara meniup poninya kesal karena pemuda itu cukup berat. Dia bersusah payah menggotong pemuda itu keluar dari resto, beruntungnya ada pelayan pria yang membantunya juga menggotong pemuda itu ke mobil. Setelah mendudukan pemuda itu di kursi penumpang, Sara mengucapkan terima kasih pada pelayan dan masuk ke dalam mobil. Tak lama mereka sampai di rumah sakit dan gadis itu kembali menggotong pemuda tampan itu ke UGD. Dokter langsung menangani pemuda itu, dokter bilang kalau pemuda itu hanya kelelahan. Setelah infus yang berisi vitamin habis dan pemuda itu merasa baikan, dia boleh pulang. "Kamu ambil dompet saya untuk bayar Administrasi," sahut pemuda itu. "Dompet Bapak di mana?" Pemuda itu menunjuk kantung celana sebelah kanan, Sara yang melihat ke arah telunjuk pemuda itu tentu saja langsung merasa tidak nyaman. "Bapak bisa ambil sendiri dan kasih kepada saya," "Ingat bukan apa yang saya bilang ke kamu?" Gadis itu menghela nafas panjang, "Kakak bisa ambil dompetnya terus kasih ke aku" "Tubuh saya terlalu lemas, kamu ambil sendiri. Hati-hati jangan sampai salah pegang," Sara hanya mendengus dan mendekat pada pemuda itu, dia berdoa dalam hati semoga saja tidak salah pegang. Sara mulai memasukkan sebelah tangan mungilnya ke dalam saku celana pemuda itu dengan pelan-pelan. gadis itu terlihat memalingkan wajahnya membuat Bryan menahan tawanya saat melihat ekspresi gadis cantik itu. Setelah ketemu dia merasa lega dan segera pergi dari UGD menuju ke bagian administrasi untuk bayar admin rumah sakit. Melihat gadis itu keluar pergi dari sana Bryan memutuskan untuk memejamkan matanya. Ia lupa meminta tolong pada gadis itu untuk sekalian membeli air mineral. Disisi lain, setelah membayar admin Sara pergi ke minimarket untuk membeli air mineral dan roti. Sara tadi makan sedikit karena dia tidak begitu menyukai makanannya, setelah membayar dia langsung kembali ke UGD takut kalau Bryan membutuhkan sesuatu.**** Pemuda itu berjalan sedikit sempoyongan masuk ke dalam rumah, Bibi yang melihat tuan mudanya pucat langsung menghampirinya dan memapahnya. "Den baik-baik saja? Mari Bibi antar ke kamar," Bryan hanya mengangguk dan bibi mengantarkan pemuda itu ke kamarnya, setelah mengantarkan pemuda tampan itu ke kamarnya. Beliau menuju ke dapur untuk membuatkan pemuda itu teh madu. Tak lama kemudian seorang pria paruh baya masuk ke dalam rumah, beliau terlihat bingung saat melihat pembantunya membuat teh madu dengan ekspresi wajah yang terlihat khawatir. "Itu untuk siapa Bi?" tanya beliau, menuju ke arah dapur sekalian ingin mengambil minum. "Eh Tuan sudah pulang, ini untuk Den Bryan Tuan. Den Bryan sedang sakit," sahutnya sambil mencuci tangannya di wastafel."Sakit apa dia?" "Saya kurang tau Tuan, tubuhnya terasa hangat dan saat ini Den Bryan sedang ada di kamarnya," beliau hanya mengangguk, setelah minum beliau menuju ke arah ruang kerjanya untuk mengambil dokumen, setelah itu Beliau akan kembali ke perusahaan. "Bi, saya berangkat ya. Tolong jaga anak itu, jangan sampai dia tidak mau makan," sahutnya pada Bibi. Bryan sempat melihat sang ayah pergi dari rumah dengan tatapan khasnya yang dingin dan datar. Pemuda itu turun ke bawah lalu menuju ke arah dapur. Tubuhnya sudah mulai enakan dan dia merasa tubuhnya lengket. Bryan ingin mandi dengan air hangat, "Bibi tolong siapkan air hangat untuk aku mandi, aku akan mandi setelah selesai makan," sahutnya masih dengan suara yang sedikit serak. Bibi mengangguk, beliau mengambilkan pemuda itu air minum terlebih dulu setelah itu pergi ke kamarnya untuk menyiapkan air hangat. Bryan makan sendirian di dapur dengan tenang sambil sesekali dia mengecek ponselnya. "Apa tadi aku tidak salah lihat? Leher Sara sedikit memerah dan memar" monolognya, dia jadi teringat dengan Sara dan tak sengaja melihat ke arah leher Sara saat gadis itu berdiri di sampingnya.Keesokan harinya "Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan. Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu. "Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk. "Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal. "Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya. Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga p
