Risa sangat terkejut ketika mengecek Gilang di dalam kamar. Lelaki itu ternyata memang sudah tidur kembali seperti yang dikatakan oleh ibunya. Risa yang merasa kesal segera mengikuti saran yang dianjurkan oleh Bu Adiguna. Perempuan itu mengambil air dan langsung membasahi kedua telapak tangannya."Bangun dong Kak." Risa mengusap wajah Gilang dengan kedua telapak tangannya yang dibasahi oleh air.Gilang terkejut dan langsung bangun ketika wajahnya sudah basah oleh tangan Risa. Lelaki itu sedikit merengut sebelum kembali memeluk Risa dan membenamkan kepalanya di perut istrinya itu."Kenapa kamu berubah menjadi mama? Dulu mama yang selalu membangunkan aku dengan mengucapkan air di wajahku," sungut Gilang seraya bangun dari tempat tidur. Lelaki itu masuk ke dalam kamar mandi dan segera mencuci muka dan menyikat giginya.Risa pun sangat yakin bahwa Gilang tidak mungkin kembali tertidur. Dia segera masuk ke dalam kamar Amira dan membangunkan Amira untuk sahur. Beruntungnya Amira tidak terla
Perempuan yang tengah menerima kiriman video itu hanya menyeringai dengan tatapan tajam. Kebencian membuncah di dalam dadanya ketika melihat bagaimana Gilang membakar foto dirinya.Allea menghabiskan bir yang masih tersisa di dalam gelasnya, lalu membanting gelas itu hingga pecah. Perempuan itu pun melenggang pergi untuk pulang ke apartemennya."Benar-benar brengsek. Berani-beraninya dia membakar fotoku. Berani-beraninya dia menghapus kenanganku di rumah itu. Aku tidak akan pernah membiarkan kalian semua hidup berbahagia!" Allea menatap tajam foto Gilang yang terpampang dengan ukuran besar di kamarnya.Tatapan mata Allea kemudian tertuju pada foto keluarga yang juga terpampang berukuran besar di atas kepala ranjangnya. Foto dirinya sedang berpelukan dengan nyonya Adiguna membuat perempuan itu mengambil sebuah pisau dan melemparkan pisau tersebut tepat di dada nyonya Adiguna."Aku tidak akan pernah membiarkan kamu ikut berbahagia bersama anak dan cucumu. Aku pastikan kamu juga akan men
Pak Adiguna segera menggandeng kedua cucunya menuju penjual gulali yang terletak di salah satu sudut pasar Bedug. Lelaki itu setengah terengah-engah karena ditarik-tarik oleh Galuh Dan Galih."Galih mau yang warna merah." Galih meloncat-loncat mengambil gulali berwarna merah berukuran besar.Penjual gulali segera mengambil gulali tersebut dan memberikannya kepada Galih."Nggak ada uang pas Pak? Harganya rp15.000 saja." Penjual gulali memperhatikan uang berwarna merah yang berada di tangannya."Oh sebentar. Rasanya ada uang kecil di dalam dompet," sahut Pak Adiguna sambil meraba dompetnya dan mencari uang pecahan rp10.000."Opa buruan dong." Galuh yang sudah tidak sabar lagi akhirnya meninggalkan opanya yang sedang sibuk mencari pecahan uang kecil di dalam dompet. Bocah kecil itu segera berlari menuju penjual popcorn dan menyelinap di antara keramaian orang-orang.Pak Adiguna yang sudah menemukan uang rp20.000 di dalam dompetnya segera memberikan kepada penjual gulali. Betapa terkejutn
Gilang terperangah mendengar ucapan Anton. Dia menghampiri pemuda itu dan menatap Galuh yang saat itu berada di gendongannya."Maksud anda apa?" "Anak anda tadi hampir saja diculik oleh seorang lelaki berbadan kekar. Beruntungnya anak anda memiliki kecerdasan yang luar biasa dan mengenali mengenali saya di tik tok. Hal itu membuat dia berpura-pura berbincang dengan saya hingga akhirnya saya bisa menangkap bahwa dia sedang berada di dalam bahaya," sahut Anton sambil tersenyum.Gilang mengusap rambut Galuh dengan penuh kasih. Ada rasa lega di dalam hatinya karena baik dia maupun Risa selalu memberi penjelasan kepada anak-anaknya bagaimana cara menyelamatkan diri jika berada di dalam bahaya.Dan yang paling membuat Gilang bersyukur adalah anak-anaknya yang bisa mendengarkan dan mencerna ucapan orang tua dengan baik dan bisa mempraktekkannya."Saya benar-benar mengucapkan terima kasih karena Anda sudah menyelamatkan anak saya." Gilang menyalami Anton dan menepuk bahu pemuda itu dengan ha
