Julia menatap amplop tebal yang ada di depannya dengan nanar, amplop itu terlihat begitu tebal dan padat.Lima miliar.Di dalam amplop itu, uang lima miliar di susun Ibu mertuanya dengan rapi, apakah tadi dia pergi ke bank dulu baru menemuiku?Pikiran Julia berputar memikirkan Ibu mertuanya, yang ternyata sudah menyusun rencana padanya, untuk menyingkirkan dirinya dari kehidupan Lucas.Mata Julia memandang Ibu mertuanya tanpa berkedip, tangannya dia kepal dengan erat."Apa maksud Mama, aku tidak mengerti!" sahut Julia."Jangan panggil aku Mama, aku bukan Mama mu! Apa kamu tidak dengar apa yang ku katakan tadi? tinggalkan Lucas, dia putraku yang berharga, tidak pantas untukmu!" ujar Lisbeth dengan nada yang mulai tinggi.Julia menelan ludahnya, perasaannya terasa sangat sakit, mertuanya begitu sangat membenci dirinya."Aku tidak akan meninggalkan Lucas, aku mencintainya, dia Papa dari putraku, kami harus bersama!" ujar Julia setelah menenangkan dirinya sebentar.Wajah Lisbeth langsung
Lisbeth begitu terkejut tangannya di pegang seseorang, dan saat melihat siapa yang memegang tangannya tersebut, wanita tua itu pun semakin terkejut."Lu..Lucas!" gumamnya dengan mata terbelalak."Jadi ini maksud Mama ingin bertemu dengan istriku?" sahut Lucas, wajahnya terlihat begitu marah dengan tatapan tajam memandang Ibunya tersebut."Bu..bukan begitu, dia bicara tidak sopan pada Mama, jadi Mama bermaksud ingin memberi dia pelajaran, agar dia tahu siapa dia sebenarnya!" ujar Lisbeth membela diri.Lucas melepaskan tangan Ibunya yang hampir saja menampar wajah Julia."Mama, kamu semakin tidak punya rasa malu, bukankah Mama yang memprovokasi Julia, sehingga dia bisa sampai bicara seperti itu pada Mama? aku mendengarkan semua apa yang Mama katakan padanya!" kata Lucas."A..aku...!" Lisbeth tidak bisa membela diri lagi."Apa ini? Mama menilai harga diriku senilai lima miliar, agar istriku meninggalkan aku?!" ujar Lucas dengan nada semakin tajam, meraih amplop tebal dari atas meja, lalu
Di dalam mobil menuju sekolah Harry.Julia tampak diam merenung, dia kembali memikirkan teriakan mertuanya tadi.Pikirannya begitu suram, memikirkan tentang dirinya, terjebak dalam dilema rumah tangga nya.Gadis biasa-biasa yang tidak memiliki orang tua, dan tidak memiliki pendidikan yang dapat untuk di banggakan.Itu benar semua, apa yang di katakan mertuanya.Seorang gadis miskin yang selalu di aniaya dan di tindas Tante dan sepupunya.Tanpa di sengaja bertemu dengan seorang Ceo yang super kaya, karena suatu kesalahan yang tidak terduga.Dan dia sendiri tidak pernah berupaya untuk memikat lelaki itu, karena itu tidak mungkin di lakukan oleh gadis seperti dirinya, seorang gadis kelas bawah yang tidak layak untuk di lirik.Tapi, tidak di sangka-sangka, lelaki kaya itu malah terpikat padanya.Dan, tanpa dia sadari perasaannya pun, mulai tumbuh secara perlahan pada lelaki itu.Akhirnya mereka saling mencintai.Dan, sekarang apakah dia harus meninggalkan cinta yang sudah dia dapatkan? ci
Harry begitu senang melihat ke dua orang tuanya datang menjemputnya.Anak kecil berusia empat tahun itu, berlari menuju ke arah dua orang tuanya yang berdiri di pintu masuk sekolah.Wajahnya terlihat begitu bahagia sekali."Papa...Mamaa!" teriaknya sembari berlari begitu senangnya.Lucas berjongkok seraya merentangkan tangannya dengan lebar, menyambut putranya yang berlari menghampiri mereka.Tubuh kecil Harry menghambur ke dalam pelukan Lucas, dan mengalungkan lengan kecilnya ke leher Ayahnya tersebut."Papa, aku senang sekali kalian datang menjemput ku!" sahut anak kecil itu kesenangan."Bagaimana sekolahmu hari ini nak?" tanya Lucas memeluk putranya itu dengan erat."Aku dapat teman baru Pa, mereka senang berteman denganku!" kata Harry menceritakan kalau dia dapat teman baru."Harry! Harry! tunggu!" sebuah suara terdengar memanggil nama Harry dengan kencang.Tampak seorang wanita mengacungkan satu botol minuman di tangannya."Syukurlah, kamu belum pergi, botol minummu ke tinggalan!"