"Itu leher kamu kenapa?" tanya Tiara khawatir. "Kemarin tiba-tiba ada orang aneh yang langsung mencekik aku terus bilang, aku masih bisa hidup baik-baik saja setelah menghilangkan nyawa Fanya, Fanya anaknya siapa aku aja ga tau" sahutnya santai. Tiara yang mendengar itu langsung terdiam, Sara yang melihat Tiara diam saja mengerutkan keningnya. Baru saja dia akan mengeluarkan suara, Sara mendapatkan notifikasi Wa dari atasannya. Bryan tau kalau ada Tiara di sana, dan dia membiarkannya saja karena yang dia lihat gadis itu tetap bekerja dan sepertinya Tiara membantu pekerjaan gadis itu. "Beb, aku ke ruangan Pak Bos dulu ya, kenapa aku takut ya? Apa aku mau diomelin lagi," sahutnya sambil menyimpan file-filenya terlebih dulu. "Tolong liatin dan cek apa sudah disimpan atau belum file-filenya aku takut lupa" sahutnya sebelum membuka pintu. Tiara menganggukkan kepalanya dan gadis itu keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Bryan. "Ada apa ya Pak?" tanya gadis itu setelah menutup
Seorang gadis cantik turun dari taksi, dia sempat merapihkan penampilan sejenak lalu masuk ke dalam lobi perusahaannya. Saat masuk ke dalam lobi dia agak bingung karena ramai sekali orang di sana. Sampai dia melihat temannya yang menuju ke arahnya sambil memainkan ponselnya. Langsung saja Sara menghalangi gadis itu membuat gadis itu terkejut, "Eh Titi, kok rame sih? Ada apa?" "Pak Bryan buka loker buat Sekretaris dan mereka kandidatnya," sahut gadis itu santai, karena dia ada urusan dan dia terburu-buru dia langsung pamit pada gadis itu dan pergi keluar perusahaan. Gadis itu masuk ke dalam, saat dia akan menekan lift ada seseorang yang berdehem padanya membuat gadis itu terkejut. Saat Sara menoleh ke samping dia hanya tersenyum sambil menggaruk kepala bagian belakangnya saja saat melihat pemuda tampan yang sudah melipat tangannya di depan dadanya. "Alasan kali ini apa lagi" sahutnya datar. "Saya ga ada alasan, Bapak sendiri yang meminta saya menemui klien dulu sebelum sampa
Seorang anak remaja dengan baju yang sedikit tercabik dan tubuhnya yang terlihat sangat kurus duduk meringkuk dengan tubuh yang sedikit gemetar. Dia duduk meringkuk dekat bangku taman yang ada di pojok, terlihat banyak anak-anak seusianya dan lebih kecil darinya bermain di sana menghiraukan anak remaja itu. Sampai dia merasakan ada yang mendekat bahkan berdiri di depannya membuat anak laki-laki itu mengangkat kepalanya. Dia menoleh ke atas dengan tatapan kosong dan lelehan air mata di pipinya, ada anak laki-laki tampan yang sepertinya usia anak itu di bawahnya. Anak itu tersenyum manis dan terlihat gigi sampingnya yang ompong.Anak manis itu menyodorkan tangan sebelah kanannya ke arahnya, ia hanya menatap kosong ke arah tangan mungil itu. Karena anak laki-laki itu pegal menyodorkan sebelah tangannya ke arah anak remaja di depannya dan ia tidak menyambut sebelah tangan mungilnya.Anak manis itu berdecak lucu lalu mampoutkan bibirnya kesal, "Tata ga mau bangun? Pegal tau," sahutnya
