Harry begitu senang melihat ke dua orang tuanya datang menjemputnya.Anak kecil berusia empat tahun itu, berlari menuju ke arah dua orang tuanya yang berdiri di pintu masuk sekolah.Wajahnya terlihat begitu bahagia sekali."Papa...Mamaa!" teriaknya sembari berlari begitu senangnya.Lucas berjongkok seraya merentangkan tangannya dengan lebar, menyambut putranya yang berlari menghampiri mereka.Tubuh kecil Harry menghambur ke dalam pelukan Lucas, dan mengalungkan lengan kecilnya ke leher Ayahnya tersebut."Papa, aku senang sekali kalian datang menjemput ku!" sahut anak kecil itu kesenangan."Bagaimana sekolahmu hari ini nak?" tanya Lucas memeluk putranya itu dengan erat."Aku dapat teman baru Pa, mereka senang berteman denganku!" kata Harry menceritakan kalau dia dapat teman baru."Harry! Harry! tunggu!" sebuah suara terdengar memanggil nama Harry dengan kencang.Tampak seorang wanita mengacungkan satu botol minuman di tangannya."Syukurlah, kamu belum pergi, botol minummu ke tinggalan!"
Setelah selesai makan siang, Lucas membawa keluarganya ke taman hiburan.Harry begitu senang sekali, anak kecil itu berlari dan melompat-lompat kesenangan."Ayo bermain itu Pa!" serunya menunjuk ke area permainan menembak balon.Lucas dengan patuh menuruti keinginan putranya tersebut."Papa yang nembak balonnya ya, aku mau hadiahnya!" sahut Harry menarik tangan Lucas ke depan area menembak balon."Baiklah!" jawab Lucas dengan patuh.Lucas pun menuruti apa yang diinginkan putranya itu, dengan sekali tembak, balon pun pecah."Horee...Papa memang keren, lagi Pa..lagi Pa, aku mau hadiah Dinosaurus!" seru Harry kesenangan.Dengan mudahnya Lucas kembali berhasil menembak balon, dan mendapatkan hadiah boneka Dinosaurus yang diinginkan Harry."Terimakasih Pa!" ucap Harry tersenyum senang, lalu menerima boneka Dinosaurus yang di berikan petugas permainan tembak balon.Harry mengecup pipi Ayahnya dengan hati yang bahagia.Lucas ikut juga merasakan kebahagiaan putranya itu, dia tersenyum lebar me
Di sisi lain, Mansion Sylvester.Lisbeth, Ibu Lucas duduk di sofa sembari menundukkan kepalanya, mendengarkan suaminya menatapnya dengan tajam.Brak!Piter Sylvester melemparkan amplop tebal ke atas meja dengan kuat."Apa maksudmu ini! lima miliar! kamu ingin memisahkan istri putramu sendiri dengan uang lima miliar? apa yang ada di otakmu, Mama macam apa kamu ini!" teriak Piter."Aku tidak menyukainya!" kata Lisbeth dengan teriakan juga."Kamu tidak suka, tapi Lucas mencintai istrinya, kamu tidak bisa memisahkan mereka!" teriak Piter lagi."Aku tidak mau punya menantu wanita seperti dia, miskin, tidak punya keluarga, dia tidak sepadan dengan keluarga kita!" teriak Lisbeth lagi."Menurutmu, apakah putramu akan bahagia dengan wanita pilihanmu? apa kamu tidak sadar, kalau kamu itu ingin anak kita tidak bahagia dengan wanita pilihan mu, hanya karena status?" teriak Piter semakin marah pada istrinya itu.Lisbeth terdiam, dia tidak bisa bicara mendengar teriakan suaminya itu."Siapa sebenar
Adelia tahu kalau Ibunya itu menyukai sepupunya Miranda, karena ada ikatan kekeluargaan.Ibunya sangat berharap, kalau keluarga dari pihak Ibunya yang menjadi menantunya, dengan begitu kekayaan Silvester tidak akan jatuh ke tangan orang lain."Ma, restui sajalah istri kak Lucas, mereka sudah memiliki seorang putra, Mama tidak bisa lagi memisahkan mereka, apa Mama tidak senang sudah memiliki cucu, ponakanku itu mirip sekali seperti kak Lucas sewaktu kecil dulu!" sahut Adelia."Aku tidak mau, pokoknya aku tidak rela, perempuan itu pasti merayu Lucas dengan berbagai siasat liciknya, aku akan buktikan pada kalian, kalau Lucas salah memilih istri!" ujar Lisbet dengan penuh keyakinan."Terserah Mama saja, silahkan Mama buktikan sendiri!" kata Adelia angkat bahu cuek.Adelia tidak ingin berdebat lagi dengan Ibunya, dia berencana akan membuat Ibunya berhenti untuk menjodohkan Lucas dengan Miranda.Gadis itu meninggalkan Ibunya, yang masih saja ngotot dengan segala rencananya, untuk menyelidik