Setelah selesai makan siang, Lucas membawa keluarganya ke taman hiburan.Harry begitu senang sekali, anak kecil itu berlari dan melompat-lompat kesenangan."Ayo bermain itu Pa!" serunya menunjuk ke area permainan menembak balon.Lucas dengan patuh menuruti keinginan putranya tersebut."Papa yang nembak balonnya ya, aku mau hadiahnya!" sahut Harry menarik tangan Lucas ke depan area menembak balon."Baiklah!" jawab Lucas dengan patuh.Lucas pun menuruti apa yang diinginkan putranya itu, dengan sekali tembak, balon pun pecah."Horee...Papa memang keren, lagi Pa..lagi Pa, aku mau hadiah Dinosaurus!" seru Harry kesenangan.Dengan mudahnya Lucas kembali berhasil menembak balon, dan mendapatkan hadiah boneka Dinosaurus yang diinginkan Harry."Terimakasih Pa!" ucap Harry tersenyum senang, lalu menerima boneka Dinosaurus yang di berikan petugas permainan tembak balon.Harry mengecup pipi Ayahnya dengan hati yang bahagia.Lucas ikut juga merasakan kebahagiaan putranya itu, dia tersenyum lebar me
Di sisi lain, Mansion Sylvester.Lisbeth, Ibu Lucas duduk di sofa sembari menundukkan kepalanya, mendengarkan suaminya menatapnya dengan tajam.Brak!Piter Sylvester melemparkan amplop tebal ke atas meja dengan kuat."Apa maksudmu ini! lima miliar! kamu ingin memisahkan istri putramu sendiri dengan uang lima miliar? apa yang ada di otakmu, Mama macam apa kamu ini!" teriak Piter."Aku tidak menyukainya!" kata Lisbeth dengan teriakan juga."Kamu tidak suka, tapi Lucas mencintai istrinya, kamu tidak bisa memisahkan mereka!" teriak Piter lagi."Aku tidak mau punya menantu wanita seperti dia, miskin, tidak punya keluarga, dia tidak sepadan dengan keluarga kita!" teriak Lisbeth lagi."Menurutmu, apakah putramu akan bahagia dengan wanita pilihanmu? apa kamu tidak sadar, kalau kamu itu ingin anak kita tidak bahagia dengan wanita pilihan mu, hanya karena status?" teriak Piter semakin marah pada istrinya itu.Lisbeth terdiam, dia tidak bisa bicara mendengar teriakan suaminya itu."Siapa sebenar
Adelia tahu kalau Ibunya itu menyukai sepupunya Miranda, karena ada ikatan kekeluargaan.Ibunya sangat berharap, kalau keluarga dari pihak Ibunya yang menjadi menantunya, dengan begitu kekayaan Silvester tidak akan jatuh ke tangan orang lain."Ma, restui sajalah istri kak Lucas, mereka sudah memiliki seorang putra, Mama tidak bisa lagi memisahkan mereka, apa Mama tidak senang sudah memiliki cucu, ponakanku itu mirip sekali seperti kak Lucas sewaktu kecil dulu!" sahut Adelia."Aku tidak mau, pokoknya aku tidak rela, perempuan itu pasti merayu Lucas dengan berbagai siasat liciknya, aku akan buktikan pada kalian, kalau Lucas salah memilih istri!" ujar Lisbet dengan penuh keyakinan."Terserah Mama saja, silahkan Mama buktikan sendiri!" kata Adelia angkat bahu cuek.Adelia tidak ingin berdebat lagi dengan Ibunya, dia berencana akan membuat Ibunya berhenti untuk menjodohkan Lucas dengan Miranda.Gadis itu meninggalkan Ibunya, yang masih saja ngotot dengan segala rencananya, untuk menyelidik
Setelah Lucas memijat sebentar kaki Julia, pria itu pun mengangkat tubuh istrinya."Aaa..!" Julia menjerit kaget."Ayo, kita mandi!" kata Lucas tersenyum lebar merasa senang, karena membuat Julia terkejut.Julia mengalungkan tangannya dengan erat pada leher Lucas.Lucas mendorong pintu kamar mandi menggunakan bahunya, dan menutupnya kembali dengan menggunakan punggungnya.Lucas perlahan meletakkan Julia ke atas lantai kamar mandi, dan kemudian membantu istrinya itu membuka pakaiannya."Biar aku sendiri saja!" kata Julia menghindari tangan Lucas yang akan membuka kancing bajunya."Baiklah!" Lucas menghentikan tangannya.Lucas pun masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan pakaiannya, lalu mengulurkan tangannya pada Julia yang sudah selesaiOON melepaskan pakaiannya."Mari sayang!" panggil Lucas.Julia memberikan tangannya ke atas telapak tangan suaminya itu, dan kemudian memasukkan kakinya ke dalam bathtub.Lucas membawa Julia untuk duduk bersama di dalam bathtub, menempatkan Julia di de