"Kamu mau makan di mana?" Tanya Gilang menatap Risa. Mereka baru saja selesai berlatih berenang dan Gilang mengajak Risa berbelanja di mall."Terserah kakak saja," jawab Risa.Gilang melajukan kendaraannya dan berhenti pada sebuah restoran yang cukup mewah."Kak …" Risa menahan tangan Gilang yang menggandengnya.Gilang menatap Risa heran. "Ada apa?" Gilang mengerutkan keningnya melihat sikap Risa."A-aku tidak suka makan makanan yang mewah," ujar Risa malu."Steak?" Gilang tersenyum. Risa hanya mengangguk, memperlihatkan wajah tidak bersemangat. Ia memang hanya ingin makan di rumah makan Padang.Gilang tidak memperdulikan permintaan istrinya itu. Tangan besarnya tetap menggenggam tangan Risa dan membawanya masuk ke dalam restoran tersebut.Gilang memesan meja VIP yang mana hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan itu.Beberapa pelayan restoran menyajikan banyak makanan membuat Risa terbelalak karena semua makanan itu, adalah makanan favoritnya. Ada Bakso jumbo, Ayam geprek, d
"Hingga akhirnya apa, Kak?" tanya Risa lagi.Wajah Gilang berubah keruh, ada kesedihan yang amat mendalam di sana."Mega sering sakit-sakitan, setiap hari muntah-muntah, sampai Mega pingsan ketika akan membuat teh di dapur. Aku memanggil Dokter untuk menangani Mega, tapi duniaku terasa runtuh saat mendengar perkataan Dokter." Gilang menahan sakit di dadanya."Dokter mengatakan kalau Mega sedang berbadan dua. Hatiku sakit, sesak, aku marah pada diriku sendiri karena aku tidak bisa menjaga Mega. Padahal aku sangat mencintainya. Mendengar ada makhluk haram di dalam perutnya, Mega memukul-mukul perutnya dan mencoba melakukan percobaan bunuh diri." Risa semakin menutup mulutnya."Kak Gading ingin menikahi Mega, tapi mama dan papa melarang. Mreka malah ingin mencari orang lain yang akan menggantikan posisi Kak Gading menjadi suami Mega. Hal itu membuat Kak Gading marah besar. Sehingga akhirnya dia memilih lari dari rumah mama, dan akhirnya pindah ke rumah ini." Gilang menatap Risa sekilas,
Gilang menyelesaikan cerita tentang dia dan Gading. Lelaki itu kembali melangkah menuju Jendela. Risa pun mengikuti Gilang dan berdiri di samping suaminya, lalu menyibak tirai dan menatap bintang yang bertaburan. Sepasang suami istri itu sama-sama merasakan ada sesuatu yang menghimpit jiwa mereka. Gilang menoleh ke arah Risa sesaat sebelum dia melanjutkan ceritanya."Pagi itu, aku mendengar Kak Gading ribut hebat dengan mama dan papa. Mama memaksa Kak Gading untuk menceraikan Mega dengan alasan Mega bukanlah orang baik. Namun, tentu saja Kak Gading menolak. Karena Kak Gading tahu, Mega seutuhnya mencintai Kak Gading sebagai suami dan ayah dari anaknya. Bersamaan dengan itu pula, Kak Gading mendapat telpon dari Agen Fly to me, bahwa ada pasien yang membutuhkan donor organ segera." Cerita itu mengalir dari bibir Gilang dengan beban yang masih terasa berat."Tanpa pikir panjang, Kak Gading berangkat menunaikan tugasnya. Aku mengantarkan Kak Gading ke pelabuhan udara helikopter yang akan
"Ya, Alea. Dia adalah perempuan berhati iblis. Dia begitu terobsesi padaku sejak kecil, tapi, aku tidak pernah merespon," jawab Gilang seraya menggemelutukkan giginya."Terobsesi? Maksudnya?" Risa sungguh tidak mengerti maksud dari perkataan Gilang."Allea adalah saudara jauh dari mama. ayahnya meninggal dunia karena sebuah kecelakaan. Hal itu menyebabkan Allea tinggal bersama kami, sedangkan ibunya menikah lagi. Mama mengambil Alea karena Alea sangat cantik, dan mama menginginkan anak perempuan. Mama dan papa menganggap Alea sebagai anak kandungnya, karena kami semua tumbuh bersama." Gilang masih memperlihatkan wajah bencinya."Namun, Alea memendam rasa padaku dan begitu terobsesi untuk memilikiku. Allea lalu meminta restu dari mama dan papa untuk mencintaiku, tentu saja di dukung oleh mama dan papa," Gilang lalu berdiri dan menatap kolam renang yang berada di bawah kamarnya."Lalu, mengapa kakak mengatakan, kalau Alea pembunuh?" Risa semakin penasaran dengan kebenaran cerita yang di