Setelah Lucas memijat sebentar kaki Julia, pria itu pun mengangkat tubuh istrinya."Aaa..!" Julia menjerit kaget."Ayo, kita mandi!" kata Lucas tersenyum lebar merasa senang, karena membuat Julia terkejut.Julia mengalungkan tangannya dengan erat pada leher Lucas.Lucas mendorong pintu kamar mandi menggunakan bahunya, dan menutupnya kembali dengan menggunakan punggungnya.Lucas perlahan meletakkan Julia ke atas lantai kamar mandi, dan kemudian membantu istrinya itu membuka pakaiannya."Biar aku sendiri saja!" kata Julia menghindari tangan Lucas yang akan membuka kancing bajunya."Baiklah!" Lucas menghentikan tangannya.Lucas pun masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan pakaiannya, lalu mengulurkan tangannya pada Julia yang sudah selesaiOON melepaskan pakaiannya."Mari sayang!" panggil Lucas.Julia memberikan tangannya ke atas telapak tangan suaminya itu, dan kemudian memasukkan kakinya ke dalam bathtub.Lucas membawa Julia untuk duduk bersama di dalam bathtub, menempatkan Julia di de
Lucas mengelus punggung Julia dengan lembut, dia bisa membayangkan, bagaimana Tante Julia tidak memberikan kasih sayang kepada Julia sedari kecil.Lima tahun lalu kejadian yang sangat mengerikan, dia mengabaikan permohonan minta tolong Julia, yang sangat memilukan, agar di lepaskan.Dia malah dengan brutal menarik dan mencium Julia, bagaikan pria bajingan yang sudah biasa tidur dengan seorang wanita.Lucas memejamkan matanya merasa bersalah, bayangan tubuh ringkih Julia yang ketakutan dan gemetar, sungguh membuat hatinya jadi semakin tidak karuan.Walau sekarang mereka sudah saling mencintai, tapi kalau memikirkan tindakannya waktu, itu perbuatan yang tidak bisa di maafkan.Setelah dia puas, dia malah memperlakukan Julia seperti sampah, dengan memberikannya cek agar pergi sejauh mungkin.Lucas semakin memejamkan matanya dengan erat, sekarang hatinya yang sakit.Betapa bajingannya dirinya.Julia memutar lehernya melihat Lucas yang memejamkan matanya, dia merasa heran melihat wajah Luca
Setelah selesai mereka berpakaian rapi, mereka pun turun ke bawah, karena sudah saatnya makan malam.Di ruang makan sudah menunggu Harry, duduk di kursinya dengan rapi.Senyuman Lucas merekah dengan lebar, melihat putra mereka ternyata sudah menunggu mereka sedari tadi."Kok lama sekali Pa, sudah telat lima menit, aku sudah lapar, ngapain saja sih Papa dan Mama di kamar?" tanya Harry galak dengan kening berkerut, memandang ke dua orang tuanya dengan tatapan tajam."Maaf nak, Papa dan Mama kelamaan turun!" ujar Lucas menghampiri Harry, lalu mendaratkan kecupannya di puncak kepala putranya tersebut."Aku mendengar kalian tertawa begitu kencang, seperti orang yang tidak tahu malu, mengabaikan putranya tanpa berniat mengajak untuk bercanda bersama!" kata Harry masih dengan kening berkerut dan nada yang galak.Julia dan Lucas terdiam di tempatnya, mereka tidak sadar, ternyata suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar."Aku mendengarnya saat hendak turun ke bawah!" ujar Harry dengan w
Esok harinya.Karena surat ijin mengemudi Julia belum keluar, pagi ini Lucas mengantar Harry terlebih dahulu ke sekolah, baru setelah itu mengantar Julia ke restoran JT milik Julia.Julia dan Tina sepakat memberi nama restoran mereka sesuai inisial nama depan mereka berdua."Nanti Mama yang jemput kamu pulang sekolah, oke?" ujar Julia kepada Harry, saat mereka mengantarkan Harry di lobby pintu masuk sekolah."Baik, Ma!" jawab Harry mengangguk."Masuklah!" sahut Lucas setelah mengecup puncak kepala putranya itu.Julia juga melakukan hal sama, mengecup puncak kepala Harry, dan setelah itu barulah Harry masuk.Mereka saling melambaikan tangan sembari tersenyum.Lucas kemudian mengantarkan Julia ke restoran Julia."Bagaimana kalau kami yang datang ke kantor untuk makan siang bersama denganmu?" tanya Julia sebelum turun dari dalam mobil.Wajah Lucas langsung berbinar mendengar apa yang dikatakan Julia, senyuman nya merekah dengan lebarnya."lya sayang, aku menunggu kalian untuk makan bersa