Keesokan harinya Sara datang tepat waktu sampai di kantor dan dia langsung ke ruangannya, gadis itu ingin tidur sebentar karena dia sangat mengantuk. Tubuhnya juga sedang tidak begitu fit karena sedang datang bulan, Erham ada di sana mereka saling menyapa dan gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Erham yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?" tanya pemuda itu, dia sedang membereskan barang-barangnya. Mulai hari ini dia akan kembali ke ruangannya dan gadis itu akan dibantu oleh sekretaris baru. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya sedang datang bulan Kak jadi kayak gini," sahutnya agak lesu. "Kalau sakit seharusnya jangan masuk," Gadis itu hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda itu, "Pengennya libur tapi kerjaan lagi banyak,""Tiap hari juga banyak pekerjaan kamu banyak" "Betul juga ya" sahutnya sambil cekikikan. Erham hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pamit undur diri, pemuda itu bilang pada Sara kalau sekretaris yang baru a
Saat ini Sara sedang mempelajari materinya, begitupula dengan Fitri. Tapi gadis itu terlihat kesulitan. Sara sempat melihat itu tapi dia menghiraukannya, dia heran dengan gadis itu yang memiliki gengsi tinggi. Tak lama Bryan mengetuk pintu ruangan mereka dan mereka langsung bersiap, setelah makan siang mereka akan pergi ke perusahaan lain untuk bertemu dengan klien lain. Mereka naik mobil Bryan menuju ke arah restoran Jepang, sepanjang jalan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak memakan waktu satu jam, mereka sampai di restoran Jepang. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Sara dan Erham turun duluan karena mereka yang mereservasi tempatnya, Fitri ada di samping Bryan. Gadis itu berusaha untuk caper pada Bryan tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, membuat Fitri mendengus. Mereka duduk di ruangan dan Sara sibuk melihat-lihat materi lagi, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia memutuskan untuk melihat materinya kembali sambil menunggu.Tak lama pintu d
Fitri sudah pulang duluan, sedangkan gadis itu belum pulang. Dia harus lembur karena laporannya yang hilang. Sara tentu saja dimarahi oleh Bryan, meski pemuda itu tidak menaikkan suaranya, gadis itu sukses ketakutan. Selain Sara masih ada Bryan di kantor, saat dia keluar dari ruangannya. Bryan melihat lampu ruangan gadis itu yang masih menyala, langsung ia menuju ke arah ruangan gadis itu. Dia mengetuk pintu ruangan gadis itu lalu masuk ke dalam, terlihat Sara yang sedang duduk depan laptop dengan wajah sembab habis menangis. "Pulang, saya tidak menyuruh kamu lembur" sahutnya dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sara hanya mengangguk saja dan Bryan mengantar gadis itu pulang.****Keesokan harinyaSebelum ke ruangannya, Bryan menuju ke ruangan Sara terlebih dulu. Dia menaruh minuman di atas meja gadis itu dan sedikit menutupinya dengan dokumen-dokumen yang ada di sana. Tak lupa dia menempelkan note pada layar komputer gadis itu, setelah itu dia kembali ke ruanga
"Anda yakin ingin mengadopsinya?" tanya wanita di depannya yang masih terlihat cantik dan bugar diusianya yang sudah menginjak kepala 4.Jeno mengangguk sambil menaruh gelas berisi teh itu ke atas meja, "Iya, saya yakin dan istri saya setuju," sahutnya santai. Wanita itu mengangguk bahkan tersenyum, "Terimakasih," sahutnya sambil meneteskan air matanya. Jeno yang melihat itu tersenyum sambil mengangguk dia memberikan sapu tangannya pada beliau. Beliau hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih, "Saya sungguh berterimakasih pada anda yang sudah mau mengadopsi Roni, setelah anda mengadopsinya saya harap anda bisa mengganti namanya agar dia bisa membuka lembaran baru," sahutnya sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan pria tampan itu. Jeno mengangguk, "Berapa usia anak itu?""11 tahun," "Oh beda 3 tahun dengan Bryan,"Beliau mengerutkan keningnya, "Bryan berusia 8 tahun? Saya kira dia masih berusia s