Lisbeth begitu terkejut tangannya di pegang seseorang, dan saat melihat siapa yang memegang tangannya tersebut, wanita tua itu pun semakin terkejut."Lu..Lucas!" gumamnya dengan mata terbelalak."Jadi ini maksud Mama ingin bertemu dengan istriku?" sahut Lucas, wajahnya terlihat begitu marah dengan tatapan tajam memandang Ibunya tersebut."Bu..bukan begitu, dia bicara tidak sopan pada Mama, jadi Mama bermaksud ingin memberi dia pelajaran, agar dia tahu siapa dia sebenarnya!" ujar Lisbeth membela diri.Lucas melepaskan tangan Ibunya yang hampir saja menampar wajah Julia."Mama, kamu semakin tidak punya rasa malu, bukankah Mama yang memprovokasi Julia, sehingga dia bisa sampai bicara seperti itu pada Mama? aku mendengarkan semua apa yang Mama katakan padanya!" kata Lucas."A..aku...!" Lisbeth tidak bisa membela diri lagi."Apa ini? Mama menilai harga diriku senilai lima miliar, agar istriku meninggalkan aku?!" ujar Lucas dengan nada semakin tajam, meraih amplop tebal dari atas meja, lalu
Di dalam mobil menuju sekolah Harry.Julia tampak diam merenung, dia kembali memikirkan teriakan mertuanya tadi.Pikirannya begitu suram, memikirkan tentang dirinya, terjebak dalam dilema rumah tangga nya.Gadis biasa-biasa yang tidak memiliki orang tua, dan tidak memiliki pendidikan yang dapat untuk di banggakan.Itu benar semua, apa yang di katakan mertuanya.Seorang gadis miskin yang selalu di aniaya dan di tindas Tante dan sepupunya.Tanpa di sengaja bertemu dengan seorang Ceo yang super kaya, karena suatu kesalahan yang tidak terduga.Dan dia sendiri tidak pernah berupaya untuk memikat lelaki itu, karena itu tidak mungkin di lakukan oleh gadis seperti dirinya, seorang gadis kelas bawah yang tidak layak untuk di lirik.Tapi, tidak di sangka-sangka, lelaki kaya itu malah terpikat padanya.Dan, tanpa dia sadari perasaannya pun, mulai tumbuh secara perlahan pada lelaki itu.Akhirnya mereka saling mencintai.Dan, sekarang apakah dia harus meninggalkan cinta yang sudah dia dapatkan? ci
Harry begitu senang melihat ke dua orang tuanya datang menjemputnya.Anak kecil berusia empat tahun itu, berlari menuju ke arah dua orang tuanya yang berdiri di pintu masuk sekolah.Wajahnya terlihat begitu bahagia sekali."Papa...Mamaa!" teriaknya sembari berlari begitu senangnya.Lucas berjongkok seraya merentangkan tangannya dengan lebar, menyambut putranya yang berlari menghampiri mereka.Tubuh kecil Harry menghambur ke dalam pelukan Lucas, dan mengalungkan lengan kecilnya ke leher Ayahnya tersebut."Papa, aku senang sekali kalian datang menjemput ku!" sahut anak kecil itu kesenangan."Bagaimana sekolahmu hari ini nak?" tanya Lucas memeluk putranya itu dengan erat."Aku dapat teman baru Pa, mereka senang berteman denganku!" kata Harry menceritakan kalau dia dapat teman baru."Harry! Harry! tunggu!" sebuah suara terdengar memanggil nama Harry dengan kencang.Tampak seorang wanita mengacungkan satu botol minuman di tangannya."Syukurlah, kamu belum pergi, botol minummu ke tinggalan!"