"Aku dan Gio sudah berangkat ke kantor polisi, dan Gio memberikan kesaksian, tapi, Gio hanya sendirian, itu tidaklah bisa menjadi bukti yang kuat. Karena kami harus memiliki dua saksi mata. Pihak polisi meminta bukti yang lain, kami mengambil rekaman CCTV diseluruh sudut rumah. Namun, hasilnya nihil," ujar Gilang dengan raut wajah kecewa."Nihil?" Tanya Risa tidak mengerti."Iya, karena pada hari itu, menurut mama seluruh CCTV di rumah rusak. Aku pun mengecek Kamera CCTV, dan ternyata, memang benar rusak. Namun, aku mencium keganjilan, karena ketika aku pergi, kamera tersebut masih baik-baik saja."Apa tidak ada petunjuk kalau CCTV itu pecah atau bagaimana?" Tanya Risa lagi. Sesaat Gilang menatap wajah Risa dengan tatapan lirih."Pelakunya bekerja dengan baik, tidak ada yang nampak mencurigakan dari rusaknya CCTV tersebut, karena memang, kerusakan sepertinya berasal dari sistem dan kabel CCTV itu sendiri. Aku yakin, Alea sudah merencanakan pembunuhan terhadap Mega." "Lalu, kakak tida
Pagi itu, Risa membantu Gilang memasangkan dasi seperti biasa. Gilang menatap wajah Risa yang tertunduk. Tidak seperti biasanya."Apa kamu sakit?" Tanya Gilang meraba kening Risa, dan meraih pinggang istrinya itu ke dalam pelukannya.Risa hanya menggeleng pelan. Gilang yang mendapat jawaban dengan gelengan kepala oleh Risa hanya bisa mengerutkan keningnya. Ketika Risa hendak melangkah mengambil jas untuk Gilang, tangan kekar lelaki itu meraih tubuh Risa dan memeluknya dari belakang. Lalu mengusap perut Risa lembut. "Aku berharap, secepatnya, ada Gilang junior di dalam sini," ujar Gilang mencium pipi Risa dan menopang dagunya di pundak istrinya itu.Risa pun memejamkan mata, mencerna perkataan lelaki yang ada dihadapannya itu. Jika pernikahan ini hanya sandiwara dan suatu saat akan berakhir, lalu untuk apa kehadiran putra mahkota yang sangat diharapkan oleh Gilang. Risa hanya terdiam, tanpa suara."Nanti, aku minta Pak Sapto menjemputmu sebelum jam makan siang, bersiaplah, aku ingin m
Risa kalah oleh kenyataan itu. Karena bagaimanapun, Risa tidak mungkin bisa mengubah masa lalu Gilang. Dia tidak mungkin datang terlebih dahulu dalam kehidupan Gilang dan memenangkan hati lelaki yang dicintainya itu sebelum Gilang bertemu dengan Mega.Dan … bahkan jika Risa yang datang lebih dahulu dalam kehidupan Gilang, mungkin saat ini Risa yang sudah menjadi tengkorak, bukan Mega."Kakak mau aku banguni jam berapa?" Tanya Risa masih membelai rambut Gilang.Gilang membuka matanya dan menatap Risa lekat-lekat,"Siapa bilang aku mau tidur?" Gilang tersenyum. Senyum termanis yang pernah Risa lihat."Lalu, ini?" Tanya Risa menunjuk posisi Gilang yang berbaring di pangkuannya."Aku hanya stres, dan butuh tempat ternyaman untuk menyegarkan otakku," ujar Gilang kembali memejamkan mata."Risa …" Gilang memanggil Risa tanpa membuka matanya."Iya, Kak," jawab Risa menatap wajah lelaki yang ada dihadapannya itu."Apa kamu pernah punya pacar?" Tanya Gilang membuka matanya dan menatap bola mata
"Aaahhhh ..." Risa memeluk Gilang dengan erat karena film yang ditayangkan adalah film horor.Gilang hanya tersenyum melihat Risa yang memeluknya. Lelaki itu ikut memeluk Risa dengan hangat dan sesekali mencuri ciuman di pipi istrinya itu. "Kak, kita pulang aja yuk. Aku takut." Risa akhirnya merebahkan kepalanya di dada bidang Gilang membuat Gilang tersenyum penuh kemenangan."Tapi filmnya belum selesai.""Tapi aku takut, Kak.""Ya udah, kamu peluk kakak aja. Jangan nonton lagi." "Ish.""Orang nggak akan lihat, kok. Sini, duduk di pangkuan Kakak aja." Gilang memaksa Risa duduk dipangkuannya dan membenamkan wajah istrinya itu di dada.Risa yang memang sangat ketakutan akhirnya menuruti perkataan Gilang dan tertidur di pelukan suaminya.Gilang membawa Risa keluar dari bioskop sambil dengan menggendong perempuan itu karena Risa tertidur dengan nyenyak."Kamu tahu? Aku suka melihatmu yang manja seperti ini." Gilang berbisik setelah meletakkan Risa di atas ranjang.***Pagi-pagi sekali,