Prangggg ....!"Benar-benar sial! Tak ada satupun anak buahku di Indonesia yang bisa diandalkan. Mereka semua benar-benar bodoh. Tidak ada yang cerdas satupun!" Allea kembali membanting gelas berisi wine yang berada di tangannya.Dia baru saja mendapat kabar dari anak buahnya bahwa mereka sudah gagal menculik anak Gilang."Sepertinya memang harus aku sendiri yang turun tangan untuk menghabisi mereka. Aku tidak akan pernah lagi membiarkan hatiku sakit melihat Gilang berbahagia dengan keluarganya. Memang harus aku sendiri yang turun tangan dan menyelesaikan masalah ini." Allea menatap sinis pada foto Gilang yang masih terpampang di dalam kamarnya.Perempuan itu pun segera membuka aplikasi Traveloka untuk memesan tiket pesawat. Tak sabar lagi bagi dia ingin segera mengakhiri penderitaannya dan melihat penderitaan keluarga Gilang untuk kedepannya."Aku akan melakukan apapun yang aku yakini bisa membuatku bahagia. Aku tidak akan pernah membiarkan Gilang dan keluarganya hidup tenang. Mereka
Risa mengecek secara detail persiapan ulang tahun Galuh dan Galih yang dirayakan secara meriah. Gilang sengaja mengundang para relasi bisnis dan teman-temannya dalam perayaan kali ini.Sebelumnya, Gilang tidak setuju kalau ulang tahun anak-anaknya di rayakan dengan meriah. Setiap ulang tahun Amira, Galuh dan Galih, mereka memilih untuk merayakannya di panti asuhan. Berbagi kebaikan pada anak-anak yatim di sana.Namun, kali ini Gilang meminta Risa untuk mengadakan pesta ulang tahun yang meriah. Ketika Risa tanya alasannya, Gilang mengatakan kalau dia ingin melihat anaknya bahagia berada ditengah-tengah pesta. Risa merasa itu jawaban yang aneh. "Nggak biasanya Kak Gilang seperti ini," bisik Risa seorang diri.Gilang juga meminta Risa untuk mengundang anak-anak yatim dan panti asuhan yang sering mereka kunjungi. Gilang mengatakan, ia ingin mengajak anak-anak tersebut melihat pesta ulang tahun dan berbagi lebih banyak lagi.Gilang memang suka berbuat baik. Bahkan sampai Sekarang, Gilang
"Ya udah deh. Mama dan Papa nginap di sini." Nyonya Adiguna tersenyum membuat Gilang mencium punggung tangannya dengan takzim."Makasih, Ma. Pa."Gio hanya menggeleng melihat kelakuan kakaknya yang dianggap terlalu lebay. Risa pun sebenarnya merasa melihat Gilang yang memiliki karakter tidak sama dengan suaminya yang begitu tegas dan tidak manja."Gue balik dulu, Kak. Udah malam," ujar Gio melirik jam tangannya."Lo juga nginap di sini, Gi. Gue mohon," ujar Gilang dengan wajah memohon."Eh, Kak. Lo kenapa, sih? Melow amat?" Gio mengerutkan keningnya."Gue pengen aja, kita kumpul rame-rame kayak masih kecil dulu!" Gilang kembali merebahkan kepalanya di pangkuan Mamanya. Hal itu membuat Gio mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah.Akhirnya, malam itu mereka berkumpul bersama. Mereka bercengkrama dengan hangat. Risa sesekali ikut tertawa saat mendengar kekonyolan mereka bertiga ketika masih kecil.*****Pukul dua dini hari, Risa merasa tenggorokannya kering. Ia melihat gelas di atas n
"Mati kau Gilang! Lebih baik kau mati dari pada menambah luka hatiku!" Allea tertawa terbahak-bahak."Allea ....!" Gilang memegangi dadanya.Risa terkejut ketika tiba-tiba Gilang meraba dadanya dan ...Darah mengalir dengan deras."Kakak ...! Ya Allah." Air mata Risa mengalir dengan deras. Dia tidak kuasa melihat Gilang yang bersimbah darah."Alea. Kamu sudah gila!" Mamanya Gilang membantu Risa menyanggah tubuh Gilang yang hampir tumbang."Kita akan mati bersama-sama, Gilang. Aku mencintaimu!"Dhuarr ...!Alea menembakkan pistol tersebut ke dadanya. Mata Alea melotot, dengan darah segar mengalir deras dari mulutnya.Alea ambruk ke lantai. Dengan pistol yang masih di tangannya. Alea merenggang nyawa."Allea ....!" Mamanya Gilang terkejut ketika melihat Allea yang benar-benar sudah tidak berkutik dan sudah mati.Risa memeluk tubuh Gilang yang bersimbah darah. Ia merasakan tubuh suaminya semakin dingin. "Gio... Cepat panggilkan ambulans!" Risa berteriak dengan lantang dan suara yang be