Setelah selesai makan siang, Lucas membawa keluarganya ke taman hiburan.Harry begitu senang sekali, anak kecil itu berlari dan melompat-lompat kesenangan."Ayo bermain itu Pa!" serunya menunjuk ke area permainan menembak balon.Lucas dengan patuh menuruti keinginan putranya tersebut."Papa yang nembak balonnya ya, aku mau hadiahnya!" sahut Harry menarik tangan Lucas ke depan area menembak balon."Baiklah!" jawab Lucas dengan patuh.Lucas pun menuruti apa yang diinginkan putranya itu, dengan sekali tembak, balon pun pecah."Horee...Papa memang keren, lagi Pa..lagi Pa, aku mau hadiah Dinosaurus!" seru Harry kesenangan.Dengan mudahnya Lucas kembali berhasil menembak balon, dan mendapatkan hadiah boneka Dinosaurus yang diinginkan Harry."Terimakasih Pa!" ucap Harry tersenyum senang, lalu menerima boneka Dinosaurus yang di berikan petugas permainan tembak balon.Harry mengecup pipi Ayahnya dengan hati yang bahagia.Lucas ikut juga merasakan kebahagiaan putranya itu, dia tersenyum lebar me
Di sisi lain, Mansion Sylvester.Lisbeth, Ibu Lucas duduk di sofa sembari menundukkan kepalanya, mendengarkan suaminya menatapnya dengan tajam.Brak!Piter Sylvester melemparkan amplop tebal ke atas meja dengan kuat."Apa maksudmu ini! lima miliar! kamu ingin memisahkan istri putramu sendiri dengan uang lima miliar? apa yang ada di otakmu, Mama macam apa kamu ini!" teriak Piter."Aku tidak menyukainya!" kata Lisbeth dengan teriakan juga."Kamu tidak suka, tapi Lucas mencintai istrinya, kamu tidak bisa memisahkan mereka!" teriak Piter lagi."Aku tidak mau punya menantu wanita seperti dia, miskin, tidak punya keluarga, dia tidak sepadan dengan keluarga kita!" teriak Lisbeth lagi."Menurutmu, apakah putramu akan bahagia dengan wanita pilihanmu? apa kamu tidak sadar, kalau kamu itu ingin anak kita tidak bahagia dengan wanita pilihan mu, hanya karena status?" teriak Piter semakin marah pada istrinya itu.Lisbeth terdiam, dia tidak bisa bicara mendengar teriakan suaminya itu."Siapa sebenar
Adelia tahu kalau Ibunya itu menyukai sepupunya Miranda, karena ada ikatan kekeluargaan.Ibunya sangat berharap, kalau keluarga dari pihak Ibunya yang menjadi menantunya, dengan begitu kekayaan Silvester tidak akan jatuh ke tangan orang lain."Ma, restui sajalah istri kak Lucas, mereka sudah memiliki seorang putra, Mama tidak bisa lagi memisahkan mereka, apa Mama tidak senang sudah memiliki cucu, ponakanku itu mirip sekali seperti kak Lucas sewaktu kecil dulu!" sahut Adelia."Aku tidak mau, pokoknya aku tidak rela, perempuan itu pasti merayu Lucas dengan berbagai siasat liciknya, aku akan buktikan pada kalian, kalau Lucas salah memilih istri!" ujar Lisbet dengan penuh keyakinan."Terserah Mama saja, silahkan Mama buktikan sendiri!" kata Adelia angkat bahu cuek.Adelia tidak ingin berdebat lagi dengan Ibunya, dia berencana akan membuat Ibunya berhenti untuk menjodohkan Lucas dengan Miranda.Gadis itu meninggalkan Ibunya, yang masih saja ngotot dengan segala rencananya, untuk menyelidik
Setelah Lucas memijat sebentar kaki Julia, pria itu pun mengangkat tubuh istrinya."Aaa..!" Julia menjerit kaget."Ayo, kita mandi!" kata Lucas tersenyum lebar merasa senang, karena membuat Julia terkejut.Julia mengalungkan tangannya dengan erat pada leher Lucas.Lucas mendorong pintu kamar mandi menggunakan bahunya, dan menutupnya kembali dengan menggunakan punggungnya.Lucas perlahan meletakkan Julia ke atas lantai kamar mandi, dan kemudian membantu istrinya itu membuka pakaiannya."Biar aku sendiri saja!" kata Julia menghindari tangan Lucas yang akan membuka kancing bajunya."Baiklah!" Lucas menghentikan tangannya.Lucas pun masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan pakaiannya, lalu mengulurkan tangannya pada Julia yang sudah selesaiOON melepaskan pakaiannya."Mari sayang!" panggil Lucas.Julia memberikan tangannya ke atas telapak tangan suaminya itu, dan kemudian memasukkan kakinya ke dalam bathtub.Lucas membawa Julia untuk duduk bersama di dalam bathtub, menempatkan Julia di de
Lucas mengelus punggung Julia dengan lembut, dia bisa membayangkan, bagaimana Tante Julia tidak memberikan kasih sayang kepada Julia sedari kecil.Lima tahun lalu kejadian yang sangat mengerikan, dia mengabaikan permohonan minta tolong Julia, yang sangat memilukan, agar di lepaskan.Dia malah dengan brutal menarik dan mencium Julia, bagaikan pria bajingan yang sudah biasa tidur dengan seorang wanita.Lucas memejamkan matanya merasa bersalah, bayangan tubuh ringkih Julia yang ketakutan dan gemetar, sungguh membuat hatinya jadi semakin tidak karuan.Walau sekarang mereka sudah saling mencintai, tapi kalau memikirkan tindakannya waktu, itu perbuatan yang tidak bisa di maafkan.Setelah dia puas, dia malah memperlakukan Julia seperti sampah, dengan memberikannya cek agar pergi sejauh mungkin.Lucas semakin memejamkan matanya dengan erat, sekarang hatinya yang sakit.Betapa bajingannya dirinya.Julia memutar lehernya melihat Lucas yang memejamkan matanya, dia merasa heran melihat wajah Luca
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya